Rabu, 26 Desember 2012

Metabolisme Untuk Sastra Koran

Judul Buku: Pistol Perdamaian: Cerpen Pilihan Kompas 1996
Penerbit: Harian Kompas: Jakarta 1996
Tebal: ix + 177 halaman
Peresensi: Sutejo *
Kompas, 18 Agu 1996

IMPRESI korpus cerpen koran mutakhir, tampaknya telah mengalami metabolisme. Paling tidak, hal demikian tampak dalam kumpulan cerpen Kompas Laki-laki yang Kawin dengan Peri (1995), dan Pistol Perdamaian (1996). Pistol perdamaian itu sendiri diluncurkan akhir bulan Juni lalu di Bentara Budaya Jakarta (28/6/96).

Kalau dalam kumpulan cerpen sebelumnya ada kecenderungan ‘’realis-ironis’’ terbenturnya harapan wong cilik yang lugu pada kenyataan hidup keras, ‘’tidak adil’’, dan tidak memihak, tidak demikian halnya pada Pistol Perdamaian. Barangkali beberapa cerpen juga demikian, boleh dibilang cenderung surealistik: mengagabungkan ‘’realitas sejarah’’ ke dalam realitas masa kini, realitas angan-angan dan kehendak subjektif.

Dalam kaca mata Faruk, lima tahun terakhir cerpen-cerpen yang dimuat Kompas telah mengalami pergeseran dari realisme idealistis ke realisme materialistis, kemudian realisme kulturalis. Tak terkecuali tentu yang terpilih dalam Pistol Perdamaian. Hal demikian, barang kali bisa diamati pada Sentimentalitas Calon Mayat dan Meteorit-nya Sony Karsono, Eksperimen Moral (TB. Rahardjo) yang ‘’absurd’’ dan Pistol Perdamaian-nya Kuntowijoyo.

Yang menarik dari Pistol Perdamaian ini, adalah kecenderungannya yang mengarah pada ‘’pemotretan’’ pluralisme budaya. Sehingga cerpenya Kuntowijoyo yang diplih sebagai judul buku Pistol Perdamaian, jelas mengungkapkan bagaimana persoalan diolah, diamati, dinikmati kemudian dibingkai lewat pluralisme budaya. Pistol Perdamaian sendiri mempresentasikan dua simbol kebudayaan yang berbeda: keris dan pistol.

Pada satu titik, cerpen kita anggap sebagai ‘’saksi’’ dari fakta yang tak terberitakan maka dalam kumpulan cerpen inilah kita dapat temukan realitas Meteorit Sony Karsono yang mengingatkan akan tragedi pembunuhan Marsinah, Warung Pingir Jalan-nya Lea Pamungkas yang mengingatkan pada kasus Kedung Ombo. Dan inilah, tampaknya kecenderungan lain cerpen mutakhir macam kumpulan cerpen Saksi Mata-nya Seno Gumira Adjidarma, yang memotret sisi lain dari sebuah kondisi Timor-timor.
***

Kalau karya sastra (cerpen) menyampaikan dengan ‘’bahasanya’’ sendiri dalam menawarkan nilai keindahannya (esthetic values), maka cerpen yang demikian, tentu akan mengantarkan pembaca menjadi instan berbudaya (cultured man). Maka melalui kecenderungan realisme cerpen-cerpen Kompas, bisa diprediksi ‘’sumbangsih’’-nya dalam kehidupan masa kini.

Pistol Perdamaian misalnya sebagai judul buku, fokus pengeboran tema berangkat dari simbolisasi keris dan pistol yang dapat hidup beriring dalam sebuah zaman. Mitologi keris dan pistol mempresentasikan dua zaman berbeda! Persoalannya mengebor dari pembagian warisan pada sebuah peti yang berisi aneka senjata: keris, pistol, cundrik, ujung tombak, dan sebagainya. Kemudian, melingkar-lingkar dalam gerak-realitas sebuah keluarga. Persoalan itu menjadi runcing sebelum pada akhirnya sampai pada sebuah pengakuan (final ending), –pistol perdamaian.

Toeti Heraty, menyebutnya dalam kata pengantar, Pistol Perdamaian yang paling tidak, perdamaian sejuk antara lain suami isteri yang semangat dalam perbedaan pendapat, tetapi damai karena suami yang agak ‘’mistik’’ mengalah menghadapi nalar isteri yang jernih (hlm. 2). Maka melalui pemahaman yang estetis yang benar, karya sastra tentu akan mengantarkan pembaca menjadi insan yang berbudaya!
***

Kumpulan cerpen Kompas kali ini, bisa jadi mempunyai ‘’kualitas’’ lebih. Jika dibandingkan dengan Kado Istimewa (1992), Pelajaran Mengarang (1993), dan Lampor (1994).

Diawali dari Laki-laki yang Kawin dengan Peri (1995), tampak ada eksperimentasi yang dicoba dikembangkan oleh Kompas. Sebagai cerpen yang harus dipertimbangkan pasar maka kecenderungan metabolismenya, paling tidak harus mempertimbangkan berbagai unsur seperti: kekomunikatifan, impresi ‘’tunggal’’, sugestif, aktual, dan menyampaikan pesan. Dan, keberanian menampilkan cerpen macam Meteorit dan Eksperimen Moral misalnya, barangkali bisa menjadi semacam upaya ‘’pelembagaan’’ karya sastra ekperimental.

Diskursus cerpen pilihan Kompas pada akhirnya menjadi semacam upaya untuk memenuhi (melawan?) ’’logika keselarasan’’, agar tidak berbenturan dengan pemegang kekuasan. Sehingga, karya sastra pada akhirnya mempunyai semacam keterlibatan sosial yang akan menghadirkan nilai dan makna tertentu bagi masyaraktnya. Hal demikian, tampak pada beberapa kecenderungan di atas, sejak dari realisme idealis, realisme materialis, sampai pada realisme kulturalis cerpen-cerpen Kompas.

*) Sutejo atau S. Tedjo Kusumo, Cerpenis Tinggal di Ponorogo, Jawa Timur
Dijumput dari:  http://sastra-indonesia.com/2012/11/metabolisme-untuk-sastra-koran/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A. Azis Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Muttaqin A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.S Laksana A’Syam Chandra Manthiek Aang Fatihul Islam Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Aditya Ardi Nugroho Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Sulton Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Idris Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Ali Rif’an Amien Kamil Andhi Setyo Wibowo Andry Deblenk Anggi Putri Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Arie MP Tamba Arisyntya Hidayah Artikel Ary Nugraheni Asarpin Ayu Nuzul Balada Beni Setia Benny Benke Berita Binhad Nurrohmat Budaya Bung Tomo Bustanul Arifin Catatan Catullus Cerbung Cerkak Cerpen Chamim Kohari Choirul Cucuk Espe Dami N. Toda Daru Pamungkas Denny JA Denny Mizhar Devi M. Lestari Dhenok Kristianti Dian DJ Dian Sukarno Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Saryono Dody Yan Masfa Donny Darmawan Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Permadi Emha Ainun Nadjib Endah Wahyuningsih Esai Esti Nuryani Kasam Eva Dwi Kurniawan Evan Gunanzar Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Fanani Rahman Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrahman Karyadi Fathurrochman Karyadi Fathurrozak Felix K. Nesi Forum Sastra Jombang Galuh Tulus Utama Gandis Uka Geguritan Gol A Gong Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gus Noy Gusti Eka Hadi Napster Hadi Sutarno Halim HD Hamka Hamzah Tualeka Zn Hardy Hermawan Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Husnul Khotimah Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imas Senopati Indria Pamuhapsari Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. J Anto Jamal Ma’mur Asmani John H. McGlynn Jombangan Junaedi Kalis Mardiasih Kardono Setyorakhmadi Kasnadi Kemah Budaya Panturan (KBP) KetemuBuku Jombang Ki Ompong Sudarsono Kiki Mikail Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Latief Noor Rochmans Liestyo Ambarwati Khohar M Rizqi Azmi M. Aan Mansyur M. Abror Rosyidin M. Badrus Alwi M. Lutfi M. Shoim Anwar Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Massayu Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Mh Zaelani Tammaka Miftachur Rozak Muhamad Taslim Dalma Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mukadi Mukani Munawir Aziz Musfeptial Musa Nawa Tunggal Nawangsari Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Chasanah Nurel Javissyarqi Ocehan Oei Hiem Hwie Oka Rusmini Opini Padhang Mbulan Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto Parimono V / 40 Plandi Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Prosa Puisi Purwanto Putu Wijaya R Giryadi Raedu Basha Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan Al-yafi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Resensi Reyhan Arif Pambudi Ribut Wijoto Robin Al Kautsar Rodli TL Rony Agustinus Rudi Haryatno Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Arimba S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Samsudin Adlawi Sasti Gotama Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Selendang Sulaiman Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Silka Yuanti Draditaswari Siti Sa'adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sugito Ha Es Suharsono Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad T Agus Khaidir Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tri Wahyu Utami Ulfatul Muhsinah (Oshin) Umar Fauzi Ballah Universitas Jember Virdika Rizky Utama Vyan Tashwirul Afkar W.S. Rendra Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wong Wing King Yanuar Yachya Yudhistira Massardi Yusuf Suharto Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar