Minggu, 14 Februari 2021

Penyair Akhmad Sekhu Hasilkan Karya Novel Pocinta

  

(Akhmad Sekhu, foto dari PosKotadotco)

Syamsudin Walad
SuaraKarya.id, 14 Feb 2021  
 
Selalu ada hikmaah di balik segala peristiwa. Begitu juga dengan Pandemi Covid-19 ini yang membuat semua orang terpaksa memang harus berada di rumah terus. Begitu dengan Akhmad Sekhu, wartawan yang juga dikenal sebagai sastrawan, itu memanfaatkan luang waktu yang begitu melimpah ruah dengan merampungkan sebuah novel baru berjudul ‘Pocinta’. Novel yang mengangkat cerita kekayaan lokal Tegal, yakni moci alias minum teh poci. “Alhamdulillah, saya dapat merampungkan penulisan novel baru berjudul ‘Pocinta’ ini selama Pandemi Covid-19 sekitar lima bulan lebih, “ kata Akhmad Sekhu kepada wartawan, Minggu (14/02/2021).
 
Lelaki kelahiran desa Jatibogor, Suradadi, Tegal, 27 Mei 1971 ini lebih lanjut menerangkan ide menulis novel tersebut. “Sebenarnya ide penulisan novel ini sudah lama untuk mengangkat cerita kekayaan lokal Tegal, yakni moci alias minum teh poci, tapi baru dapat saya wujudkan saat Pandemi Covid-19 ini yang terpaksa memang harus berada di rumah terus sehingga saya memanfaatkan luang waktu begitu melimpah rumah dengan menulis dan bahkan rampungkan novel Pocinta, “ terang alumnus Universitas Widya Mataram Yogyakarta ini.
 
Menurut Akhmad Sekhu, novel Pocinta ini mendapat sambutan dari berbagai kalangan, antara lain, Atmo Tan Sidik (Duta Baca Kota Tegal), Gol A Gong (Penulis Balada Si Roy), Rudi Soedjarwo (Sutradara Film), Happy Salma (Aktris Film dan Teater), Chand Parwez Servia (Produser Starvision), Jose Rizal Manua (Seniman dan Budayawan), Naratama (Produser & Sutradara Program Televisi, New York), Rissa Asnan (Produser Dangdut in America), Cinta Laura Kiehl (Bintang Film, Bintang Sinetron dan Penyanyi), dan lain-lain. “Alhamdulillah, novel Pocinta ini mendapat sambutan dari berbagai kalangan, “ tuturnya penuh rasa syukur.
 
Akhmad Sekhu berharap novel Pocinta ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. “Saya ingin terus berkarya untuk memberi sesuatu yang baik kepada masyarakat, “ ungkapnya mantap.
 
Akhmad Sekhu menyampaikan, Novel Pocinta diterbitkan Penerbit Prabu21 pada Februari 2021. “Sebuah penerbit baru yang didirikan dan dikelola oleh anak-anak muda yang punya semangat memperjuangkan dunia literasi, dunia perbukuan, dengan idealisme membuka kesempatan bagi satu juta penulis. Semestinya kita semua mendukung dengan baik niat baik penerbit tersebut,“ pungkas Akhmad Sekhu sumringah.
 
Novel Pocinta berkisah tentang seorang perempuan blacksweet alias hitam manis bernama Legia yang punya dua teman. Pertama, Pahing yang menyebut diri namanya Pay, adalah Sobat Ambyar, komunitas pecinta lagu-lagu Didi Kempot. Kedua, Kliwon menyingkat namanya jadi Kwon, seperti nama orang Korea, karena kecintaannya pada K-Pop.
 
Sejak kecil, ketiganya berteman selalu bersama dalam suka-duka, bahkan berjanji menjaga kebersamaan sampai kapan pun juga. Tak ada yang bisa memisahkan pertemanan sejati mereka yang sama-sama suka moci, sebuah tradisi minum teh poci di daerah Tegal.
 
Saat besar ada yang mencintai Legia, barulah Kliwon dan Pahing sadar kalau keduanya juga cinta. Mereka berdua akhirnya saling bersaing untuk dapatkan cinta Legia. Tentu tak mudah bagi Legia untuk memilih di antara mereka berdua karena sudah berteman dekat dari kecil, bahkan sudah seperti saudara sendiri. Dari sinilah mulai terkuak siapa yang benar-benar cinta pada Legia. Dari sini juga, Legia jadi mengerti apa arti cinta yang sesungguhnya.
***

Editor : Dwi Putro Agus Asianto http://sastra-indonesia.com/2021/02/di-tengah-pandemi-akhmad-sekhu-hasilkan-karya-novel-pocinta/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A. Azis Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Muttaqin A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.S Laksana A’Syam Chandra Manthiek Aang Fatihul Islam Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Aditya Ardi Nugroho Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Sulton Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Idris Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Ali Rif’an Amien Kamil Andhi Setyo Wibowo Andry Deblenk Anggi Putri Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Arie MP Tamba Arisyntya Hidayah Artikel Ary Nugraheni Asarpin Ayu Nuzul Balada Beni Setia Benny Benke Berita Binhad Nurrohmat Budaya Bung Tomo Bustanul Arifin Catatan Catullus Cerbung Cerkak Cerpen Chamim Kohari Choirul Cucuk Espe Dami N. Toda Daru Pamungkas Denny JA Denny Mizhar Devi M. Lestari Dhenok Kristianti Dian DJ Dian Sukarno Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Saryono Dody Yan Masfa Donny Darmawan Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Permadi Emha Ainun Nadjib Endah Wahyuningsih Esai Esti Nuryani Kasam Eva Dwi Kurniawan Evan Gunanzar Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Fanani Rahman Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrahman Karyadi Fathurrochman Karyadi Fathurrozak Felix K. Nesi Forum Sastra Jombang Galuh Tulus Utama Gandis Uka Geguritan Gol A Gong Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gus Noy Gusti Eka Hadi Napster Hadi Sutarno Halim HD Hamka Hamzah Tualeka Zn Hardy Hermawan Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Husnul Khotimah Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imas Senopati Indria Pamuhapsari Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. J Anto Jamal Ma’mur Asmani John H. McGlynn Jombangan Junaedi Kalis Mardiasih Kardono Setyorakhmadi Kasnadi Kemah Budaya Panturan (KBP) KetemuBuku Jombang Ki Ompong Sudarsono Kiki Mikail Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Latief Noor Rochmans Liestyo Ambarwati Khohar M Rizqi Azmi M. Aan Mansyur M. Abror Rosyidin M. Badrus Alwi M. Lutfi M. Shoim Anwar Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Massayu Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Mh Zaelani Tammaka Miftachur Rozak Muhamad Taslim Dalma Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mukadi Mukani Munawir Aziz Musfeptial Musa Nawa Tunggal Nawangsari Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Chasanah Nurel Javissyarqi Ocehan Oei Hiem Hwie Oka Rusmini Opini Padhang Mbulan Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto Parimono V / 40 Plandi Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Prosa Puisi Purwanto Putu Wijaya R Giryadi Raedu Basha Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan Al-yafi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Resensi Reyhan Arif Pambudi Ribut Wijoto Robin Al Kautsar Rodli TL Rony Agustinus Rudi Haryatno Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Arimba S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Samsudin Adlawi Sasti Gotama Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Selendang Sulaiman Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Silka Yuanti Draditaswari Siti Sa'adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sugito Ha Es Suharsono Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad T Agus Khaidir Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tri Wahyu Utami Ulfatul Muhsinah (Oshin) Umar Fauzi Ballah Universitas Jember Virdika Rizky Utama Vyan Tashwirul Afkar W.S. Rendra Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wong Wing King Yanuar Yachya Yudhistira Massardi Yusuf Suharto Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar