Minggu, 29 September 2019

Balai Bahasa Jawa Timur Gelar Revitalisasi Sandur Manduro di Jombang


Portaltiga.com

Balai Bahasa Jawa Timur (BBJT) mengadakan revitalisasi Sandur Manduro di Desa Manduro, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang. Acara digelar selama tiga hari, mulai tanggal 26–28 Februari 2019. Revitalisasi diikuti oleh generasi muda Jombang, mulai dari mahasiswa, pelajar, dan pemuda setempat.

Kepala Balai Bahasa Jawa Timur, Drs. Mustakim, M.Hum., menjelaskan bahwa revitalisasi Sandur Manduro adalah usaha untuk mengenalkan dan membangkitan kembali salah satu seni tradisi lisan, sekaligus merupakan upaya konservasi pada kesusastraan tradisi yang hampir tergerus zaman.

Hal itu sesuai dengan kebijakan Balai Bahasa untuk melakukan upaya perlindungan terhadap warisan kebahasaan dan kesastraan yang terancam keberadaannya.

“Sandur terdiri atas berbagai unsur. Salah satunya adalah bahasa dan sastra. Oleh karena itu, seni tradisi tersebut direvitalisasi dan diperkenalkan secara lebih dekat kepada generasi muda, agar pewarisan nilai-nilai luhur lewat sastra, seni dan budaya, terfasilitasi dengan baik,” tutur Mustakim.

Kenyataan itu dibenarkan Warito, seniman Sandur Manduro. Menurut dia, meskipun pada 2017, Sandur Manduro ditetapkan sebagai warisan tak benda oleh pemerintah, tetapi hingga kini belum ada tindak lanjut dan hampir tidak ada generasi muda yang bersedia mempelajarinya.

“Belum ada anak muda yang mau belajar. Selain itu, seni Sandur sudah kalah sama elektone, sehingga jarang yang nanggap,” tutur Warito.

Sandur Manduro merupakan seni tradisi khas, yang hanya dapat ditemui di Desa Manduro. Memang, ada beberapa Sandur di Jawa Timur, tetapi Sandur Manduro berbeda dengan Sandur Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan lainnya.

Sandur Manduro merupakan titik temu antara berbagai unsur tradisi, mulai dari tembang, lakon, tari, topeng dan musik. Ada sembilan lakon dalam Sandur Manduro berdasar jenis topengnya. Adapun dramaturginya lebih dekat dengan Sandur Bangkalan daripada sandur di Jawa.

Dimungkinkan karena masyarakat Desa Manduro berasal dari Madura dan sudah menetap di sana sejak zaman Kerajaan Majapahit. Bahkan, bahasa keseharian warga Manduro adalah bahasa Madura. Tentu, sangat disayangkan bila Sandur Manduro sampai hilang tertelan laju zaman, bahkan punah.

Oleh karena itu, menurut ketua panitia, Nayla Nilofar, dilakukan upaya revitalisasi dengan sasaran generasi muda di Jombang. Diharapkan, mereka mampu mereaktualisasikan Sandur Manduro sesuai kondisi kekinian. Selain itu, mereka pun mampu menjaring inspirasi dari seni sandur sebagai warisan leluhur.

“Dalam tradisi lisan kita tidak hanya berisi tontonan, tapi juga tuntunan. Kami berharap generasi milenial di Jombang dapat belajar banyak hal dari Sandur Manduro, baik sebagai tontonan maupun tuntunan,” terang Nayla.

Sementara itu, narasumber utama dalam kegiatan itu adalah Warito dan kru Sandur Manduro, yang dibantu oleh budayawan, akademisi dan peneliti sastra. Diantaranya Mustakim, Imam Ghozali, Anton Wahyudi, dan Mashuri.

Sebelum dan selama proses latihan, para peserta mendapatkan materi berupa wawasan seputar sandur, mulai dari urgensi revitalisasi Sandur Manduro, sejarah Sandur Manduro, sandur untuk generasi milenial, dan perbedaan seni sandur-sandur di Jawa Timur, serta pola-pola revitalisasinya untuk dunia pendidikan.

Pada saat latihan, para peserta yang terdiri atas siswa SMAN Kabuh, siswa SMKN Kabuh, mahasiswa STKIP PGRI Jombang dan pemuda Manduro itu sangat antusias. Acara revitalisasi dipungkasi dengan pentas sandur dari para peserta yang berkolaborasi dengan seniman Sandur Manduro.

Diharapkan, pengalaman latihan dan pentas tersebut memunculkan kecintaan peserta pada Sandur Manduro.

“Saya berharap krisis generasi penerus sandur dapat diatasi. Tentu harus ditopang dengan langkah-langkah lanjutan, terutama terhadap peserta pelatihan ini,” terang Anton Wahyudi, dosen STKIP Jombang. (adv/abi)

http://portaltiga.com/balai-bahasa-jawa-timur-gelar-revitalisasi-sandur-manduro-di-jombang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A. Azis Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Muttaqin A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.S Laksana A’Syam Chandra Manthiek Aang Fatihul Islam Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Aditya Ardi Nugroho Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Sulton Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Idris Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Ali Rif’an Amien Kamil Andhi Setyo Wibowo Andry Deblenk Anggi Putri Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Arie MP Tamba Arisyntya Hidayah Artikel Ary Nugraheni Asarpin Ayu Nuzul Balada Beni Setia Benny Benke Berita Binhad Nurrohmat Budaya Bung Tomo Bustanul Arifin Catatan Catullus Cerbung Cerkak Cerpen Chamim Kohari Choirul Cucuk Espe Dami N. Toda Daru Pamungkas Denny JA Denny Mizhar Devi M. Lestari Dhenok Kristianti Dian DJ Dian Sukarno Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Saryono Dody Yan Masfa Donny Darmawan Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Permadi Emha Ainun Nadjib Endah Wahyuningsih Esai Esti Nuryani Kasam Eva Dwi Kurniawan Evan Gunanzar Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Fanani Rahman Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrahman Karyadi Fathurrochman Karyadi Fathurrozak Felix K. Nesi Forum Sastra Jombang Galuh Tulus Utama Gandis Uka Geguritan Gol A Gong Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gus Noy Gusti Eka Hadi Napster Hadi Sutarno Halim HD Hamka Hamzah Tualeka Zn Hardy Hermawan Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Husnul Khotimah Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imas Senopati Indria Pamuhapsari Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. J Anto Jamal Ma’mur Asmani John H. McGlynn Jombangan Junaedi Kalis Mardiasih Kardono Setyorakhmadi Kasnadi Kemah Budaya Panturan (KBP) KetemuBuku Jombang Ki Ompong Sudarsono Kiki Mikail Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Latief Noor Rochmans Liestyo Ambarwati Khohar M Rizqi Azmi M. Aan Mansyur M. Abror Rosyidin M. Badrus Alwi M. Lutfi M. Shoim Anwar Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Massayu Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Mh Zaelani Tammaka Miftachur Rozak Muhamad Taslim Dalma Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mukadi Mukani Munawir Aziz Musfeptial Musa Nawa Tunggal Nawangsari Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Chasanah Nurel Javissyarqi Ocehan Oei Hiem Hwie Oka Rusmini Opini Padhang Mbulan Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto Parimono V / 40 Plandi Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Prosa Puisi Purwanto Putu Wijaya R Giryadi Raedu Basha Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan Al-yafi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Resensi Reyhan Arif Pambudi Ribut Wijoto Robin Al Kautsar Rodli TL Rony Agustinus Rudi Haryatno Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Arimba S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Samsudin Adlawi Sasti Gotama Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Selendang Sulaiman Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Silka Yuanti Draditaswari Siti Sa'adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sugito Ha Es Suharsono Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad T Agus Khaidir Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tri Wahyu Utami Ulfatul Muhsinah (Oshin) Umar Fauzi Ballah Universitas Jember Virdika Rizky Utama Vyan Tashwirul Afkar W.S. Rendra Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wong Wing King Yanuar Yachya Yudhistira Massardi Yusuf Suharto Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar