Senin, 08 Februari 2021

Saut Situmorang: Ngotobiografi Lewat Puisi? (1)

Wawan Eko Yulianto *
 
Membicarakan Saut Situmorang selalu menghadirkan imaji yang keras (:D). Ya, para penikmat sastra penghuni benua ketujuh pasti sekali dua kali pernah mendapati tulisan-tulisannya yang membawa kritik-kritik pedas tentang 1) kritik(us) sastra Indonesia masa kini, 2) dominasi Komunitas Utan Kayu beserta para eksponen-eksponennya, 3) budaya massa di Indonesia (saya pernah baca esai Saut tentang bahasa Indonesia yang nginggris di film-film nasional). Orang-orang di sana-sini suka membicarakannya dan suka dibikin resah dengan gaya komunikasi cybernya yang keras. Orang-orang juga suka membicarakan pemikiran-pemikirannya. Padahal, ada satu “karir” pentingnya: sebagai penyair. Buat saya yang tinggal di Malang, yang agak jauh dari Yogyakarta, stomping groundnya Saut, kepenyairan Saut malah kurang terasa. Tulisan di koran-koran yang suka menyinggung Saut juga kebayakan menyinggung pemikiran dan “polah tingkah intelektualnya” (:D), bukan puisinya (kecuali puisi fenomenalnya “Aku MencintaiMu dengan Seluruh J****tKu”. Padahal dia punya tiga buku puisi lho. Okelah, nggak usah berpanjang-panjang, bisa-bisa jadi terkenal si Saut ini nanti (hehehe…).
 
Sekarang kita ngobrol saja soal buku puisi ketiga Saut Situmorang yang sampai ke tas saya lewat jasa baik penyair Ngalam Ragil Sukriwul (suwun ya, cak): Otobiografi. Tanpa perlu diklaim si penulis sendiri pun saya bisa bilang kumpulan syair ini memang diniatkan untuk menjadi otobiografi penulisnya. Di sini, si Saut membuat kumpulan lengkap sajak-sajaknya seolah (dengan segala keisengan!) ingin menyaingi kumpulan sajak-sajak lengkap Goenawan Mohamad 1961-2001. Bedanya sama si musuh besar, di Otobiografi Saut tidak mengkompilasikan sajak-sajaknya berdasarkan urutan waktu, namun berdasarkan “penjurusan” dan, baru kemudian, waktu penulisan. Kita akan temukan di sini sub judul “cinta” (yang isinya sajak-sajak yang memoaris, mengabadikan kehidupan batin si penyair dari waktu ke waktu tanpa pola pewaktuan yang tidak bisa dipastikan), kemudian “politik” (yang berisi unek-unek si penyair sebagai warga negara yang kebetulan tahu fakta-fakta tentang kebejatan penguasa dan tahu cara mengungkapkan protesnya, dan juga unek-unek si penyair tentang kejadian-kejadian di lingkungan sosialnya), dan terakhir adalah “rantau” (yang berisi sajak-sajak berbahasa Inggris yang kebanyakan ditulis waktu di ranah rantau Selandia Baru—yang sebagian sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia [atau mungkin juga dari bahasa Indonesia yang diterjemahkan ke bahasa Inggris]).
 
Sepertinya demikian saja gambaran singkat tentang fenomena Saut Situmorang dan pratilik (halah!) atas kumpulan sajak terakhirnya, Otobiografi. Selanjutnya, kita ceburi sekalian sajak-sajak di buku tersebut dengan pendekatan … pendekatan apa ya … pendekatan yang asyik aja deh. Ya, pendekatan ASYIKISTIS di mana saya baca sajak-sajaknya dan kemudian akan saya ceritakan hal-hal menarik yang saya temui dan bersitan-bersitan yang saya dapatkan saat membaca dan tenger-tenger merenungkannya. Hokeh, let’s get it on! (to be continued…)
 
P.S. Kali ini jangan kuatir, sudah ada kelanjutannya kok, tapi kebetulan saja dicicil biar pas dan thrilling gitu deh (halah!):D
have a nice reading… and please consider ethics even in this opensource era…
 
17 Feb 2008

*) Wawan Eko Yulianto, lulusan sastra Inggris dari Universitas Negeri Malang, telah menulis sejumlah cerita pendek, resensi, menerjemahkan tiga novel James Joyce, dan sejumlah novel lain. Bekerja sebagai penulis lepas untuk beberapa penerbit: GPU, Jalasutra, Ufuk Press dan Banana Publisher. Aktif di Bengkel ImaJINASI dan OPUS 275. http://sastra-indonesia.com/2011/09/saut-situmorang-ngotobiografi-lewat-puisi-1/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A. Azis Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Muttaqin A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.S Laksana A’Syam Chandra Manthiek Aang Fatihul Islam Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Aditya Ardi Nugroho Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Sulton Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Idris Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Ali Rif’an Amien Kamil Andhi Setyo Wibowo Andry Deblenk Anggi Putri Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Arie MP Tamba Arisyntya Hidayah Artikel Ary Nugraheni Asarpin Ayu Nuzul Balada Beni Setia Benny Benke Berita Binhad Nurrohmat Budaya Bung Tomo Bustanul Arifin Catatan Catullus Cerbung Cerkak Cerpen Chamim Kohari Choirul Cucuk Espe Dami N. Toda Daru Pamungkas Denny JA Denny Mizhar Devi M. Lestari Dhenok Kristianti Dian DJ Dian Sukarno Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Saryono Dody Yan Masfa Donny Darmawan Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Permadi Emha Ainun Nadjib Endah Wahyuningsih Esai Esti Nuryani Kasam Eva Dwi Kurniawan Evan Gunanzar Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Fanani Rahman Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrahman Karyadi Fathurrochman Karyadi Fathurrozak Felix K. Nesi Forum Sastra Jombang Galuh Tulus Utama Gandis Uka Geguritan Gol A Gong Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gus Noy Gusti Eka Hadi Napster Hadi Sutarno Halim HD Hamka Hamzah Tualeka Zn Hardy Hermawan Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Husnul Khotimah Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imas Senopati Indria Pamuhapsari Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. J Anto Jamal Ma’mur Asmani John H. McGlynn Jombangan Junaedi Kalis Mardiasih Kardono Setyorakhmadi Kasnadi Kemah Budaya Panturan (KBP) KetemuBuku Jombang Ki Ompong Sudarsono Kiki Mikail Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Latief Noor Rochmans Liestyo Ambarwati Khohar M Rizqi Azmi M. Aan Mansyur M. Abror Rosyidin M. Badrus Alwi M. Lutfi M. Shoim Anwar Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Massayu Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Mh Zaelani Tammaka Miftachur Rozak Muhamad Taslim Dalma Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mukadi Mukani Munawir Aziz Musfeptial Musa Nawa Tunggal Nawangsari Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Chasanah Nurel Javissyarqi Ocehan Oei Hiem Hwie Oka Rusmini Opini Padhang Mbulan Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto Parimono V / 40 Plandi Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Prosa Puisi Purwanto Putu Wijaya R Giryadi Raedu Basha Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan Al-yafi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Resensi Reyhan Arif Pambudi Ribut Wijoto Robin Al Kautsar Rodli TL Rony Agustinus Rudi Haryatno Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Arimba S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Samsudin Adlawi Sasti Gotama Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Selendang Sulaiman Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Silka Yuanti Draditaswari Siti Sa'adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sugito Ha Es Suharsono Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad T Agus Khaidir Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tri Wahyu Utami Ulfatul Muhsinah (Oshin) Umar Fauzi Ballah Universitas Jember Virdika Rizky Utama Vyan Tashwirul Afkar W.S. Rendra Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wong Wing King Yanuar Yachya Yudhistira Massardi Yusuf Suharto Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar