Jumat, 03 September 2010

Antara Nahi Mungkar dan Rahmatan lil'alamin

Dian DJ

Akhir-akhir ini kita sering mendengar berita tentang kekeresan kelompok yang mengaku (mungkin kata yang lebih pas adalah ”mengatasnamakan) kelompok Islam. Dengan berseru ”Takbir kosong” mereka menghajar menghantam memukili orang yang sedang asyik berma’siat (hentah orang yang mabuk, judi atau yang lain). Itupun belum seberapa, ada yang lebih mengerikan lagi, kelompok yang mengatsnamakan Islam melakukan peneroran pengeboman. berakibat banyak korban jiwa yang tiada lain adalah rakyat negara sendiri. Seakan-akan tuhan itu hanya milik mereka dan seakan-akan tuhan telah jelas-jelas menghalalkan bagi mereka mengucurkan darah orang sebangsa sendiri. Bukan berhenti disitu juga ada lagi yang lebih menggilakan, meledakan diri sendiri atau lebih ngetrend disebut dengan ”bom bunuh diri”.

saya akan meminjam dawuh dari Imam Ahmad As-syatiry yang mengatakan bahwa: ”orang yang melakukan bom bunuh diri itu haqiqotnya sama dengan orang yang melakukan bunuh diri. Dalam segi agama diberi hukum Haram, kecuali memang benar-benar tidak ada cara lain selain itu”.

Pengecualian bom bunuh diri yang diperbolehkan misalnya; pada perlawanan palestina terhadap Israel. Coba bayangkan(dalam peperangan tersebut) tentara Israel yang bersenjata lengkap dibandingkan dengan warga sipil Palestina yang tiada bersenjata. warga sipil palestina diperbolehkan membuat bom dan meledakkan diri mengingat hal itu adalah satu-satunya cara untuk melawan.

Kalau tidak dengan perlawanan gigih demikian dari Palestina, pasti Masjidil Aqsho, yang merupakan salah satu masjid terpenting bagi umat Islam akan jatuh pada tentara-tentara ”brengsek” Israel (semoga Allah mela’nat mereka).

Waba’du ketika yang dilakukan oleh orang palestina itu (bom bunuh diri) diperbolehkan oleh Islam, karena itu bertujuan menegakkan kalimatillah. Sedangkan, bom bunuh diri dalam konteks Indonesia itu berhukum Haram.

Kembali pada pembahasan awal, dengan berdalih kelompok Amal ma’ruf Nahi mungkar (berbuat kebaikan dan mencega kemungkaran), apa memang benar Islam mengajarkan kita tentang Nahi mungkar (hanya ini yang saya garis bawahi)? Memang tidak bisa dipungkiri hal itu, tapi apa perwujudanya harus seperti itu?

Bukankah nabi Muhammad, nabi pembawa gama Islam sendiri diutus untuk menjadi Rahmat bagi sekalian alam?, Islam (Waallahu A’alam) satu sisi saya membenarkan menyuruh mencegah kemungkaran, tapi disisi yang lain Islam mengajarkan kasih sayang.

Menjadi mencegah kemungkaran tapi dengan kasih sayang. Menurut K.H. Musthafa Bisri, dalam berda’wah yang didahulukan itu dengan cara kasih sayang (Rahmat), kemudian baru mencegah kemungkaran (Nahi mungkar), atau bahkan bisa saja memberi pengertian kalau sebenarnya Amal Ma;ruf nahi Mungkar itu adalah kata lain dari Rahmatan Lil’alamin.

Anda tahu dari dampak kelompok keras Islam? Kalau kita coba melakukan observasi dampak negatif, maka akan banyak ditemukan. Persepsi dunia akan memandang agama Islam sebagai agama yang mengajarkan kekerasan, bukan yang diingnikan islam sendiri. Karena islam adalah agama kasih sayang. Bukan hanya itu saja, orang Islam akan berlari mencari naungan perlindungan agama lain. Karena mereka merasa tidak aman oleh sikap bodoh orang Islam sendiri. Apa itu yang sebenarnya diinginkan oleh mereka?

Ngono yo ngono tapi yo ojo ngono (begitu ya begitu tapi jangan begitu), atau kelompok tersebut ingin menjadi barisan pembelah tuhan?, seakan-akan tuhan butuh bantuan mereka dalam kekuasaan tuhan. Setahu saya Rosul tidak pernah mengajarkan yang seperti itu, walaupun mereka mengaku umatnya.

Nabi sendiri memperlakukan orang kafir juga dengan kasih sayang, bijaksana dan tidak semena-mena, adakalanya benama kafir Dzimmi, kafir yang membayar pajak pada negara dan mendapat jaminan keselamatan. Kalau nabi dalam berda’wah dengan kekerasan mana mungkin nabi punya banyak pengikut? Bahkan orang luar terheran-heran kenapa ada pemimpin seperti Muhammad yang begitu dipatuhi. Semua pengikut mau melakukan apapun dengan dasar atas perintah rosul, meskipun disuruh masuk sumur.

Dikarenakan nabi itu bukan hanya menyuruh tapi juga mengajak, pertama-tama yang dilakukan nabi adalah mengerjakan pekerjaan dahulu, barulah nabi mengajak meraka sama-sama melakukan apa yang dikerjakan nabi. (banyak hikayat yang diceritakan seperti pembuatan parit jebakan pada perang badar). Realita yang berkembang sekarang bukan seperti itu, banyak yang seperti ”Makelar bis”, menyuruh orang lain masuk bis, tapi dia sendiri tidak ikut naik. Begitu juga sangat mengherankan bila ada umat yang tidak patuh terhadap Nabi.

Untuk mengakhiri tulisan ini saya bawakan ayat Al-qur’an yang menggambarkan Nabi Muhammad yang terdapat pada ayat ” Laqod ja’akum Rosulun minanfusikum ’azizun azizun alaihi ma anittum alaikum bilmu’minina roufurrokhim”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A. Azis Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Muttaqin A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.S Laksana A’Syam Chandra Manthiek Aang Fatihul Islam Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Aditya Ardi Nugroho Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Sulton Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Idris Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Ali Rif’an Amien Kamil Andhi Setyo Wibowo Andry Deblenk Anggi Putri Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Arie MP Tamba Arisyntya Hidayah Artikel Ary Nugraheni Asarpin Ayu Nuzul Balada Beni Setia Benny Benke Berita Binhad Nurrohmat Budaya Bung Tomo Bustanul Arifin Catatan Catullus Cerbung Cerkak Cerpen Chamim Kohari Choirul Cucuk Espe Dami N. Toda Daru Pamungkas Denny JA Denny Mizhar Devi M. Lestari Dhenok Kristianti Dian DJ Dian Sukarno Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Saryono Dody Yan Masfa Donny Darmawan Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Permadi Emha Ainun Nadjib Endah Wahyuningsih Esai Esti Nuryani Kasam Eva Dwi Kurniawan Evan Gunanzar Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Fanani Rahman Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrahman Karyadi Fathurrochman Karyadi Fathurrozak Felix K. Nesi Forum Sastra Jombang Galuh Tulus Utama Gandis Uka Geguritan Gol A Gong Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gus Noy Gusti Eka Hadi Napster Hadi Sutarno Halim HD Hamka Hamzah Tualeka Zn Hardy Hermawan Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Husnul Khotimah Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imas Senopati Indria Pamuhapsari Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. J Anto Jamal Ma’mur Asmani John H. McGlynn Jombangan Junaedi Kalis Mardiasih Kardono Setyorakhmadi Kasnadi Kemah Budaya Panturan (KBP) KetemuBuku Jombang Ki Ompong Sudarsono Kiki Mikail Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Latief Noor Rochmans Liestyo Ambarwati Khohar M Rizqi Azmi M. Aan Mansyur M. Abror Rosyidin M. Badrus Alwi M. Lutfi M. Shoim Anwar Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Massayu Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Mh Zaelani Tammaka Miftachur Rozak Muhamad Taslim Dalma Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mukadi Mukani Munawir Aziz Musfeptial Musa Nawa Tunggal Nawangsari Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Chasanah Nurel Javissyarqi Ocehan Oei Hiem Hwie Oka Rusmini Opini Padhang Mbulan Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto Parimono V / 40 Plandi Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Prosa Puisi Purwanto Putu Wijaya R Giryadi Raedu Basha Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan Al-yafi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Resensi Reyhan Arif Pambudi Ribut Wijoto Robin Al Kautsar Rodli TL Rony Agustinus Rudi Haryatno Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Arimba S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Samsudin Adlawi Sasti Gotama Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Selendang Sulaiman Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Silka Yuanti Draditaswari Siti Sa'adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sugito Ha Es Suharsono Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad T Agus Khaidir Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tri Wahyu Utami Ulfatul Muhsinah (Oshin) Umar Fauzi Ballah Universitas Jember Virdika Rizky Utama Vyan Tashwirul Afkar W.S. Rendra Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wong Wing King Yanuar Yachya Yudhistira Massardi Yusuf Suharto Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar