Rabu, 01 September 2010

Negeri Rosul seluas Sajadah

Sabrank Suparno

1. Terbentuknya Energi Nama Muhammad

Di dunia kanuragan, para pendekar memperhitungkan kekuatan baru. Kekurangan tak pernah berujung. Terus saja meraung-raung penuhi ruang hidupnya. Padahal wilayah perantauan kerap di laluinya. Beribu jalan dan guru, berjuta metode dan ilmu dikuasai satu persatu. Tetap saja risaunya makin garang. Melanglang buana tuk temukan dan sibak rahasia.

Sementara kabar terus-terus mengiang di telinganya. Tentang negeri di cakrawala, beristana Sidratul Muntaha. Siang malam di laluinya dengan menabung kerinduan yang kian hari bertambah menggumpal. Tak sampai-sampai. Tak sampai-sampai juga. Padahal energinya terkikis di ujung rambut. Di ufuk timur mentari pagi selalu menyapa. Apakah tebarkan pesona ? Tidak. Tidak. Sepertinya menagih hutang-hutang yang numpuk di kantor cakrawala seraya lontarkan seruan kapan engkau hendak melunasinya?

Sampai sebuah perjalanan menghantarnya ke ruang sunyi. Dimana suara-suara tak lagi dipercayai. Segala yang dimilikinya terasa hampa, tak berfungsi, tak sangup mengatasi, tak ada jawaban, tak ada energi. Perjalanan terus berputar-putar, naik turun dalam fikiran sendiri. Hidup terasa buntu, kaku, mandeg, beku, tipikal, absurt, terulang-ulang dan membosankan. Sebuah perjalanan telah selesai. Ketidak berdayaanlah yang menghantarkan dan sekaligus menjemputnya kembali.

Di gelapnya, “ ooh...urip sek jeroning mati “ di lelahnya, di hausnya, di butanya, di perutnya, terceletuk segeming mimik, Muhammad, Muhammad., diulangi berkali-kali, di rapal lirih. Di desir berulang-ulang. Seperti ingatan lama, berabad-abad rasanya. Dulu pernah singah dan berjanji. Ia mulai diam. Di cermatinya ejaan. Muhammad, kenapa harus Muhammad? Kenapa? Disematkan lebih bermakna. Mu........bibir merpat, Ham.....didorong masuk ke kerongkongan haam......sampai ke pusar.......mad.....di rampungkan dengan energi perut. Makna yang diserap dari udara luar organ tubuh, di proses dalam jaringan tubuh memalui mulut, menghasilkan energi yang luar biasa. Beda ya.......dengan menyebut Musa.......Isa........Ya’kub.....Ibrahim. Urutannya lebih simpel, tepat, mudah, tapi menghasilkan energi tak terkira.

Dahulu, di masa jahiliyah, Muhammad dikenal dengan sebutan Ahmad. Di kalangan perguruan, namanya tak asing lagi. Dari punggawa sampai udik jelata mengakui kekondangannya. Hanya satu, jimat pusaka yang tak terkalahkan. Siapapun. Yakni jujur dan dapat di percaya. Ahmad adalah sebutan kata ‘ajam’: kata yang sudah ada sebelum Al-Qur’an diturunkan. Ahmad setara dengan Af’al dalam struktur sastra arab artinya “Memuja”. Memuja adalah sebuah ekspresi sikap dengan kesadaran untuk mengakui sesuatu yang lebih tinggi dari keterbatasannya. Kata Ahmad di deret menjajar. Ditemukanlah perubahan nama dan fungsi menjadi Muhammadun, yang artinya sedang berposisi suatu zaman(isim zaman). Muhammad berbanding sederajat dengan “ zamannya memuja “.

Memuja adalah jurus dan rapalan aji-aji. Energi dasar yang ada digali dan dikelola. Sampai ke kepingan satuan kalor dan joule. Penggalian yang intensif dan istiqomah menumbuhkan kekuatan perkasa. Karena setiap pertempuran dipastikan kalah. Memuja adalah ‘mata watak pandang, pijakan balik, atau jujukan tempat kembali bersila, Memuja sekaligus kemenangan. Mengakui setiap susunan menjadi kosong. Dan nol adalah nilai tertinggi. Memuja merubah zat, mentransfer padatan atom fisikal menjadi cahaya. Pepohonan memuja dengan tinggi dan menjulangnya ke atas. Bunga memuja dengan mekarnya, angin memuja dengan hembusnya, laut memuja dengan gelombang, mentari memuja dengan sinarnya, ganesa alam semesta memuja dengan gerak gravitasinya. Benda mati saja memuja, apalagi hidup.

2. Muhammad lahir dari rahim alam semesta

Siapa hendak terburu curiga atau merasa tanam saham asetnya. Mungkin karna cemburu dan memang pantas cemburu. Kekasih yang maha posesif. Copyright legalitas sang Ego. Hanya gelembung ide sendiri, tanpa perantara. Para pengemis dipersilahkan mengagumi, tapi tak diizinkan memiliki. Muhammad lahir tanpa ayah, jika besar nanti milik siapa. Waktu kecil tanpa ibu, bukankah ini tak menyaingiku. Alloh berdiri mengangkang. Siapapun tak diperbolehkan numpang atau nunut sekalian dalam kebesaranNya. Muhammad ini karya besar, citra dan kreasi tinggi. Ingat, sesungguhnya juga bukan itu. Karna kekasihKu Muhammad Aku persembahkan alam ini. Tapi bukan karna Muhammad Aku persembahkan alam ini. Ini MuhammadKu. Sendiri di persemayaman-Ku. Kalian jangan ikut serta, sebab ketakjubanmu takkan setara.

Astronom abad ini telah menemukan gugusan baru. Kalau dulu Cuma di ketahui sembilan planet ganesa, sekarang bergeser. Keadaan yang terjadi di angkasa bukan demikian adanya. Yang seperti rumpun sembilan ternyata bermilyar-milyaran jumlahnya. Bayangkan betapa luasnya cakrawala sekarang. Berapa banyaknya jumlah planet sekarang. Seandainya engkau tau, mana? Satu planet yang paling jauh, itu juga tercipta karna Muhammad, itu juga mengagumi Muhammad. Muhammad lahir dengan komposisi yang sempura susunan mikro selnya berbahan alam semesta. Muhammad yang berbentuk jasad materi saja, terkait erat dengan batu kecil di tanah pojok pekarangan rumahmu, apalagi Muhammad yang berbentuk jiwa. Menilik sejarah kecilnya Muhammad, agaknya Alloh benar-benar hendak turunkan agama tertinggi. Sehingga persiapan Muhammad sebgai wadah suci , yang kebenarannya suatu saat miskal untuk dibantah. Masa kecil yang berpindah-pindah. Tanpa ibu dan ayah, tanda kebenaran Muhammad benar-benar lahir dari alam semesta

3. Ummy.
Ummy adalah pakaian kebesaran yang menyelimuti taraf pertumbuhannya beranjak dewasa. Ummy berasal dari kata dasar ‘ummat’. Ummy juga berarti bodoh. Bodoh yang tolol disebut jahil. Bodoh yang memang pembauran karakter masyarakat atau ummah disebut ummy. Ummat disebut bodoh bukan karena tolol. Yang disebut bodoh pada ummat memang keberadaannya tidak sebagai pejabat, anak orang kaya pemilik modal, orang berpendidikan tinggi. Sifat dasar Muhammad untuk menjadi besar adalah, hidup bergaul dengan masyarakat, mengerti ditail mengenai seni dan kebudayaan. Bahkan mengerti gejala galau, bimbang, bunga, atau susah perasaan masyarakat. Tak pelak jika dia bukan sekedar wakil ummat, memang ia jelmaan ummat.

Puisi I

Muhammad

 Yang sorbannya menyibak-nyibak terpaan angin
 Yang rambutnya tergerai dari sidrotul muntaha sampai kiamat
 Yang matanya selalu sebam, menangisi derita hati umatnya
 Yang bibirnya santun, lagukan Qur’an, kisahkan keabadian sorga
 Yang keringat tubuhnya diambil dari wewangian alam semesta
 Yang tangannya ulurkan cinta bergandengan
 Yang langkahnya goncangkan kegelapan
 Yang telapak kaki jihatnya tak pernah lelah, tuk temukan kita di jurang-jurang kenistaan.

Ya Rosul- kapan kau hadir dan temui aku. Sebab wajahmu tak bisa kurangkul dengan mimpiku. Dan tak pula jin dan syaitan meniru.

Pembawa kebenaran langit tidak di berlakukan kepada Muhamad saja. Isa.as dan Musa.as juga diberlakukan sama oleh Theokrasi. Sejak kecil mereka dijauhkan dari campur tangan orang yang mengasihinya. Musa misalnya, ia dilahirkan pada masa Fir’aun. Seorang raja yang memberlakukan hukum ‘pembirian’ terhadap sel genetik jantan. Dimana Fir’aun beranggapan, agar pada masanya nanti, negara benar-benar tak ada kreatifitas kegiatan yang menyainginya. Seluruh pejabat, bala tentara, serdadu, konglomerat, infotaitment, perusahaan, diprotek kebebasan berekspresi dan berkreasi. Agar Fir’aun benar-benar tampil sebagai singgle public figure. Namun gejala psikologi semacam ini justru menunjukkan pengakuan Fir’aun terhadap adanya kekuatan Tuhan. Saking takutnya Fir’aun terhadap kekuasaan Tuhan yang mampu dan dapat merubah keadaan dalam semenit saja, Fir’aun siapkan teori berlapis sebagai brigade. Kerapuhan jiwa empati Fir’aun sesungguhnya kilas balik keyakinan dia bahwa dirinya sangatlah rapuh.

Sesuatu yang diyakini kuat oleh sosial, dibalik keadaannya oleh kebenaran 180ยบ. Bayi laki-laki yang tidak aman di masyarakat, justru oleh Alloh ditancapkan ke jantung istana Fir’aun. Musa kecil oleh sang ibu di masukkan dalam peti lalu dihanyutkan ke sungai. Siapa sangka jika arus sungai sejarah itu ternyata mengalir ke titik sentral kecongkakan istan Fir’aun. Bayangkan! Seorang ibu, mengemas bayi yang lahir dari rahimnya. Bayi yang masih merah merona dengan tangis yang menyayat telinga. Ibu mana yang tega, naluri wanita mana yang mengingkarinya. Apalagi saat-saat melepas peti bayi itu kesungai. Hujan air mata sang ibu tumpahi air sungai. Isaknya tersedu-sedu. Peti mulai terhanyut, terlihat ter-ombang ambing. Tak pelak sang ibu menjerit, sambil ulurkan tangan tuk merengkuh kembali anaknya. Seraya berteriak sepontan “Mussss...!”. Melihat keadaan itu, Alloh segera bertindak. Hati, perasaan, kesadaran sang ibu disikepnya. Hatinya dikuatkan, perasaannya dilapangkan, kesadarannya di wedarkan. Bahkan suaranya diputuskan. Jangan sampai suara “Musaaaa” terdengar lantang telinga intelejen dan bala tentara.

Raja sendiri diam-diam meyakini adanya perubahan kelak. Tapi bala tentara bertingkah melebihi teori raja. Tumbuh dan berkembanglah Musa di tengah kecongkakan. Demikianlah simbol gen keberanian yang akan tampil menguak sejarah. Jauh tumbuh dan berkembangnya di sikep Alloh untuk tidak berkoalisi dengan partai apapun. Tidak menduduki jabatan yang ada. Tidak pula di beli kepentingan media masa. Hingga saatnya tiba Musa berperan di zamannya.
Puisi II

DONGENG NEGERI MUSA
• Tiba-tiba hujan tak mau singah
• Angin berhembus
• Mengikis bunga-bunga dan rasa rindu
• Bukankah malam-malam di pekan lalu
• Ada kabar tentang tumbangnya, tujuh kegemukan sejarah
• Yang dilahap tujuh kekurusan dan kekerdilan zaman
• Ini hidup di negeri Musa
• Dimana tangis dan hujan air mata adalah
• Nyanyian lagu kebangsaan
• Di mana orang tak lagi sempat bertanya
• Sebab sibuk melihat nasib anaknya
• Yang cowong mata dan buncit perutnya
• Pagi sore tiada henti, ribuan anak zaman tak terdengar lagi desah nafasnya
• Nyawa mereka dipersembahkan sebagai tumbal kelaparan dan keberingasan
• Modernisme
• Sawah dan ladang, jangankan hijau daun melambai
• Bahkan rumput dan lumutpun menjadi api
• Satu diantara seribu anak negeri
• Musa namanya
• Lantang berseru
• Wahai seluruh anak negriku –menyembah dunia adalah lambang api dan kebodohan
• Maka campakkanlah di lembah Tursinah atau sungai Efrat, Tigris – agar hanyut ke
• Lautan merah, ayunan tongkat Musa itu nyaris menghantam bebatuan
• Atau yang lebih keras dari batu – maka bersemburatlah dari
• Dua belas mata air kebudayaan – untuk pelepas dahaga kegersangan peradaban.

Muhammad dilahirkan murni sebagai anak manusia, murni mencakup dua sifat. Sifat kealaman sebagai jasat dan sifat perilaku moral sebagai ruh. Alloh sebagai zat yang tak terbatas mereferentasikan sebagian sifatnya kepada manusia. Namun Muhammadlah orang terbaik dari seluruh mahluk yang dititipi sifat Alloh yang paling sempurna. Kebaikan tertinggi sifat Muhammad tidak hanya diakui ahli kitab, tetapi juga seluruh pemimpin agama sedunia. Pengakuan ini setelah para pemilik agama terus menerus menganalisa, meneliti dan membandingkan setiap ajarannya dengan ajaran Muhammad. Kalau kemudian pengingkaran itu di lakukan oleh pemeluk ajaran Non Muhammad, itu bukan suara jiwa yang sesungguhnya. Akan tetapi lebih bersifat kepentingan pribadi atau golongan. Sekuat dan serapi apapun kebenaran yang di sembunyikan dari kebenaran Muhammad, pasti akan hancur.

Muhammad sebagai manusia sempurna, tidak karena ajarannya terbaik dalam menyikapi seorang hamba kepada Tuhannya. Tetapi juga pemikiran perilakunya sebagai dasar politik, sosial, budaya, lingkup tata negara. Konsep-konsep perilaku Muhammad masih menempati rangking tertinggi dibanding semua sistem perundang-undangan ataupun kondisi yang dilahirkan pemimpin-pemimpin dunia.

3. Kelahiran Muhammad Dalam Penafsiran Jawa Kuno

Kelahiran Muhammad di masyarakat jawa kuno mendapat arti tersendiri. Muhammad sebagai Rosul Alloh diartikan simbol perilaku yang harus ditempuh setiap manusia dari lahir sampai meninggal dunia. Sebelum jabang bayi lahir secara nyata di dunia, anak sesungguhnya sudah lahir di cakrawala. Kapan lahirnya? Di alam angan-angan orang tuanya ketika mereka masih muda, baligh dan belum menikah. Pemahaman ini disebut tahap pertama dalam kehidupan manusia. Yakni lahirnya anak di alam cita-cita. Tahapan kedua remaja kemudian melangsungkan pernikahan. Dari masa kanak-kanak menuju baligh berarti memasuki dunia baru pertama.
Kemudian dari masa lajang ke jenjang pernikahan disebut memasuki dunia baru tahap ke dua. Setelah menikah dalam hubungan suami istri terjadilah embrio. Proses terjadinya embrio ini disebut memasuki dunia ke tiga. Sebab keadaanya tambah berbeda lagi dengan sebelumnya. Kehamilan usia 4 bulan ditiupkannya ruh, dari gumpalan darah menjadi daging, ini disebut mengalami dunia ke 4. Sedangkan dunia ke 5 taraf hidup manusia adalah kelahirannya.

Fase penakdiran hidup manusia ini di dalam bulan puasa disebut malam lailatul qodar. Yakni malam 21 romadhon disebut malam 1 sampai malam 24 disebut malam 9 atau proses penakdiran yang ke 5. Di dalam masa malam lailatul qodar terjadi dua hal yang silih berganti. Yakni malam 1, kemudian tuang atau malam kosong, kemudian esoknya lagi malam 3, kemudian kosong lagi, dan seterusnya.

Malam lailatul qodar sederajat dengan kisah hijrah Rosul Muhammad dari Mekah ke Madina. Ketika Rosululloh dikejar orang-orang kafir. Beliau sembunyi di goa, kalau keadaan aman keluar lagi. Keluar goa berarti maleman, sedang di dalam goa artinya kosong (tenang). Setelah melewati malam 29, para sahabat menunggu-nunggu kehadiran Rosul Muhammad. Sebab kerinduan mereka ketemu Nabi tak terbendung lagi. Keluarnya Rosul dari persembunyiannya di dalam goa adalah batas kebebasan rosul dari intimidasi kaum kafir. Kalangan sahabat sudah persiapkan pesta kecil atas kemenangan ini.

Fase bayi dalam kandungan sudah 9 bulan 10 hari. Berarti segera terjadi fase ke 5 kelahirannya. Tangis pertama jabang bayi sudah ditunggu-tunggu oleh banyak keluarga. Keluarga juga sudah persiapkan pesta kecil menyambut jabang bayi lahir. Malam 29 artinya 2+9 = 11. Sebelas diurai detail epistimologi jawa sebagai berikut : Sebelas artinya las, artinya benih gabah, yang tidak gabuk dan siap di tanam. Jadi fase jabang bayi yang sudah sempurna tadi sudah siap di tanam di alam padhang sebagai cikal bakal kehidupan. Makanya ketika bayi lahir semua keluarga haruslah bangga yang digambarkan dengan pesta kecil.

Sama seperti bulan puasa, kalau sudah melewati malam 29 esoknya adalah hari raya. Umat diibaratkan suci lahir kembali. Maka dihari kelahiran yang fitri itu tidak diperkenankan puasa, semua harus berpesta. Sama juga dengan kalau Muhammad sudah keluar dan bebas dari dalam goa. Para sahabat haruslah bangga, tidak boleh ada yang sedih.

Jelaslah sekarang bahwa dalam interprestasi pengetahuan jawa kuno Muhammad Rosululloh tidak diartikan syariat begitu saja. Yakni sosok anak manusia yang lahir di Mekah, anak Ibu Aminah dan Bapak Abdulloh. Orang jawa memaknai lebih ke hakikati, layaknya ungkapan Khalil Gibran
Tubuh bukan rumah bagi jiwa
 Tubuh hanyalah rumah
 Tubuh yang indah bukanlah jiwa yang indah
 Tetapi dalam jiwa yang indah terbentuklah rumah yang indah.

Muhammad artinya hidup yang terpuji, baik, berahklaq mulia, produktif, bermutu, bagi kehidupan lainnya. Disamping itu juga memuja, mengakui intensitas ketertaan dan keindahan valensial tertinggi. Sedangkan Rosul di artikan sebagai jalan hidup. Selama manusia masih hidup disebut menjalankan kerasulan. Di utus hidup oleh Alloh. Sedangkan jika manusia sudah mati maka disebut sudah selesai masa kerosulannya atau masa diutusnya untuk hidup sudah selesai.

4. Muhammad Sebagai Dua Kalimat Syahadat

Di kalangan sekte aliran Islam banyak terjadi polemik perihal penyebutan nama Muhammad sebagai Rosul. Tapi polemik ini hanya sebatas kebenaran anekdot. Misal mereka kupas detail begini: kalau kita bersyahadat aku bersaksi, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Alloh dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh. Itu kalau kita yang bersyahadat. Dulu Nabi Muhammad sendiri syahadatnya bagaimana? Masa beliau mengucap namanya sendiri Muhammad, masa dirinya sendiri disaksikan. Misal disebut dengan dan saya utusan Alloh, tidak disertakan Muhammad berarti bentuk syahadatnya kan, beda.

Syahadat Nabi Muhammad sama persis dengan syahadat yang diajarkan ke umatnya. Kenapa demikian, Nabi Muhammad sendiri tetap mengagumi dirinya sebagai pemuja Tuhan tertinggi. Tapi yang dimaksud Nabi bukan dirinya sebagai jasad. Tapi lebih ke Muhammad dalam bentuk jiwanya. Nabi Muhammad sendiri heran pada jiwanya, kenapa jiwanya bisa sedemikian sempurna. Muhammad juga tidak tahu menahu perihal dirinya jadi utusan. Semua orang pasti merasa heran pada dirinya sendiri jika tiba-tiba dirinya muncul ide, pemikiran baru, dapat keberuntungan dan lain-lain. Ketika kita begitu pasti kita heran dan memuja diri kita, kok bisa begitu. Kehebatan kok bisa begitu inilah yang disadari Nabi Muhammad pada dirinya.

Coba kita urai dengan contoh: ketika pedang Daktsur menempel di nadi leher Rosululloh, Daktsur berkata: “Muhammad! Kalau sudah begini siapa yang akan menolongmu?” Rosululloh menjawab : “ Alloh!”. Seketika itu Daktsur gemetar, tangan lumpuh, lunglai, pedangnya tergeletak. Kenapa Daktsur bisa gemetar. Karena kalimat “Alloh” yang tercetus dari bibir Nabi Muhammad itu bukan Nabi Muhammad yang berbicara, melainkan Alloh sendiri. Cuma menyewa mulut Nabi Muhammad, zat mana yang tidak hancur jika dibanding zat yang maha tinggi tak terkira. Dalam keadaan ini Nabi Muhammad sendiri heran, kok bisa Daktsur gemetar hanya dengan ucapan ndumelnya. Kendati demikian, Nabi Muhammad tetap menjaga batas tata krama antar dirinya dengan Muhammad yang terpilih Alloh menjadi Rosul di dalam dirinya. Muhammad sebagai pribadi anak manusia tetap tidak pernah banga kalau di dalam dirinya dijadikan jiwa terkasih Alloh.

Perang uhud adalah perang yang paling parah diderita kaum muslimin. Dari jumlah pasukan muslim 700 diantaranya membelot. Ditambah lagi jumlah pasukan yang tersisa banyak yang tidak mematuhi komando. Sisa pasukan kecil yang tidak bersatu itu kocar-kacir menghadapi jumlah pasukan musuh yang jumlahnya tiga kalilipat. Bayangkan jika satu orang pasukan muslim harus menghadapi tiga orang pasukan lawan. Tentu harus bersilat sedemikian rupa, keluarkan tenaga sempurna dan bahkan semangat luar biasa. Melihat keadaan pasukan muslim demikian sengsara Rosululloh menangis di hadapan Alloh. “ Ya alloh, jika kali ini pasukan kalah, maka kau tidak akan disembah manusia lagi “. Melihat Rosul putus asa Abu Bakar Sidiq menegur Nabi Muhammad. “ Ya Rosul kenapa kau tidak percaya pada Alloh. Bukankah tadi malam Alloh sudah mengatakan kalau pasukanmu akan menang meskipun kocar-kacir “. Menyikapi keyakinan ini Abu Bakar mampu tampil dengan tepat. Ketidak percayaan Rosululloh terhadap ilham Alloh semalam tidaklah bertata krama sebagai Tariqot hati, seolah menyepelehkan Alloh. Abu Bakar tidak percaya kalau orang sekaliber Rosul Muhammad sampai mengeluarkan uneg-uneg semacam itu. Padahal kalau Alloh mau, Tanpa Rosulpun Alloh mampu merubah semua manusia mengakui eksistensi islam sebagai satu-satunya kebenaran di muka bumi. Agaknya Rosul punya alasan sendiri mengapa beliau berkata demikian. “ Abu Bakar, aku tau kalau Alloh tadi malam sudah memberi tahuku. Tapi ingat Alloh itu maha kuasa segalanya. Ia berhak merubah takdirnya sewaktu-waktu tanpa dibatasi oleh siapapun. Dunia ini hanyalah lukisan Dia. Jadi Dia berhak mencoret atau bahkan merobek lukisan Dia sendiri tanpa dicegah siapapun. Bisa saja sewaktu-waktu atau satu detik lagi Alloh berkeinginan menghancurkan pasukan muslim “. Mendengar penjelasan Rosul ini, Abu Bakar sadar, bagaimanapun Rosul adalah tokoh yang paling ma’rifat, mengenal Alloh detail, mampu meletakkan keterbatasan dalam berposisi sebagai hamba. Mengakui ego imajinasi mutlak hanya dimiliki Alloh sebagai Tuhan. Demikianlah Rosul Muhammad, meskipun beliau orang besar, tapi tetap merendah dihadapan Alloh.

Dalam kisah lain juga diceritakan kalau Rosul tiap malam membaca istighfar beratus-ratus kali. Padahal beliau adalah orang yang sudah dijamin penuh masuk surga. Bahkan surga yang intensitasnya paling tinggi. Mohon ampun yang berlebihan agaknya bagi Rosul hanyalah energi sia-sia. Kecuali bagi kita umatnya yang memang belum tentu diampuni dosanya. Bagaimana tanggapan beliau mengenai hal ini. Rosul menjelentrehkan pada sahabatnya “Wahai sahabatku, aku menjadi Rosul dan Nabi itu bukan keinginanku, aku tidak ada daya sedikitpun unatuk itu. Aku menjadi Rosul dan Nabi itu murni atas keinginan Alloh yang maka kreatif. Yang aku tangisi tiap malam itu, jangan sampai sewaktu-waktu Alloh mencabut kenabian dan Kerosulannya dari aku. Sebab Alloh berhak merubah posisi Nabi yang ada padaku dicopot begitu saja. Bisa sajakan, tiba-tiba Nabi dan Rosul dipindah ke Abu Jahal. Kita mau bilang apa...!. Pengakuan Nabi Muhammad semacam ini yang disebut Muhammad sebagai manusia biasa umumnya, masyarakat, menyaksikan jiwa mulia tak terkira anugerah Alloh.
Puisi III

» Wajah Rosululloh «
 Cukuplah tinta kebodohanmu melukis wajahnya
 Mampukan jarak pandangmu merumuskannya
 Yaa….Rosul atas ketimpangan ini
 Volume kepalaku tidaklah menciut atau membesar
 Karna tetap saja aku bisa mengantuk
 Cintaku takkan surut
 Karna cahyamu adalah bagian hidupku
 Yaa….Rosul
 Bagiku…….kau lebih indah jika bersemayam
 Dalam hati ketimbang eksemplar sampah
 Yang kau kibar-kibarkan itu

Dimensi Cinta Nabi Muhammad
a. Cinta kepada umat
Nabi Muhammad adalah sosok yang diidamkan sluruh pemimpin dunia. Sampai saat ini belum pernah lahir sosok pemimpin baik di Amrik atau Eropa yang memiliki perilaku, karakter, pemikiran Rosululloh. Ini dapat kita teliti dari sejarah bagaimana beliau memperlakukan tawanan perang, musuh, harta rampasan perang. Kegigihannya menghormati agama lain, melindungi agama lain seperti yang terjadi pada waktu Fatkhu Makkah dan lain-lain. Bahkan rumusan undang-undang perpolitikan yang di letuskan Rosul di draf perjanjian piagam Madinah sampai saat ini masih menjadi konsesi tertinggi dari seluruh gencatan senjata dan tatanan sosial di dunia.

Pada waktu perang Khondak, pasukan muslim menang telak. Dengan sendirinya membawa harta rampasan perang (-) yang jumlahnya banyak. Harta rampasan itu oleh Rosul di bagi-bagikan kepada masyarakat yang tidak ikut berperang. Dan sebagian lagi di bagikan kaum kafir Makkah, tentu hal ini mengundang protes keras dari pasukan muslim. “ Rosul ini bagaimana sih, kita yang berperang habis-habisan mengorbankan harta bahkan nyawa, kok harta rampasan di bagikan kepada orang-orang yang tidak ikut berperang “. Hal ini wajar jika pasukan muslim iri. Sebab hasil rampasan perang kali ini sampai meraup onata dan domba beratus-ratus. Mendengar reaksi komplain dari pasukannya Nabi menjawab “ Wahai saudaraku, aku memang tidak memberimu harta rampasan sedikitpun, kenapa demikian? Karna aku ingin memberimu harta yang tak ternilai harganya. Apa itu? Akan aku beri cintaku kepadamu. Akan aku beri syafaatku, dan aku akan urusi kalian dengan serius di alam akhirat nanti. Nah sekarang kalian pilih apa? Harta ataukah cintaku. Semua sahabat langsung menangis dan memeluk Rasul “.Ya sudahlah Rosul, kalau begitu aku pilih cintamu saja “

Demikian besar kaliber Muhammad Rosululloh. Teori prinsip hidupnya tidak hanya mencintai umatnya dunia akhirat, tetapi juga mempersiapkan tatanan sosial, ekonomi, seni, kebudayaan, politik yang terdepan. Tentu kita sebagai umat sangatlah merindukan Rosul kekasih Alloh hadir di tengah-tengah sistem kehidupan kita. Kesempurnaan kaliber Rosul itu diibaratkan bahwa Rosululloh adalah tampilan separoh wajah dunia.
Puisi IV
☺ Wajahmu Hemisphere ☺

 Wajahmu hemisphere
 Sembari menarik gravitasi rasaku
 Meski jauh adanya
 Hanya satu, kau diantara semilyaran kekasih
 Yang aku sejuk dan damai berteduh dibawah alismu
 Bersemayam di kelopak matamu
 Selamanya penyakit mati separohku takkan sembuh
 Sebab separuh nyawaku terbelah di kamu
 Kekasih
 Bukankah seluruh partikel atom ujung rambut sampai kukumu
 Adalah tulang rusukku
 Kekasih, dihadapmu aku tak perlu kaca cermin
 Karena di hadapmu bagai aku di depan cermin
 Rosul kekasih.....engkau adalah aku yang tampil sebagai kamu
 Kalau kekasih rembulan bersinar
 Sungguh terpaan biasnya adalah cahaya mentari
 Terpancar sejak berjuta-juta tahun lalu di perjalanan hampa atmosfir ruang

 Raja angin lintasi pulau
 Sesekali pongah terbuai
 Mandang wajahmu aku terpaku
 Bukan rupa wajah, tapi iner beauty
 Andai engkau dihadapanku Rosul terkasih
 Senyummu menjemput lelahku
 Di dadamu kuselesaikan penatku
 Kekasih.........
 Lautan itu dalam, tapi tak pernah katakan kalau dirinya dalam
 Melainkan para nelayan di persilahkan nyelam
 Tuk mengais ikan-ikan dan mutiara di dalamnya
 Samudra itu luas, maka berlabuhlah
 Kepangkan irama layarmu dengan angin, ombak dan badai
 Kekasih........
 Ganesa itu luas, tapi tak pernah bilang kalau dirinya luas
 Melainkan para penerbang di persilahkan melintas
 Dari kaki cakrawala
 Sampai sidrotul muntaha
 Wajahmu hemisphere
 Separuhnya.....aku

( 07-10-2008)

Kalau kita mau berfikir arif dan bijaksana, sesungguhnya kita hanya akan menemukan seluruh pemeluk agama di bumi sedang mengekspresikan cintanya terlalu besar. Saking besarnya sampai orang tersebut tidak sampai hati kalau menyaksikan umatnya menyepelehkan sepihak ajaran Rosul. Kita bisa berfikir matematik begini : Abu Jahal adalah Rosululloh yang tampil sebagai Abu Jahal untuk mengajari umatnya.

b. Cinta kepada Alloh
Nabi Muhammad baik yang dipahami sebagai jiwa moral Rosululloh ataupun yang berbentuk jasat materi adalah orang yang paling dasyat bercinta dengan Alloh. Hal ini karena Rosul adalah orang yang menangkap kebenaran Alloh secara langsung. Posisi beliau dalam menemukan dan di temukan Alloh pada tahap orang pertama. Sedangkan orang kedua dan sampai sekarang menjumpai kebenaran hidupnya hanyalah karena kabar kebenaran dari Rosululloh. Percintaan dan kemesraan Alloh dan Rosulnya belumlah terhijab (kausalitas pertautan). Rosululloh adalah orang di setiap sisi lini tidak putus menyaksikan keindahan Alloh. Satu energinya saja di sinergikan dengan Alloh, tiap detak jantung di isi dengan menyebut nama Alloh. Apa saja yang dijumpai Rosul dihadapannya adalah tampilan wajah Alloh. Rosul mengerti betul bahwa satu detik saja manusia tidak ada sedikitpun andil saham dalam hidup, semua murni milik Alloh. Selama hidup, Alloh bekerja serius ngurusi manusia. Ia mendetakkan jantung, Ia mengedarkan darah, menjaga suhu tubuh, keseimbangan otak, menagtur kesadaran, menghembuskan nafas, dan lain sebagainya. Bayangkan jika Alloh berhenti dan tidak mau bekerja terhadap kita 20 menit saja, kita pasti mati. Andai kita harus menggaji Alloh 1 milyar dalam 20 menit, maka berapa uang yang kita keluarkan untuk menggaji Alloh dalam 1 hari. Apalagi jika Alloh hanya bekerja berdasarkan kontrak dan hanya mau menandatangani kontrak kalau di gaji 1 milyar tiap 20 menitnya.

Penyaksian Rosululloh ini belumlah seberapa. Meski tiap langkah digunakan menyebut nama Alloh. Penyaksian Rosul yang paling indah dan sempurna betul adalah beliau ketika sholat. Sholat bagi Rosululloh tidak hanya dipahami sebagai alat pengukur kewajiban. Misal beliau sholat dzuhur, dengan harapan setelah sholat dzuhur lepaslah tanggung jawabnya terhadap waktu sholat dzuhur. Ini disebut sholat eventibility. Tidak juga dipakai untuk menggaet surga pahala Alloh, sholat tendensial. Tapi sholat Rosul lebih ditempatkan pada posisi cinta (hubungan) layaknya sepasang kekasih sholat Rosul adalah ajang pelepas rindu dan kangen. Layaknya suami istri sholat Rosul diibaratkan ketika mereka sedang bercinta melebur rasa, menjaadi satu dan menghilangkan batas antara dirinya dengan Tuhan.

Ketika takbirotul ihram, gerak tangan Rosul seolah-olah bersinergi dengan seluruh gerakan gravitasi dan rotasi antar planet. Seluruh bacaan do’a dan setiap gerak takbintiqol dihubungkan keterkaitannya dengan seluruh energi yang bergerak du muka bumi, energi ini meliputi aktifitas seluruh manusia, ombak lautan, angin, hujan, sinar matahari dan........terus menerobos ke ruang angkasa sampai mabuk menemukan yang maha tak terbatas yang menggerakkan alam semesta ini. Posisi cinta antara Rosululloh dan Tuhannya adalah posisi kehambaan yang paling tepat. Dalam toriqot Rosul tidak di temukan batas syariat dan ma’rifat. Syariat rosul sama dengan ma’rifatnya. Ma’rifat rosul itu ya.......syariatnya. Toriqot yang baik adalah menggayuh ma’rifat dengan berpijak kuat pada syariat. Ibarat seseorang berdiri menjulang tinggi kakinya berpijak dibumi. Maka tidak gampang jatuh dan rapuh, akan tetapi jika senaliknya, syariat tidak di jadikan landasan sudah mengayuh ma’rifat. Ibarat seseorang berdiri diangkasa karena tidak ada pijakan kuat maka gampang terjatuh. Tergelincir, tertipu, dan kesengsem dengan godaan Alloh. kesengsem artinya tertarik gelombang-gelombang keterpakuan yang seolah-olah benar. Di dalam sholat, Rosul merasakan bahwa detak jantungnya, darahnya, kesadarannya, niat hatinya, energinya, keluangan waktunya adalah murni disetir Alloh. Bahkan jasadnya seolah menghilang seperti sifat udara. Sampai tak terasa lagi kalu dirinya sedang bergerak-gerak dengan takbir intiqol. Seluruh tubuhnya benar milik Alloh, sholatnya juga milik Alloh. Tidak ada sedikitpun Rosul untuk memiliki tubuhnya sendiri bahkan sholatnya. Semua murni diserap Alloh. Akan tetapi melebur bagaimanapun, hilang kayakapapun Rosul tetap bisa membedakan kalau dirinya mahluk. Dan lantas tidak menghilangkan dirinya menjadi Alloh. Apalagi menjadi Tuhan. Manusia melebur menjadi satu dengan Tuhan hanyalah sebatas rasa. Tetapi dalam kenyataannya tetap jasad yang berbeda.

Untuk menarik garis pembahasan ini agar lebih jelas kita ambil contoh sholatnya Syeh Siti Jenar. Ketika Sheh Siti Jenar bersembahyang beliau sudah tepat, yakni menyadari bahwa detak jantung hingga ia bisa menyelesaikan sholat adalah murni ditarik anugerah Alloh. bahkan Sheh Siti Jenar juga sudah merasa kalau satu sel tubuhnya murni saham Alloh. jadi menurut beliau manusia ini adalah Alloh, karena tidak ada satupun manusia yang memiliki sel tubuhnya sendiri. Kesalahan Sheh Siti Jenar adalah tidak mampu membuat batasan bahwa dirinya tetaplah makluk dengan komposisi sel kemahlukan. Dirinya dengan mudah ditarik begitu saja sebagai bagian tubuh Tuhan. Akan tetapi hal ini tidak perlu diperdebatkan. Bisa saja untuk mengajari cara berfikir orang jawa Sunan Kalijogo memecah tubuhnya menjadi dua. Yang satu tampil sebagai Sunan Kalijogo sendiri. Dan yang satu lagi tampil sebagai Syeh Siti Jenar. Kepiawaian Sunan Kalijogo dalam berda’wah, ia membikin saingan dalam dirinya sendiri. Supaya masyarakat jawa meneliti betul kebenaran beragama secara ilmiah. Ilmiah yang dimaksud rasional psikis dan materi. Ulah Sheh Siti Jenar semacam ini tidak perlu ditiru, akan tetapi jika meniru janganlah membikin ulah, yang diajarkan Rosululloh tidaklah berlebihan. Agar para manusia mampu menarik Alloh yang gaib sebagai kontrol pengambilan kebijaksanaan dalam hidupnya. Kalau dengan yang ghoib sebagai kontrol pengambilan kebijaksanaan dalam hidupnya. Kalau dengan yang ghoib saja dilibatkan sebagai penjaga kebenaran dan kejujuran, apalagi antar manusia.

Puisi V
» Negeri Rosul Seluas Sajadah «

 Negeri Rosul hanaylah seluas sajadah
 Negeri Rosul wilayahnya berbatasan dengan akhirat
 Sejauh hamparan mata memandang, semerbak
 Aneka bunga, menghias cakrawala
 Negeri Rosul sebuah negeri yang hanya seluas sajadah
 Tambatan para penziarah dunia
 Hunian para perantau sejarah
 Dinegeri Rosul dibangunlah jalan
 Tempat lalu lalangnya pejalan jauh
 Dan singgah di kampung-kampung melepas dahaga
 Di negeri ini sungai-sungai mengalir dari mata air kepasarahan
 Tersaring bening kotornya limbah kecongkakan hati
 Tanahnya gembur tak keras lagi
 Hingga biji tumbuh menjadi tujuh ratus buah
 Aduhai seberapa luas sih pekarangan kita, takkan cukup menanamnya
 Kecuali di belakang halaman rumah
 Inilah negeri Rosul
 Mengecil seukuran sajadah
 Membesar keruang-ruang hampa
 Memendek sejengkal dunia
 Memanjang ke cakrawala

Karena sholat Rosul dilakukan atas dasar cinta, maka tidak ada sedikitpun rasa terpaksa, sedih dan amburat. Sejak mulai sholat sampai akhir, wajah Rosul tersenyum. Bagi Rosul Alloh di ibaratkan kaca cermin. Kalau kita marah, Alloh juga marah ke kita, kalau kita sedih juga membikin kita sedih. Kalau kita merasa kurang, Alloh juga memberlakukan kita dengan rasa kurang, kalau Alloh tersenyum maka Alloh juga tersenyum melihat kita. Sebab ekspresi buruk yang kita lakukan sesungguhnya ekspresi protes atas cobaan buruk yang ditakdirkan ke kita. Ekspresi buruk tanda tidak bersyukur atas cobaan, dan setiap ketidak bersyukuran adalah pengurangan nikmat bagi kita. Ringkasnya dunia itu seperti kaca, kita sedih dunia sedih, kita tersenyum dunia juga tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A. Azis Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Muttaqin A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.S Laksana A’Syam Chandra Manthiek Aang Fatihul Islam Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Aditya Ardi Nugroho Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Sulton Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Idris Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Ali Rif’an Amien Kamil Andhi Setyo Wibowo Andry Deblenk Anggi Putri Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Arie MP Tamba Arisyntya Hidayah Artikel Ary Nugraheni Asarpin Ayu Nuzul Balada Beni Setia Benny Benke Berita Binhad Nurrohmat Budaya Bung Tomo Bustanul Arifin Catatan Catullus Cerbung Cerkak Cerpen Chamim Kohari Choirul Cucuk Espe Dami N. Toda Daru Pamungkas Denny JA Denny Mizhar Devi M. Lestari Dhenok Kristianti Dian DJ Dian Sukarno Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Saryono Dody Yan Masfa Donny Darmawan Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Permadi Emha Ainun Nadjib Endah Wahyuningsih Esai Esti Nuryani Kasam Eva Dwi Kurniawan Evan Gunanzar Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Fanani Rahman Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrahman Karyadi Fathurrochman Karyadi Fathurrozak Felix K. Nesi Forum Sastra Jombang Galuh Tulus Utama Gandis Uka Geguritan Gol A Gong Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gus Noy Gusti Eka Hadi Napster Hadi Sutarno Halim HD Hamka Hamzah Tualeka Zn Hardy Hermawan Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Husnul Khotimah Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imas Senopati Indria Pamuhapsari Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. J Anto Jamal Ma’mur Asmani John H. McGlynn Jombangan Junaedi Kalis Mardiasih Kardono Setyorakhmadi Kasnadi Kemah Budaya Panturan (KBP) KetemuBuku Jombang Ki Ompong Sudarsono Kiki Mikail Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Latief Noor Rochmans Liestyo Ambarwati Khohar M Rizqi Azmi M. Aan Mansyur M. Abror Rosyidin M. Badrus Alwi M. Lutfi M. Shoim Anwar Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Massayu Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Mh Zaelani Tammaka Miftachur Rozak Muhamad Taslim Dalma Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mukadi Mukani Munawir Aziz Musfeptial Musa Nawa Tunggal Nawangsari Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Chasanah Nurel Javissyarqi Ocehan Oei Hiem Hwie Oka Rusmini Opini Padhang Mbulan Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto Parimono V / 40 Plandi Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Prosa Puisi Purwanto Putu Wijaya R Giryadi Raedu Basha Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan Al-yafi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Resensi Reyhan Arif Pambudi Ribut Wijoto Robin Al Kautsar Rodli TL Rony Agustinus Rudi Haryatno Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Arimba S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Samsudin Adlawi Sasti Gotama Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Selendang Sulaiman Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Silka Yuanti Draditaswari Siti Sa'adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sugito Ha Es Suharsono Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad T Agus Khaidir Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tri Wahyu Utami Ulfatul Muhsinah (Oshin) Umar Fauzi Ballah Universitas Jember Virdika Rizky Utama Vyan Tashwirul Afkar W.S. Rendra Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wong Wing King Yanuar Yachya Yudhistira Massardi Yusuf Suharto Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar