Dian DJ
Akhir-akhir ini kita sering mendengar berita tentang kekeresan kelompok yang mengaku (mungkin kata yang lebih pas adalah ”mengatasnamakan) kelompok Islam. Dengan berseru ”Takbir kosong” mereka menghajar menghantam memukili orang yang sedang asyik berma’siat (hentah orang yang mabuk, judi atau yang lain). Itupun belum seberapa, ada yang lebih mengerikan lagi, kelompok yang mengatsnamakan Islam melakukan peneroran pengeboman. berakibat banyak korban jiwa yang tiada lain adalah rakyat negara sendiri. Seakan-akan tuhan itu hanya milik mereka dan seakan-akan tuhan telah jelas-jelas menghalalkan bagi mereka mengucurkan darah orang sebangsa sendiri. Bukan berhenti disitu juga ada lagi yang lebih menggilakan, meledakan diri sendiri atau lebih ngetrend disebut dengan ”bom bunuh diri”.
saya akan meminjam dawuh dari Imam Ahmad As-syatiry yang mengatakan bahwa: ”orang yang melakukan bom bunuh diri itu haqiqotnya sama dengan orang yang melakukan bunuh diri. Dalam segi agama diberi hukum Haram, kecuali memang benar-benar tidak ada cara lain selain itu”.
Pengecualian bom bunuh diri yang diperbolehkan misalnya; pada perlawanan palestina terhadap Israel. Coba bayangkan(dalam peperangan tersebut) tentara Israel yang bersenjata lengkap dibandingkan dengan warga sipil Palestina yang tiada bersenjata. warga sipil palestina diperbolehkan membuat bom dan meledakkan diri mengingat hal itu adalah satu-satunya cara untuk melawan.
Kalau tidak dengan perlawanan gigih demikian dari Palestina, pasti Masjidil Aqsho, yang merupakan salah satu masjid terpenting bagi umat Islam akan jatuh pada tentara-tentara ”brengsek” Israel (semoga Allah mela’nat mereka).
Waba’du ketika yang dilakukan oleh orang palestina itu (bom bunuh diri) diperbolehkan oleh Islam, karena itu bertujuan menegakkan kalimatillah. Sedangkan, bom bunuh diri dalam konteks Indonesia itu berhukum Haram.
Kembali pada pembahasan awal, dengan berdalih kelompok Amal ma’ruf Nahi mungkar (berbuat kebaikan dan mencega kemungkaran), apa memang benar Islam mengajarkan kita tentang Nahi mungkar (hanya ini yang saya garis bawahi)? Memang tidak bisa dipungkiri hal itu, tapi apa perwujudanya harus seperti itu?
Bukankah nabi Muhammad, nabi pembawa gama Islam sendiri diutus untuk menjadi Rahmat bagi sekalian alam?, Islam (Waallahu A’alam) satu sisi saya membenarkan menyuruh mencegah kemungkaran, tapi disisi yang lain Islam mengajarkan kasih sayang.
Menjadi mencegah kemungkaran tapi dengan kasih sayang. Menurut K.H. Musthafa Bisri, dalam berda’wah yang didahulukan itu dengan cara kasih sayang (Rahmat), kemudian baru mencegah kemungkaran (Nahi mungkar), atau bahkan bisa saja memberi pengertian kalau sebenarnya Amal Ma;ruf nahi Mungkar itu adalah kata lain dari Rahmatan Lil’alamin.
Anda tahu dari dampak kelompok keras Islam? Kalau kita coba melakukan observasi dampak negatif, maka akan banyak ditemukan. Persepsi dunia akan memandang agama Islam sebagai agama yang mengajarkan kekerasan, bukan yang diingnikan islam sendiri. Karena islam adalah agama kasih sayang. Bukan hanya itu saja, orang Islam akan berlari mencari naungan perlindungan agama lain. Karena mereka merasa tidak aman oleh sikap bodoh orang Islam sendiri. Apa itu yang sebenarnya diinginkan oleh mereka?
Ngono yo ngono tapi yo ojo ngono (begitu ya begitu tapi jangan begitu), atau kelompok tersebut ingin menjadi barisan pembelah tuhan?, seakan-akan tuhan butuh bantuan mereka dalam kekuasaan tuhan. Setahu saya Rosul tidak pernah mengajarkan yang seperti itu, walaupun mereka mengaku umatnya.
Nabi sendiri memperlakukan orang kafir juga dengan kasih sayang, bijaksana dan tidak semena-mena, adakalanya benama kafir Dzimmi, kafir yang membayar pajak pada negara dan mendapat jaminan keselamatan. Kalau nabi dalam berda’wah dengan kekerasan mana mungkin nabi punya banyak pengikut? Bahkan orang luar terheran-heran kenapa ada pemimpin seperti Muhammad yang begitu dipatuhi. Semua pengikut mau melakukan apapun dengan dasar atas perintah rosul, meskipun disuruh masuk sumur.
Dikarenakan nabi itu bukan hanya menyuruh tapi juga mengajak, pertama-tama yang dilakukan nabi adalah mengerjakan pekerjaan dahulu, barulah nabi mengajak meraka sama-sama melakukan apa yang dikerjakan nabi. (banyak hikayat yang diceritakan seperti pembuatan parit jebakan pada perang badar). Realita yang berkembang sekarang bukan seperti itu, banyak yang seperti ”Makelar bis”, menyuruh orang lain masuk bis, tapi dia sendiri tidak ikut naik. Begitu juga sangat mengherankan bila ada umat yang tidak patuh terhadap Nabi.
Untuk mengakhiri tulisan ini saya bawakan ayat Al-qur’an yang menggambarkan Nabi Muhammad yang terdapat pada ayat ” Laqod ja’akum Rosulun minanfusikum ’azizun azizun alaihi ma anittum alaikum bilmu’minina roufurrokhim”.
Akhir-akhir ini kita sering mendengar berita tentang kekeresan kelompok yang mengaku (mungkin kata yang lebih pas adalah ”mengatasnamakan) kelompok Islam. Dengan berseru ”Takbir kosong” mereka menghajar menghantam memukili orang yang sedang asyik berma’siat (hentah orang yang mabuk, judi atau yang lain). Itupun belum seberapa, ada yang lebih mengerikan lagi, kelompok yang mengatsnamakan Islam melakukan peneroran pengeboman. berakibat banyak korban jiwa yang tiada lain adalah rakyat negara sendiri. Seakan-akan tuhan itu hanya milik mereka dan seakan-akan tuhan telah jelas-jelas menghalalkan bagi mereka mengucurkan darah orang sebangsa sendiri. Bukan berhenti disitu juga ada lagi yang lebih menggilakan, meledakan diri sendiri atau lebih ngetrend disebut dengan ”bom bunuh diri”.
saya akan meminjam dawuh dari Imam Ahmad As-syatiry yang mengatakan bahwa: ”orang yang melakukan bom bunuh diri itu haqiqotnya sama dengan orang yang melakukan bunuh diri. Dalam segi agama diberi hukum Haram, kecuali memang benar-benar tidak ada cara lain selain itu”.
Pengecualian bom bunuh diri yang diperbolehkan misalnya; pada perlawanan palestina terhadap Israel. Coba bayangkan(dalam peperangan tersebut) tentara Israel yang bersenjata lengkap dibandingkan dengan warga sipil Palestina yang tiada bersenjata. warga sipil palestina diperbolehkan membuat bom dan meledakkan diri mengingat hal itu adalah satu-satunya cara untuk melawan.
Kalau tidak dengan perlawanan gigih demikian dari Palestina, pasti Masjidil Aqsho, yang merupakan salah satu masjid terpenting bagi umat Islam akan jatuh pada tentara-tentara ”brengsek” Israel (semoga Allah mela’nat mereka).
Waba’du ketika yang dilakukan oleh orang palestina itu (bom bunuh diri) diperbolehkan oleh Islam, karena itu bertujuan menegakkan kalimatillah. Sedangkan, bom bunuh diri dalam konteks Indonesia itu berhukum Haram.
Kembali pada pembahasan awal, dengan berdalih kelompok Amal ma’ruf Nahi mungkar (berbuat kebaikan dan mencega kemungkaran), apa memang benar Islam mengajarkan kita tentang Nahi mungkar (hanya ini yang saya garis bawahi)? Memang tidak bisa dipungkiri hal itu, tapi apa perwujudanya harus seperti itu?
Bukankah nabi Muhammad, nabi pembawa gama Islam sendiri diutus untuk menjadi Rahmat bagi sekalian alam?, Islam (Waallahu A’alam) satu sisi saya membenarkan menyuruh mencegah kemungkaran, tapi disisi yang lain Islam mengajarkan kasih sayang.
Menjadi mencegah kemungkaran tapi dengan kasih sayang. Menurut K.H. Musthafa Bisri, dalam berda’wah yang didahulukan itu dengan cara kasih sayang (Rahmat), kemudian baru mencegah kemungkaran (Nahi mungkar), atau bahkan bisa saja memberi pengertian kalau sebenarnya Amal Ma;ruf nahi Mungkar itu adalah kata lain dari Rahmatan Lil’alamin.
Anda tahu dari dampak kelompok keras Islam? Kalau kita coba melakukan observasi dampak negatif, maka akan banyak ditemukan. Persepsi dunia akan memandang agama Islam sebagai agama yang mengajarkan kekerasan, bukan yang diingnikan islam sendiri. Karena islam adalah agama kasih sayang. Bukan hanya itu saja, orang Islam akan berlari mencari naungan perlindungan agama lain. Karena mereka merasa tidak aman oleh sikap bodoh orang Islam sendiri. Apa itu yang sebenarnya diinginkan oleh mereka?
Ngono yo ngono tapi yo ojo ngono (begitu ya begitu tapi jangan begitu), atau kelompok tersebut ingin menjadi barisan pembelah tuhan?, seakan-akan tuhan butuh bantuan mereka dalam kekuasaan tuhan. Setahu saya Rosul tidak pernah mengajarkan yang seperti itu, walaupun mereka mengaku umatnya.
Nabi sendiri memperlakukan orang kafir juga dengan kasih sayang, bijaksana dan tidak semena-mena, adakalanya benama kafir Dzimmi, kafir yang membayar pajak pada negara dan mendapat jaminan keselamatan. Kalau nabi dalam berda’wah dengan kekerasan mana mungkin nabi punya banyak pengikut? Bahkan orang luar terheran-heran kenapa ada pemimpin seperti Muhammad yang begitu dipatuhi. Semua pengikut mau melakukan apapun dengan dasar atas perintah rosul, meskipun disuruh masuk sumur.
Dikarenakan nabi itu bukan hanya menyuruh tapi juga mengajak, pertama-tama yang dilakukan nabi adalah mengerjakan pekerjaan dahulu, barulah nabi mengajak meraka sama-sama melakukan apa yang dikerjakan nabi. (banyak hikayat yang diceritakan seperti pembuatan parit jebakan pada perang badar). Realita yang berkembang sekarang bukan seperti itu, banyak yang seperti ”Makelar bis”, menyuruh orang lain masuk bis, tapi dia sendiri tidak ikut naik. Begitu juga sangat mengherankan bila ada umat yang tidak patuh terhadap Nabi.
Untuk mengakhiri tulisan ini saya bawakan ayat Al-qur’an yang menggambarkan Nabi Muhammad yang terdapat pada ayat ” Laqod ja’akum Rosulun minanfusikum ’azizun azizun alaihi ma anittum alaikum bilmu’minina roufurrokhim”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar