Rabu, 15 Agustus 2012

Kenduri Teater Jombang, Kenduri Cinta

Purwanto *
_Radar Mojokerto, 15 Juli 2012

Ada sejarah baru terangkum di atas panggung ketika acara Kenduri Teater Jombang 2012 digelar pada beberapa waktu lalu [30 Juni 2012 s.d. 5 Juli 2012]. Sejarah itu terbaca pada sederet peristiwa yang muncul dari bertemunya gagasan untuk menggairahkan seni teater di Jombang. Tercatat tiga komunitas teater Jombang berpartisipasi pada acara tersebut. Komunitas Suket Indonesia, Komunitas Tombo Ati, dan Kelompok Alief Mojoagung memeriahkan acara dengan aksi pertunjukan drama masing-masing.

Sejarah #1: Pertemuan Gagasan

Sejarah pertama yang bisa saya catat adalah tentang bersatunya gagasan. Berawal dari pertemuan Anton Wahyudi (pegiat seni dan dosen sastra STKIP PGRI Jombang) dengan beberapa komunitas teater Jombang, muncullah ide untuk mengadakan pentas teater bersama. Setelah gagasan-gagasan itu mencuat, Mas Anton selaku penggagas acara segera ditunjuk sebagai pimpinan produksi.

Penyatuan ide pun dilakukan dalam forum cangkrukan, ngopi dan ngrumpi bareng. Terhitung tiga kali cangkrukan di gazebo Pak Imam Ghozali, perwakilan dari tiga komunitas teater Jombang yang siap berpartisipasi menyepakati beberapa hal. Pertama, pentas dilaksanakan secara sederhana dengan mengusung tema Kenduri Teater Jombang. Kedua, kesepakatan tentang jadwal pementasan yang dilaksanakan pada malam hari selama dua hari berturut-turut untuk satu komunitas (kecuali Komunitas Suket Indonesia yang hanya satu kali pementasan). Ketiga, kegiatan digelar di gedung Graha Besut Suara Jombang FM, Jalan Patimura 92 Jombang. Keempat, pembiayaan dan akomodasi ditanggung oleh ketiga komunitas sebagai wujud kerukunan bersama. Kelima, pementasan digelar sekaligus dalam rangka menyambut Ramadan dan mengukur minat konsumen teater Jombang terhadap suatu pertunjukan drama.

Sejarah #2: Mengalirnya Peristiwa Sosial dalam Pertunjukan

Setelah semua rencana disepakati bersama, seluruh komunitas penyaji sibuk dengan aktivitas latihan di sanggar masing-masing. Latihan rutin dilakukan agar bisa menyuguhkan sebuah pertunjukan yang benar, apik dan menarik. Akhrinya, tiba juga saat pementasan. Komunitas Suket Indonesia dengan naskah berjudul PET (Di Luar Masih Gelap), ditulis dan disutradarai oleh Andhi Kephix. Komunitas Tombo Ati dengan naskah Beruang Menagih Hutang (The Bear), karya Anton Pavlovich Chekhov dan disutradarai oleh Alfi Rizqoh. Kelompok Alief Mojoagung dengan naskah Surya Terbenam Pagi (Bapak, Pukullah Saya!), ditulis dan disutradarai oleh M. S. Nugroho.

Andhi Kephix dengan drama PET (Di Luar Masih Gelap) mencoba mengangkat pergolakan batin dan nurani seseorang tentang masa lalu yang menghantuinya dan tentang peristiwa yang menyentil persoalan-persoalan sosial dalam negeri. Alfi Rizqoh dengan drama Beruang Menagih Hutang (The Bear), mengalirkan sebuah pemahaman tentang cinta dan kesetiaan dalam hidup serta lemah/ kuatnya sebuah prinsip. M. S. Nugroho dengan drama opera Surya Terbenam Pagi (Bapak, Pukullah Saya!), menghadirkan peristiwa kekerasan dalam dunia pendidikan yang bisa dimaknai secara beragam (tentang arti sebuah kebenaran).

Sejarah #3: Mengendapnya Peristiwa sebagai Perenungan

Peristiwa-peristiwa sosial yang dimunculkan di atas panggung sebagai tolok ukur untuk bisa diresapi sebagai bahan perenungan diri. Itu yang saya rasakan. Dari ketiga pertunjukan yang telah digelar, kesemuanya mengendapkan banyak pemahaman tentang seberapa kacau kondisi di sekeliling kita. Tentang kondisi pemerintahan, pendidikan, lingkungan keluarga, masyarakat, dan bahkan kondisi pribadi sosok manusia.

Kematangan dalam berpikir seakan-akan diuji saat mencerna ulang peristiwa-peristiwa panggung sebagai bahan perenungan. Setidaknya ada beberapa peristiwa yang saya tangkap untuk melatih kepekaan saya. Dari pilihan konsep pementasan drama PET yang diusung oleh Komunitas Suket Indonesia, teror tentang kegelapan hidup serta kacaunya arah tujuan hidup dalam pertunjukan masuk meresap pada seluruh penjuru nalar saya. Arti cinta dan kegamangan dalam mempertahankan kesetiaan mengucur deras ke dalam diri saya saat melihat pertunjukan The Bear (Beruang Menagih Hutang) oleh Komunitas Tombo Ati. Pertemuan dua realitas (kebenaran faktual dan fiksional) mau tidak mau memberi pelajaran berharga bagi saya saat meleburkan diri dalam pertunjukan Surya Terbenam Pagi (Bapak Pukullah Saya!) oleh Kelompok Alief Mojoagung. Setidaknya semua peristiwa itu akan saya serap untuk belajar memahami persoalan tidak dengan kacamata kuda, namun lebih objektif belajar memandang dan menilai sebuah peristiwa.

*) Aktif di Kelompok Alief Mojoagung dan aktif sebagai mahasiswa Prodi PBSI STKIP PGRI Jombang angkatan tahun 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A. Azis Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Muttaqin A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.S Laksana A’Syam Chandra Manthiek Aang Fatihul Islam Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Aditya Ardi Nugroho Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Sulton Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Idris Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Ali Rif’an Amien Kamil Andhi Setyo Wibowo Andry Deblenk Anggi Putri Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Arie MP Tamba Arisyntya Hidayah Artikel Ary Nugraheni Asarpin Ayu Nuzul Balada Beni Setia Benny Benke Berita Binhad Nurrohmat Budaya Bung Tomo Bustanul Arifin Catatan Catullus Cerbung Cerkak Cerpen Chamim Kohari Choirul Cucuk Espe Dami N. Toda Daru Pamungkas Denny JA Denny Mizhar Devi M. Lestari Dhenok Kristianti Dian DJ Dian Sukarno Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Saryono Dody Yan Masfa Donny Darmawan Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Permadi Emha Ainun Nadjib Endah Wahyuningsih Esai Esti Nuryani Kasam Eva Dwi Kurniawan Evan Gunanzar Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Fanani Rahman Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrahman Karyadi Fathurrochman Karyadi Fathurrozak Felix K. Nesi Forum Sastra Jombang Galuh Tulus Utama Gandis Uka Geguritan Gol A Gong Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gus Noy Gusti Eka Hadi Napster Hadi Sutarno Halim HD Hamka Hamzah Tualeka Zn Hardy Hermawan Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Husnul Khotimah Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imas Senopati Indria Pamuhapsari Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. J Anto Jamal Ma’mur Asmani John H. McGlynn Jombangan Junaedi Kalis Mardiasih Kardono Setyorakhmadi Kasnadi Kemah Budaya Panturan (KBP) KetemuBuku Jombang Ki Ompong Sudarsono Kiki Mikail Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Latief Noor Rochmans Liestyo Ambarwati Khohar M Rizqi Azmi M. Aan Mansyur M. Abror Rosyidin M. Badrus Alwi M. Lutfi M. Shoim Anwar Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Massayu Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Mh Zaelani Tammaka Miftachur Rozak Muhamad Taslim Dalma Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mukadi Mukani Munawir Aziz Musfeptial Musa Nawa Tunggal Nawangsari Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Chasanah Nurel Javissyarqi Ocehan Oei Hiem Hwie Oka Rusmini Opini Padhang Mbulan Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto Parimono V / 40 Plandi Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Prosa Puisi Purwanto Putu Wijaya R Giryadi Raedu Basha Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan Al-yafi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Resensi Reyhan Arif Pambudi Ribut Wijoto Robin Al Kautsar Rodli TL Rony Agustinus Rudi Haryatno Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Arimba S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Samsudin Adlawi Sasti Gotama Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Selendang Sulaiman Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Silka Yuanti Draditaswari Siti Sa'adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sugito Ha Es Suharsono Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad T Agus Khaidir Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tri Wahyu Utami Ulfatul Muhsinah (Oshin) Umar Fauzi Ballah Universitas Jember Virdika Rizky Utama Vyan Tashwirul Afkar W.S. Rendra Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wong Wing King Yanuar Yachya Yudhistira Massardi Yusuf Suharto Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar