Jumat, 04 Juni 2021

Sasti Gotama, Awali Menulis Sebagai Terapi

: Kini Semakin Eksis di Dunia Kepenulisan
 
Akhmad Sekhu
kabaretegal.com, 5 Okt 2020
 
Dunia kepenulisan melahirkan penulis berbakat, Sasti Gotama. Latar belakang pendidikan dan profesi kedokteran, justru membuatnya dapat mengolah cerita dan konflik dengan baik. Awalnya, ia menulis hanya sebagai sarana terapi, tapi karena di tahun 2018 lalu dirinya sempat sakit, dan membaik setelah sering menulis. Ia kini semakin eksis di dunia kepenulisan. Beberapa karyanya dimuat di media cetak maupun daring, bahkan memenangkan berbagai lomba kepenulisan.
 
“Pertama kali saya coba menulis, bulan April 2018 di salah satu grup Facebook, walaupun masih kacau tanda baca dan struktur kalimat. Baru awal tahun 2019, belajar ke salah satu mentor dan memberanikan diri mengirimkan karya ke media massa,” kata Sasti Gotama, memaparkan awal dirinya terjun ke dunia kepenulisan kepada wartawan, (5/10/2020).
 
Penulis kelahiran Malang, Jawa Timur, itu menerangkan perihal ide dalam penulisannya. “Dari sumber bacaan dan fenomena sekitar. Untuk bacaan, ada yang dari buku penulis lain, ada pula yang dari media lain. Misalnya cerpen yang di Tempo itu, asal idenya saat membaca di Quora, ada seorang penulis yang menceritakan tentang kelakuan ART-nya yang meminjam baju tanpa izin, lalu mengembalikan ke lemari secara diam-diam. Bahan tersebut saya kembangkan dengan memasukkan kritik sosial dari fenomena di sekitar saya,” terang, jebolan kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.
 
Dalam cerpen itu, lanjut Sasti, dirinya menyisipkan fenomena yang ia temui di wilayah kerjanya dulu, yaitu kondisi sosial ekonomi keluarga yang memiliki balita gizi buruk. “Orang tua si balita berasal dari keluarga tidak mampu dan memiliki banyak anak, tetapi menolak program KB. Juga adanya fenomena nikah muda pada anak-anak yang masih usia belia di wilayah tersebut,” ungkapnya mantap.
 
Sasti mengaku dirinya sudah resign sebagai dokter umum per Agustus kemarin dan fokus mengurus pendidikan anak-anak, yang sejak pandemi, harus belajar di rumah. “Saat ini, saya sedang fokus mengerjakan penerjemahan buku. Untuk menulis, biasanya malam,” bebernya.
 
Menurut Sasti, pengalaman yang paling berkesan dalam proses kreatif menulis. Ia pernah merombak total satu cerpen, karena adanya masukan dari guru menulisnya, yang mengatakan bahwa tulisannya seperti pamflet, dan ia menyadari perkataan sang guru benar apa adanya. “Walaupun tulisan itu sudah masuk meja editor, saya minta izin kepada editor tersebut untuk merombak total cerpen itu. Cerpen itu berjudul “Mengapa Tuhan Menciptakan Kucing Hitam” yang sebentar lagi meluncur dari Diva Press. Mungkin cerpen itulah, satu-satunya cerpen saya yang melewati editing hingga puluhan kali, sampai akhirnya dirombak total,” tegasnya.
 
Sasti menyampaikan, latar belakang kedokteran masih mempengaruhi dalam proses kreatif menulisnya. Hal-hal tertentu masihlah digunakan, terutama sebagai subteks, misalnya ilmu yang ia pelajari di bidang psikiatri, mengenai mekanisme atas pertahanan ego. “Pada cerpen di Tempo, saya gunakan mekanisme pertahanan ego ‘denial’ sebagai subteks. Sedangkan pada cerpen di Kompas, saya alegorikan tiga unsur kepribadian Freud dalam tokoh-tokoh cerita tersebut,” urainya.
 
Obsesi dan harapan Sasti Gotama dalam dunia kepenulisan, yang awalnya menulis sebagai sarana terapi, lantaran sakit kemudian membaik setelah sering menulis. “Saya tidak pernah menyangka, bisa sampai di titik ini. Harapan saya, semoga bisa berkembang terus menerus,” pungkas Sasti sumringah.
***

http://sastra-indonesia.com/2021/06/sasti-gotama-awali-menulis-sebagai-terapi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A. Azis Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Muttaqin A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.S Laksana A’Syam Chandra Manthiek Aang Fatihul Islam Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Aditya Ardi Nugroho Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Sulton Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Idris Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Ali Rif’an Amien Kamil Andhi Setyo Wibowo Andry Deblenk Anggi Putri Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Arie MP Tamba Arisyntya Hidayah Artikel Ary Nugraheni Asarpin Ayu Nuzul Balada Beni Setia Benny Benke Berita Binhad Nurrohmat Budaya Bung Tomo Bustanul Arifin Catatan Catullus Cerbung Cerkak Cerpen Chamim Kohari Choirul Cucuk Espe Dami N. Toda Daru Pamungkas Denny JA Denny Mizhar Devi M. Lestari Dhenok Kristianti Dian DJ Dian Sukarno Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Saryono Dody Yan Masfa Donny Darmawan Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Permadi Emha Ainun Nadjib Endah Wahyuningsih Esai Esti Nuryani Kasam Eva Dwi Kurniawan Evan Gunanzar Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Fanani Rahman Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrahman Karyadi Fathurrochman Karyadi Fathurrozak Felix K. Nesi Forum Sastra Jombang Galuh Tulus Utama Gandis Uka Geguritan Gol A Gong Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gus Noy Gusti Eka Hadi Napster Hadi Sutarno Halim HD Hamka Hamzah Tualeka Zn Hardy Hermawan Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Husnul Khotimah Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imas Senopati Indria Pamuhapsari Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. J Anto Jamal Ma’mur Asmani John H. McGlynn Jombangan Junaedi Kalis Mardiasih Kardono Setyorakhmadi Kasnadi Kemah Budaya Panturan (KBP) KetemuBuku Jombang Ki Ompong Sudarsono Kiki Mikail Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Latief Noor Rochmans Liestyo Ambarwati Khohar M Rizqi Azmi M. Aan Mansyur M. Abror Rosyidin M. Badrus Alwi M. Lutfi M. Shoim Anwar Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Massayu Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Mh Zaelani Tammaka Miftachur Rozak Muhamad Taslim Dalma Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mukadi Mukani Munawir Aziz Musfeptial Musa Nawa Tunggal Nawangsari Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Chasanah Nurel Javissyarqi Ocehan Oei Hiem Hwie Oka Rusmini Opini Padhang Mbulan Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto Parimono V / 40 Plandi Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Prosa Puisi Purwanto Putu Wijaya R Giryadi Raedu Basha Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan Al-yafi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Resensi Reyhan Arif Pambudi Ribut Wijoto Robin Al Kautsar Rodli TL Rony Agustinus Rudi Haryatno Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Arimba S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Samsudin Adlawi Sasti Gotama Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Selendang Sulaiman Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Silka Yuanti Draditaswari Siti Sa'adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sugito Ha Es Suharsono Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad T Agus Khaidir Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tri Wahyu Utami Ulfatul Muhsinah (Oshin) Umar Fauzi Ballah Universitas Jember Virdika Rizky Utama Vyan Tashwirul Afkar W.S. Rendra Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wong Wing King Yanuar Yachya Yudhistira Massardi Yusuf Suharto Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar