Rabu, 24 Agustus 2011

Sekilas Pandang Dekajo di Mata Warga Jombang

Rahmat Sularso Nh
Jurnal Jombangana, Nov 2010

Kesibukan lalu lintas menuju kawasan Utara Kabupaten Jombang dirasakan memenuh dalam sudut kepalaku. Niat tidak dapat dihambat untuk bertamu ke SMP Negeri 1 Tembelang Jombang. Sebelumnya saya sudah mengatur jadwal untuk menjumpai Agus Tri Prasetio, penggiat teater di Kabupaten Jombang. Diakuinya selama ini ia menjalankan kegiatan berteaternya secara personal dengan kelompoknya, meskipun mengikuti pelbagai kegiatan atau festival teater yang notabene tingkatan provinsi bahkan nasional, tanpa membawa embel-embel Kabupaten Jombang. Bahkan tidak menggandeng Dekajo yang masih seumuran benih kecambah. Sebab sebelum hadirnya Dekajo proses berteater sudah dilakukannya.

Sekitar dua jam obrolan mengalir begitu saja layaknya air sungai Brantas di Utara Kabupaten Jombang. Terik mentari menggigit kulit, diteduhkan dengan pepohonan rindang yang saya gunakan berdiskusi dengan Pak Agus, sapaan akrab saya kepadanya mengenai kaitannya dengan keberadaan Dekajo yang dilahirkan di lembar 25 bulan kedua tahun ini. Saya awali dengan penjelasan maksud saya datang menemuinya. Saya mewakili komite sastra Dekajo mempunyai agenda kerja tahun 2010 dengan melakukan penerbitan secara rutin jurnal sastra dan budaya yang kemudian disepakati dengan nama Jurnal Jombangana saat rapat di rumah ketua komite sastra, Hilmi As’ad.

Sambutan terbuka disampaikan dengan baik oleh Pak Agus. Diakui oleh Pak Agus, dirinya belum mengetahui benar keberadaan Dekajo. Tapi dijelaskan jika sebelumnya di Kabupaten Jombang sebenarnya sudah pernah dibentuk. Sambil sekali, dua kali menghisap rokok yang dijepit di antara jemarinya. Pak Agus bercerita, jika ayahnya yang dulu merupakan seniman ludruk di Kabupaten Jombang juga merangkap sebagai pengurus Dewan Kesenian Jombang. Namun, hingga Pak Agus dewasa dan mengikuti jejak ayahnya di teater modern yakni drama tidak terdengar lagi hingar-bingar keberadaan Dewan Kesenian Jombang. Oleh karena itu, kelahiran Dekajo dianggap sebagai peristiwa yang sangat menarik. Sebuah kronologis coba disampaikan oleh Pak Agus seperti analogi kecil. Tidak ubahnya kemajuan teknologi di Indonesia, bahkan dunia. Sehingga posisi seniman memiliki peran penting dalam melakukan perubahan atau reformasi di bidang kesenian di Jombang.

Kemunculan Dekajo yang baru ini harusnya dibekali dengan semangat yang tinggi dan juga digawangi oleh anak-anak muda Jombang. Diharapkan dengan pembentukan Dekajo mampu menjadikan Kabupaten Jombang sebagai barometer kesenian di Jawa Timur, bahkan bisa jadi sampai ke tingkatan nasional. Hal ini dipertegas dengan banyak seniman yang lahir di Kabupaten Jombang, meskipun mereka melakukan kegiatan berkesenian di luar Kabupaten Jombang. Tapi itu semua membuktikan Kabupaten Jombang mampu untuk melahirkan seniman-seniman tingkat nasional. Pak Agus mencontohkan M.H. Ainun Najib, Alm. Nurcholis Madjid, M. Shoim Anwar merupakan putra-putra daerah yang mampu bicara banyak, tidak hanya di dalam, namun di luar Jombang. Pak Agus mengakui memang perlu adanya Dekajo, tapi Dekajo sekarang janganlah menjadi Dekajo yang seremonial saja. Artinya, Dekajo hanya sebagai kemeriahan semalam. Seperti cerita Cinderella dari negara Barat, hanya mendapatkan kabahagian di seperempat malam saja. Maka penting sekali kegiatan yang dilaksanakan di bawah naungan Dekajo.

Rasa kepadulian tinggi terhadap kegiatan berkesenian yang mendapatkan apresiasi di luar Jombang harus didukung. Dibandingkan dengan olahraga, yang mendapatkan sambutan dan dukungan luar biasa. Baik itu berupa sambutan terhadap kontingen atlet yang akan berangkat bertanding, pulang bertanding. Serta dukungan secara finansial yang mencukupi untuk membentuk fokus mereka dalam bertanding. Demikianlah juga para pelaku seni di Jombang harus diperlakukan paling tidak sama. Sehingga cita-cita menjadikan Kabupaten Jombang sebagai barometer kesenian bisa terwujud.

Jombang, 18 Nopember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A. Azis Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Muttaqin A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.S Laksana A’Syam Chandra Manthiek Aang Fatihul Islam Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Aditya Ardi Nugroho Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Sulton Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Idris Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Ali Rif’an Amien Kamil Andhi Setyo Wibowo Andry Deblenk Anggi Putri Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Arie MP Tamba Arisyntya Hidayah Artikel Ary Nugraheni Asarpin Ayu Nuzul Balada Beni Setia Benny Benke Berita Binhad Nurrohmat Budaya Bung Tomo Bustanul Arifin Catatan Catullus Cerbung Cerkak Cerpen Chamim Kohari Choirul Cucuk Espe Dami N. Toda Daru Pamungkas Denny JA Denny Mizhar Devi M. Lestari Dhenok Kristianti Dian DJ Dian Sukarno Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Saryono Dody Yan Masfa Donny Darmawan Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Permadi Emha Ainun Nadjib Endah Wahyuningsih Esai Esti Nuryani Kasam Eva Dwi Kurniawan Evan Gunanzar Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Fanani Rahman Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrahman Karyadi Fathurrochman Karyadi Fathurrozak Felix K. Nesi Forum Sastra Jombang Galuh Tulus Utama Gandis Uka Geguritan Gol A Gong Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gus Noy Gusti Eka Hadi Napster Hadi Sutarno Halim HD Hamka Hamzah Tualeka Zn Hardy Hermawan Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Husnul Khotimah Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imas Senopati Indria Pamuhapsari Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. J Anto Jamal Ma’mur Asmani John H. McGlynn Jombangan Junaedi Kalis Mardiasih Kardono Setyorakhmadi Kasnadi Kemah Budaya Panturan (KBP) KetemuBuku Jombang Ki Ompong Sudarsono Kiki Mikail Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Latief Noor Rochmans Liestyo Ambarwati Khohar M Rizqi Azmi M. Aan Mansyur M. Abror Rosyidin M. Badrus Alwi M. Lutfi M. Shoim Anwar Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Massayu Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Mh Zaelani Tammaka Miftachur Rozak Muhamad Taslim Dalma Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mukadi Mukani Munawir Aziz Musfeptial Musa Nawa Tunggal Nawangsari Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Chasanah Nurel Javissyarqi Ocehan Oei Hiem Hwie Oka Rusmini Opini Padhang Mbulan Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto Parimono V / 40 Plandi Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Prosa Puisi Purwanto Putu Wijaya R Giryadi Raedu Basha Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan Al-yafi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Resensi Reyhan Arif Pambudi Ribut Wijoto Robin Al Kautsar Rodli TL Rony Agustinus Rudi Haryatno Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Arimba S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Samsudin Adlawi Sasti Gotama Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Selendang Sulaiman Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Silka Yuanti Draditaswari Siti Sa'adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sugito Ha Es Suharsono Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad T Agus Khaidir Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tri Wahyu Utami Ulfatul Muhsinah (Oshin) Umar Fauzi Ballah Universitas Jember Virdika Rizky Utama Vyan Tashwirul Afkar W.S. Rendra Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wong Wing King Yanuar Yachya Yudhistira Massardi Yusuf Suharto Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar