Agus Sulton
http://sastra-indonesia.com/
Sejarah masa lampau bisa dilihat dunia masa kini tidak lepas dari bukti peninggalan tradisi yang diwariskannya, baik dalam bentuk manuskrip (naskah), patung, candi, pernik-pernik benda kuno, puing reruntuhan bangunan, dan sebagainya. Itu semua sebagai hasil budaya manusia yang pernah dicipta dalam sejarah turun-temurun nenek moyang kita. Intelektual daya nalar manusia terus mengalami perkembangan seiring penemuan pendahulu yang terus dikembangkan berdasarkan uji coba disertai lingkungan yang mendukung atas proses pembentukannya.
Bahkan sejak manusia baru mengenal tulisan, dari situ mulai mengalami puncak gemilang tradisi budaya manusia yang terus berkembang. Baik sejarah pada masanya, aktivitas, kepercayaan, cerita-cerita rakya, pengobatan, aturan sistem sosial, dan sebagainya keseluruhan tersebut mulai ditulis dengan berbagai bahan alas yang yang beragam seperti, batu, perkamen, papirus, kulit binatang, kayu, atau tulang. Papirus dan perkamen banyak dipakai untuk menulis pada zaman Mesir sekitar 300 SM, tetapi yang lebih sering digunakan adalah papirus karena perkamen lebih mahal. Ini membuktikan papirus terus menjadikan kebutuhan tulis sampai akhirnya banyak diimpor ke Asia Barat, Timur Tengah, Romawi bagian tengah, sampai ke dataran benua Eropa setelah 150 SM tetapi lama kelamaan dari Ptolemeus V melarangnya untuk mengekspor papirus tersebut.
Papirus adalah jenis tumbuhan yang banyak dijumpai di rawa pinggiran sungai Nil. Beberapa sumber kepustakaan menyebut papirus bukan termasuk kertas karena papirus diambil mentah dari tanaman alang cyperus papyrus, termasuk perkamen dan vellum keduanya alas tulis dibuat dari bahan kulit binatang.
Papirus ini terus digunakan sampai jatuhnya kekaisaran Romawi Barat, lima abad setelahnya papirus mulai jarang digunakan oleh penduduk Mesir. Mereka mulai mengimpor sambil belajar membuat kertas dari Cina. Pada saat itu Cina telah mengadakan revolusi besar-besaran, menyumbangkan peradaban kepada dunia. Tsai Lun adalah pembuat industri kertas terbesar pertama pada tahun 105 Masehi dibawah dinasti Han kekaisaran Ho-tin, walaupun pembuatan kertas dimulai 200 tahun sebelumnya. Dari berbagai sumber menjelaskan, proses pembuatan kertas Tsai Lun ini dilakukan dengan cara menumbuk pohon berserat seperti, pohon murbei, gempi dan rami basah ditumbuk halus hingga merata kemudian memprosesnya sampai tiap filamen benar-benar tipis.
Dalam buku Hunter (1943) menjelaskan secara detail tentang proses produksi kertas di Cina bahwa pembuatan kertas merupakan rahasia, toh akhirnya Cina mengajarkan ke Jepang dan Korea pada tahun 610 Masehi dengan memakai bahan bambu dan jerami. Lambat laun Cina mengalami pertempuran di Turkistan tepi sungai Tharaz pada tahun 715 Masehi. Beberapa orang Cina ditahan, para tawanan tersebut sebagian adalah papermakers (pembuat kertas) terampil. Seiring berjalannya waktu mereka mulai membuat kertas berbahan rami selama ditahan di Samarkan, termasuk Bagdad. Tahun 793 Masehi Bagdad mulai diperkenalkan kertas oleh Harun al-Rasyid. Dari Samarkan dan Bagdad kemudian menyebar ke kawasan Damaskus, Mesir pada tahun 900 Masehi, dan Maroko. Setelah sekitar 400 tahun baru bisa menembus ke daratan Eropa.
Beberapa sumber menjelaskan Spayol dan Italia adalah negara yang memproduksi kertas pertama di daratan Eropa tepatnya di St Felipe de Javita kawasan Valencia tahun 1151 Masehi. Setelah 77 tahun di Jerman juga memproduksi kertas, yaitu tahun 1228. Jumlah produksi waktu itu relatif kecil, karena keterbatasan alat produksi yang cukup sederhana. Kemudian menginjak tahun 1276 pabrik kertas skala besar didirikan di Fabriano Ancona Italia. Pabrik tersebut di tahun 1282 adalah awal mula memakai cap air atau watermark berbentuk lingkaran dan salib.
Abad sesudahnya mulai banyak berdiri pabrik-pabrik kertas, tahun 1293 di Bologno Italia. Di dalam perjalanan, tahun 1340 juga berdiri pabrik kertas di Treviso kemudian berkembang di kawasan Venesia, Parma, Milan, Bologna, Florence. Seperti yang kita ketahui, di Jerman tahun 1320 mulai banyak tumbuh pabrik kertas di kawasan Cologne dan Mainz. Ulman Stromer mendirikan pabrik kertas di tahun 1390.
Tahun 1309 pabrik kertas diproduksi pertama di Inggris, di Belanda tahun 1322, tahun 1348 di Prancis, di Kashmir India tahun 1420. Pada abad ke 16 M kertas mulai banyak yang diekspor kebeberapa negara termasuk mulai muncul surat kabar dan percetakan, seperti surat kabar yang diterbitkan oleh Micael dari Isselt di Cologne Jerman tahun 1580 Masehi.
Alas Tulis Kuno Nusantara
Pembicaraan mengenai tradisi mayarakat Nusantara mulai mengenal aksara tidak dapat diketahui secara pasti sebab dari berbagai keterangan menjelaskan, zaman sejarah Indonesia dimulai sekitar abad ke-5 tepat setelah pengaruh kebudayaan Hindu-Budha. Hal ini berdasarkan prasasti batu bertulis yang ditemukan, yaitu Prasasti Kutai di Kalimantan Timur. Prasasti ini berupa tuju buah Yupai (tugu batu) diperkirakan berasal dari abad ke-5, berhuruf Pallawa dan Sansekerta menjelaskan mengenai perintah Raja Mulawarman, putra Asmawarman, cucu Kudungga sebagai bentuk upacara adat pemakam agama Hindu. Prasasti merupakan tanda kebesaran yang difungsikan sebagai dokumen tertulis di atas bahan yang keras.
Di Jawa Barat juga ditemukan beberapa berapa prasasti beraksara Pallawa dan Sansekerta seperti, Pasasti Muara Cianta, Prasasti Jambu (pujian pada Raja Purnawarman), Prasasti Ciaruteun, Prasasti Cidang Hiang, Prasasti Tugu, Prasasti Kebon kopi, Prasasti Pasir Awi (pujian pada Raja Purnawarman). Di Jawa timur sendiri juga telah ditemukan prasasti (batu bertulis) diantaranya, 1) Prasasti Anjukladang 859 Saka. Prasasti ini sebagai pertanda kalau kerajaan Mataram yang sebelumnya berada di Mdang kini pindah ke Watugaluh. 2) Prasasti Poh Rinting 851 Saka sekarang tersimpan di museum Mojokerto sebelumnya ditemukan di desa Glagahan, Perak, Jombang. Prasasti ini menjelaskan permohonan untuk merawat bangunan suci di kawasan Poh Rinting oleh Dang Acaryya. 3) Prasasti Gewang 855 Saka di desa Tenggaran, kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang. Dibeberapa pahatan tidak dibegitu jelas dibaca, karena sebagian sudah rusak, namun dari huruf yang terbaca sedikit menjelaskan bahwa prasasti ini dikeluarkan oleh Rakyan Sri Mahamantri Pu Sindok Sri Sanottunggadewawijaya bersama Rakryan Sri Parameswari Sri Warddhani Pu Kbi sebagai sebuah daerah sima atau daerah pardikan. Sima adalah tanah hibahan dari seorang raja atau penguasa yang diberikan kepada penduduk desa karena telah dianggap berjasa, tetapi tanah tersebut masih dibawah lindungan sang raja.
Sebagian dari prasasti tersebut bisa dijadikan rujukan bahwa sebagian mayarakat Nusantara pada abad ke-5 sudah melek aksara, walaupun sebatas dari keluarga raja, dan batu adalah media alas tulis yang digunakan pada saat itu untuk hal-hal tertentu seperti, surat keputusan, pujian kepada raja, undang-undang, tanda kemenangan, sumpah, piagam, penetapan sebuah desa, dan sebagainya.
Selang beberapa abad lamanya penggunaan aksara pallawa telah mengalami perkembangan ke bentuk kawi atau Jawa kuno. Siti Baroroh Baried, dkk (1994) menjelaskan bahwa tulisan pallawa merupakan lanjutan dari tulisan kawi diketahui kira-kira pada pertengahan abad ke-8 pada prasasti Dinoyo 778 Saka, yang kemudian berkembang lebih lanjut sampai abad ke-13 sebagai tulisan pada beberapa prasasti di Jawa Timur, Bali, Sunda, dan Sumatra. Termasuk prasasti di Jombang yang penulis sebutkan sebelumnya tidak jauh beda dengan prasasti Mula Malurung (1255), prasasti Sukabumi (804), juga prasasti di perbukitan desa Besowo dan prasasti di depan balai desa Jowah Kepung Kediri, prasasti ini memakai tulisan aksara Jawa kawi bertatahkan di atas batu. Menurut perkiraan penulis prasasti Harinjing di kawasan Besowo adalah sekedar duplikat atau pemalsuan pahatan sekitar tahun 80-an.
1) Pada masa Pemerintahan Pu Sindok sebagai raja Mataram kuno. Watugaluh sekarang menjadi desa di kecamatan Diwek kabupaten Jombang Jawa Timur.
2) Siti Baroroh Baried, dkk, Pengantar Teori Filologi (Yogyakart: Gajah Mada University Press, 1994), 18.
Rabu, 15 Agustus 2012
Perkembangan Media Tulis Masyarakat Aksara
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A. Azis Masyhuri
A. Jabbar Hubbi
A. Muttaqin
A. Rego S. Ilalang
A. Syauqi Sumbawi
A.H. J Khuzaini
A.S Laksana
A’Syam Chandra Manthiek
Aang Fatihul Islam
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Aditya Ardi Nugroho
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agus Mulyadi
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Sulton
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Saifullah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Idris
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akmal Nasery Basral
Ali Rif’an
Amien Kamil
Andhi Setyo Wibowo
Andry Deblenk
Anggi Putri
Anindita S. Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Wahyudi
Arie MP Tamba
Arisyntya Hidayah
Artikel
Ary Nugraheni
Asarpin
Ayu Nuzul
Balada
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Binhad Nurrohmat
Budaya
Bung Tomo
Bustanul Arifin
Catatan
Catullus
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chamim Kohari
Choirul
Cucuk Espe
Dami N. Toda
Daru Pamungkas
Denny JA
Denny Mizhar
Devi M. Lestari
Dhenok Kristianti
Dian DJ
Dian Sukarno
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djoko Saryono
Dody Yan Masfa
Donny Darmawan
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Permadi
Emha Ainun Nadjib
Endah Wahyuningsih
Esai
Esti Nuryani Kasam
Eva Dwi Kurniawan
Evan Gunanzar
Fahrudin Nasrulloh
Fairuzul Mumtaz
Fajar Alayubi
Fanani Rahman
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathoni Mahsun
Fathurrahman Karyadi
Fathurrochman Karyadi
Fathurrozak
Felix K. Nesi
Forum Sastra Jombang
Galuh Tulus Utama
Gandis Uka
Geguritan
Gol A Gong
Gombloh (1948 – 1988)
Grathia Pitaloka
Gus Noy
Gusti Eka
Hadi Napster
Hadi Sutarno
Halim HD
Hamka
Hamzah Tualeka Zn
Hardy Hermawan
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
Husnul Khotimah
Ignas Kleden
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imas Senopati
Indria Pamuhapsari
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
J Anto
Jamal Ma’mur Asmani
John H. McGlynn
Jombangan
Junaedi
Kalis Mardiasih
Kardono Setyorakhmadi
Kasnadi
Kemah Budaya Panturan (KBP)
KetemuBuku Jombang
Ki Ompong Sudarsono
Kiki Mikail
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Latief Noor Rochmans
Liestyo Ambarwati Khohar
M Rizqi Azmi
M. Aan Mansyur
M. Abror Rosyidin
M. Badrus Alwi
M. Lutfi
M. Shoim Anwar
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Mardiansyah Triraharjo
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Marjohan
Massayu
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar
Mh Zaelani Tammaka
Miftachur Rozak
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Antakusuma
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Yasir
Mukadi
Mukani
Munawir Aziz
Musfeptial Musa
Nawa Tunggal
Nawangsari
Niduparas Erlang
Nikita Mirzani
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nur Chasanah
Nurel Javissyarqi
Ocehan
Oei Hiem Hwie
Oka Rusmini
Opini
Padhang Mbulan
Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Gus Dur
Prosa
Puisi
Purwanto
Putu Wijaya
R Giryadi
Raedu Basha
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rama Prambudhi Dikimara
Ramadhan Al-yafi
Rasanrasan Boengaketji
Raudlotul Immaroh
Reiny Dwinanda
Resensi
Reyhan Arif Pambudi
Ribut Wijoto
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rony Agustinus
Rudi Haryatno
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S. Arimba
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Samsudin Adlawi
Sasti Gotama
Saut Situmorang
SelaSAstra Boenga Ketjil
Selendang Sulaiman
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Silka Yuanti Draditaswari
Siti Sa'adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Soesilo Toer
Sofyan RH. Zaid
Sosiawan Leak
Sugito Ha Es
Suharsono
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
T Agus Khaidir
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Eska
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tri Wahyu Utami
Ulfatul Muhsinah (Oshin)
Umar Fauzi Ballah
Universitas Jember
Virdika Rizky Utama
Vyan Tashwirul Afkar
W.S. Rendra
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Jengki Sunarta
Wong Wing King
Yanuar Yachya
Yudhistira Massardi
Yusuf Suharto
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar