Kamis, 06 Mei 2021

BERGURU MENULIS DARI CLARISSA PINKOLA ESTES

Sutejo
Ponorogo Pos
 
Jika Anda ingin mencipta karya (tulisan), maka bahan dasarnya adalah kehidupan Anda sendiri, pengalaman, masa kecil, dan pengetahuan Anda. “Jika Anda ingin mencipta, Anda harus mengorbankan kedangkalan, sedikit rasa aman, dan rasa ingin disukai. Anda harus menata wawasan Anda yang paling kuat, visi Anda yang paling jauh”, begitulah pesan Clarissa Pinkola Estes.
 
Lucu? Nggak, bahkan apa yang diungkapkan Estes ini merupakan sesuatu yang sangat alamiah. Bahan dasar kepenulisan memang pengalaman hidup kita sendiri. Banyak contoh penulis dapat dijadikan sample ungkapannya. Pengalaman Andri Wongso sebagai trainer motivasi mendorongnya untuk menjadi penulis buku yang sangat produktif. Ariesandi Setyono, dari pengalaman hypnosis melahirkan beberapa buku berkaitan dengan hal ini. Parentinghipnosis (2006) adalah contohnya.
 
Untuk ini, renungkanlah kehidupan ini dengan penuh makna. Kehidupan Anda sendiri, seperti pengalaman Remy Silado menjalani kehidupan penuh permenungan, pengamatan, dan pencatatan yang bermakna baginya. Hasilnya, luar biasa. Maka penulis Pinkola Estes, berpesan tentang pentingnya pengalaman pribadi demikian, nyaris, semua penulis bermuara dari pintu kehidupan yang satu ini. Persoalannya adalah sering diantara kita tidak menganggap bahwa apa yang kita ketahui, kita alami, dan kita perjuangkan sebagai inventarisasi kehidupan di masa depan yang amat mahal.
 
Para perentas jalan sukses kepenulisan telah menjadikan ini sebagai jembatan tol yang mampu menghadirkan kecepatan rentasan tanpa rintangan. Mengapa kita tidak lakukan? Ingat kembali pesan, Pinkola Estes: “Kehidupan Anda sendiri, pengalaman, masa kecil, dan pengetahuan Anda. Jika Anda ingin mencipta, Anda harus mengorbankan kedangkalan, sedikit rasa aman, dan rasa ingin disukai. Anda harus menata wawasan Anda yang paling kuat, visi Anda yang paling jauh.”
 
Dengan pengalaman demikian, maka rasa aman dalam rumah kejiwaan tentunya merupakan yang penting untuk disingkirkan sebab jiwa kepenulisan tak pernah puas, tak pernah damai, dan tak pernah bersahabat dengan keganjilan-keganjilan, dengan kepincangan-kepincangan yang terjadi dalam kehidupan kita. Dengan bekal ini, semacam visi berubah digubah penulis, misi hati penulis dilukis, meski hanya lewat kearifan kata, penulis akan bersenjatakan pikiran untuk mencipta perubahan.
 
Sejarah peradaban yang mengusung perubahan selalu berawal dari dunia literacy yang kuat. Jepang, Cina, dan Korea adalah Negara Asia yang demikian mendudukkan dunia menulis ini sebagai pilar peradaban dan keilmuan di negerinya. Pengalaman berbangsa dapat diracik sebagai obat di kemudian waktu, visi dan misi pertiwi dapat diuji dalam kritik kaji tulis yang bermuara pada hati.
 
Bahan dasar yang dipesankan Pinkola Estes, ternyata kemudian, bukan sekadar pesan kepenulisan tetapi merupakan hakikat ruh perubahan dari apa yang penting dilakukan sebagai bangsa yang berubah. Bayangkanlah sekarang, jika di tingkat kabupaten masing-masing ada 10 penulis yang tiap 6 bulan menghasilkan pemikiran tentang perubahan hidup, maka jika sekitar 330 kabupaten di seluruh Indonesia, selama enam bulan akan lahir 3.300 buku inspiratif untuk membantu memajukan negara. Luar biasa?
 
Karena menulis adalah wilayah kejujuran, maka rasa aman dan ingin disukai tentunya justru akan berlawanan dengan apa yang akan kita terima. Siapkah Anda? Mengapa tidak? Menulis bukan kejahatan, tetapi sumur kejujuran yang akan mengirimkan air kehidupan yang tanpa dasar. Menulis adalah alam kritis yang mengalirkan bening pikir, dengan kata lain, tulisan adalah hasil refleksi dari sumur hati yang akan menghidupkan.
 
Nah, sekarang bagaimana dengan Anda? Modal dasar kepenulisan adalah pengalaman hidup Anda, masa kecil Anda, dst. Maka, dapat ditasbihkan, menulis adalah kehidupan itu sendiri. Jika dunia kepenulisan suatu bangsa baik, dapat diprediksikan baik pula kehidupan bangsanya. Jika Anda ingin mewujudkan nasionalisme berbangsa, dalam konteks mutakhir, tak perlu Anda mengangkat bedil dan kelewang; cukuplah asah pikir dan hati untuk perang melalui tulisan. Bukankah tulisan adalah pedang yang abadi?
 
Pesan Pinkola Estes itu, jika kita mau mengeksplorasi lagi masih banyak penulis besar yang berpikiran sama. Marcel Proust misalnya bilang begini, “Semua bahan untuk karya sastra tidak lain adalah kehidupan masa lalu saya.” Amerika adalah contoh bangsa yang menghargai karya sastra (tulisan), karena itu, tidak mengherankan kalau karya-karya mereka inspiratif untuk bidang-bidang lainnya, seperti perfilman dan keilmuan.
 
Melangkahlah, pesan saya, untuk mengabadikan pengalaman hidup buat kebermaknaan orang lain dan bangsa yang Anda cintai. Sebuah nasionalisme yang tanpa provokasi, tanpa manipulasi. Karena batas waktu terlompati untuk merengkuh titik puncak dari tamasya pemikiran yang akan mencerahkan generasi di masa datang.
***

http://sastra-indonesia.com/2009/03/berguru-menulis-dari-clarissa-pinkola-estes/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A. Azis Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Muttaqin A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.S Laksana A’Syam Chandra Manthiek Aang Fatihul Islam Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Aditya Ardi Nugroho Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Sulton Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Idris Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Ali Rif’an Amien Kamil Andhi Setyo Wibowo Andry Deblenk Anggi Putri Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Arie MP Tamba Arisyntya Hidayah Artikel Ary Nugraheni Asarpin Ayu Nuzul Balada Beni Setia Benny Benke Berita Binhad Nurrohmat Budaya Bung Tomo Bustanul Arifin Catatan Catullus Cerbung Cerkak Cerpen Chamim Kohari Choirul Cucuk Espe Dami N. Toda Daru Pamungkas Denny JA Denny Mizhar Devi M. Lestari Dhenok Kristianti Dian DJ Dian Sukarno Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Saryono Dody Yan Masfa Donny Darmawan Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Permadi Emha Ainun Nadjib Endah Wahyuningsih Esai Esti Nuryani Kasam Eva Dwi Kurniawan Evan Gunanzar Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Fanani Rahman Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrahman Karyadi Fathurrochman Karyadi Fathurrozak Felix K. Nesi Forum Sastra Jombang Galuh Tulus Utama Gandis Uka Geguritan Gol A Gong Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gus Noy Gusti Eka Hadi Napster Hadi Sutarno Halim HD Hamka Hamzah Tualeka Zn Hardy Hermawan Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Husnul Khotimah Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imas Senopati Indria Pamuhapsari Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. J Anto Jamal Ma’mur Asmani John H. McGlynn Jombangan Junaedi Kalis Mardiasih Kardono Setyorakhmadi Kasnadi Kemah Budaya Panturan (KBP) KetemuBuku Jombang Ki Ompong Sudarsono Kiki Mikail Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Latief Noor Rochmans Liestyo Ambarwati Khohar M Rizqi Azmi M. Aan Mansyur M. Abror Rosyidin M. Badrus Alwi M. Lutfi M. Shoim Anwar Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Massayu Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Mh Zaelani Tammaka Miftachur Rozak Muhamad Taslim Dalma Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mukadi Mukani Munawir Aziz Musfeptial Musa Nawa Tunggal Nawangsari Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Chasanah Nurel Javissyarqi Ocehan Oei Hiem Hwie Oka Rusmini Opini Padhang Mbulan Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto Parimono V / 40 Plandi Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Prosa Puisi Purwanto Putu Wijaya R Giryadi Raedu Basha Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan Al-yafi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Resensi Reyhan Arif Pambudi Ribut Wijoto Robin Al Kautsar Rodli TL Rony Agustinus Rudi Haryatno Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Arimba S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Samsudin Adlawi Sasti Gotama Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Selendang Sulaiman Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Silka Yuanti Draditaswari Siti Sa'adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sugito Ha Es Suharsono Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad T Agus Khaidir Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tri Wahyu Utami Ulfatul Muhsinah (Oshin) Umar Fauzi Ballah Universitas Jember Virdika Rizky Utama Vyan Tashwirul Afkar W.S. Rendra Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wong Wing King Yanuar Yachya Yudhistira Massardi Yusuf Suharto Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar