Sabtu, 24 Juli 2010

Saat Indonesia Berubah Nama

Sabrank Suparno

*(Ketika kota Bagdad dikepung oleh tentara Jengiz Khan, dan umat jatuh nyalinya, justru)
**(seorang sufi buta turun ke pasar, menyampaikan khotbah yang membakar)*
***)Denyar beribu tanya.

Pernahkah kita sejenak saja berfikir tentang apa arti Indonesia? Siapa yang awal sekali memberi nama Iandonesia? Apakah nama itu benar-benar sesuai dengan karakter jiwa yang dicita-citakan Nenek Moyangnya saat mereka menimang anak cucu cicitnya kelak? Apakah nama itu kebanggaan Ayah-Bundanya yang tau persis darah dagingnya? Atau sandainya bayi dalam kandungan dapat berbicara, apakah bayi kecil Indonesia ini setuju kalau dirinya dijuluki dengan panggilan itu?

Lantas bagaimana jika nantinya perkembangan anak tidak sesuai dengan yang diharapkan Kakek Nenek, Ayah Ibu yang melahirkannya? Tidakkah nama yang tidak cocok dengan sel-sel tubuh, vibrasi gelombang, jumlah detak jantung, peredaran darah, letupan gelembung imajenasi fikirannya, akan mempengaruhi tingkat kekebalan dan kasehatan tubuhnya? Apakah anak yang bernama Indoneia ini benar-benar lahir dari rahim Ibu Pertiwi yang menikah secara resmi?

Ataukah anak lamkoar dari perawan lugu yang di perkosa selama 350 tahun oleh pejantan bule yang kesepian di rantau, yang kemudian dengan serta merta melampiaskan nafsu seksualnya?. Kenapa bayi itu sejak di alam kandungan sudah menyusahkan Ayah- Bundanya? Kenapa pula setelah lahir sampai sekarang terkesan sakiat-sakitan. Sebagai orangtua, usaha apa yang akan dilakukan agar anaknya sembuh sediakala? Bagaimana perasaan orangtua ketika melihat anaknya mengeram kesakitan terus menerus?

Ke dokter spesialis apakah yang tepat menerka jenis penyakitnya? Menurut dokter. seberapa parah kekambuhan penyakitnya? Apakah wajib rawat inap, obat jalan, atau operasi bedah sekalian? Apakah Indonesia ini sudah benar-benar sebuah Negara? Mana pemerintahan yang menjalankan amanat rakyat? Mana rakyatnya yang berhak mendapat kesejahteraan dari pemerintahnya? Apakah rakyat benar-benar mengamanati sesuai hati nurani? Apakah pemerintah merasa diamanati?

Mengertikah kalau rakyat yang mengamanati sesungguhnya juragan Negara? Fahamkah kalau pemerintah yang diamanati sesungguhnya buruh rakyatnya? Tidak terbalikkah kalau kemudian pemerintah mengaku juragan? Bukankah wakil rakyat hanya segerombolan mafia yang sedang main gaplei? Layakkah kalau kartu gapleinya kemudian diuntit dibalik arena?

Apakah anak yang bernama Indonesia, yang lahir tahun 1945 kemarin sore itu sudah mengerti apa itu pemerintah? Bukankah pemerintah tak lebih hanya sekedar panitia polese keuangan dunia? Apakah harus Indonesia namanya? Tepatkah tujuan nasionalnya? Bagi rakyat, yang penting kesejahteraan ataukah sekedar mati-matian mempertahankan nama Indonesia? Kanapa harus pancasila lambang negaranya? Apa untungnya kalau hanya dijadikan lambang saja? Kenapa harus NKRI harga mati? Kenapa harus sistem presidential? Kenapa harus UUD45 dasarnya? Cukup kuatkah dasar pondasi itu?

Apa sesungguhnya yang penting bagi warga Negara? Apakah itu semua penting jika terus menerus menderita? Apakah tidak ada cara lain? Apakah tidak ada tokoh yang mumpuni memimpin bangsa ini? Apakah seluruh masyarakat Indonesia mengerti kebobrokan sistem ini? Apakah seluruh penghuni Indonesia merasa dan menyadari kalau Indonesia sudah diambang kematian? Apakah masyarakat Indonesia mengerti kalau semasa hidupnya Indonesia sakit parah, sejenis komplikasi yang tak mungkin disembuhkan? Apakah kita tau berjajar-jajar pulau ini hanya bertengger di atas lempengan perut bumi? Apakah kita siap dengan gempa susulan yang terus menerus? Apakah kita siap dengan gempa berkekuatan 9 koma sekian skala rehter? Apakah kita siap dengan gempa yang tak lagi bisa diukur dengan seismograf?

Apaah kita siap dengan gempa yang tak ada lagi manusia yang sempat mengevakuasi? Apakah kita tau kalau Tuhan tidak ikhlas begitu saja menciptakan alam semesta ini? Kenapa kita tidak bertanya buat siapa Tuhan siapkan neraka?

Saya menghimbau agar pembaca mengisi pertanyaan pembaca sendiri yang belum kami tulis.
Saya bermaksud mempersiapkan anda agar memulai pemaknaan anda terhadap Indonesia ke depan.
Sehingga pada waktu Indonesia berubah kelak, anda tidak kaget.

Pertanyaan di atas juga tidak harus dijawab oleh siapa-siapa. Cobalah menjawab sendiri. Dengan demikian anda akan merasa memiliki negera ini dan seolah bersikap sebagai orang tua bangsa yang telaten ngemong seluruh tingkah laku anak-anak negeri, termasuk anak-anak yang bernama DPR, MPR dan Presiden

Semakin banyak koleksi pertanyaan yang anda bubuhkan dalam tulisan ini berarti anda sedang membangun peradaban Indonesia baru. sebuah Negara yang akan dijuluki macan kupluk an. Negara besar dan penuh wibawah yang memimpin belantara dunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A. Azis Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Muttaqin A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.S Laksana A’Syam Chandra Manthiek Aang Fatihul Islam Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Aditya Ardi Nugroho Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Sulton Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Idris Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Ali Rif’an Amien Kamil Andhi Setyo Wibowo Andry Deblenk Anggi Putri Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Arie MP Tamba Arisyntya Hidayah Artikel Ary Nugraheni Asarpin Ayu Nuzul Balada Beni Setia Benny Benke Berita Binhad Nurrohmat Budaya Bung Tomo Bustanul Arifin Catatan Catullus Cerbung Cerkak Cerpen Chamim Kohari Choirul Cucuk Espe Dami N. Toda Daru Pamungkas Denny JA Denny Mizhar Devi M. Lestari Dhenok Kristianti Dian DJ Dian Sukarno Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Saryono Dody Yan Masfa Donny Darmawan Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Permadi Emha Ainun Nadjib Endah Wahyuningsih Esai Esti Nuryani Kasam Eva Dwi Kurniawan Evan Gunanzar Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Fanani Rahman Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrahman Karyadi Fathurrochman Karyadi Fathurrozak Felix K. Nesi Forum Sastra Jombang Galuh Tulus Utama Gandis Uka Geguritan Gol A Gong Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gus Noy Gusti Eka Hadi Napster Hadi Sutarno Halim HD Hamka Hamzah Tualeka Zn Hardy Hermawan Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Husnul Khotimah Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imas Senopati Indria Pamuhapsari Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. J Anto Jamal Ma’mur Asmani John H. McGlynn Jombangan Junaedi Kalis Mardiasih Kardono Setyorakhmadi Kasnadi Kemah Budaya Panturan (KBP) KetemuBuku Jombang Ki Ompong Sudarsono Kiki Mikail Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Latief Noor Rochmans Liestyo Ambarwati Khohar M Rizqi Azmi M. Aan Mansyur M. Abror Rosyidin M. Badrus Alwi M. Lutfi M. Shoim Anwar Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Massayu Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Mh Zaelani Tammaka Miftachur Rozak Muhamad Taslim Dalma Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mukadi Mukani Munawir Aziz Musfeptial Musa Nawa Tunggal Nawangsari Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Chasanah Nurel Javissyarqi Ocehan Oei Hiem Hwie Oka Rusmini Opini Padhang Mbulan Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto Parimono V / 40 Plandi Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Prosa Puisi Purwanto Putu Wijaya R Giryadi Raedu Basha Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan Al-yafi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Resensi Reyhan Arif Pambudi Ribut Wijoto Robin Al Kautsar Rodli TL Rony Agustinus Rudi Haryatno Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Arimba S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Samsudin Adlawi Sasti Gotama Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Selendang Sulaiman Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Silka Yuanti Draditaswari Siti Sa'adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sugito Ha Es Suharsono Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad T Agus Khaidir Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tri Wahyu Utami Ulfatul Muhsinah (Oshin) Umar Fauzi Ballah Universitas Jember Virdika Rizky Utama Vyan Tashwirul Afkar W.S. Rendra Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wong Wing King Yanuar Yachya Yudhistira Massardi Yusuf Suharto Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar