Kamis, 03 September 2020

Sajak Sikat Gigi Yudhistira Massardi

   Penyair Yudhistira Massardi meluncurkan antologi puisi Sikat Gigi

Fathurrozak 

Media indonesia, 3 Mei 2019

Sajak Sikat Gigi karya Yudhistira ANM Massardi pada 1977 pernah ramai diperbincangkan. Pasalnya, puisi yang menang dalam ajang lomba Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) itu sejajar dengan karya milik para senior Sitor Situmorang, Abdul Hadi W.M., dan Sutardji Calzoum Bahri (SCB), sementara Yudhistira saat itu dianggap anak baru di dunia sajak. Empat puluh lima tahun berlalu, Sikat Gigi kini dijadikan antologi dan diinterpretasikan menjadi lagu. 

Kekuatan sajak Sikat Gigi saat itu dinilai sebagai upaya Yudhistira dalam mewujudkan yang puitis juga bisa lahir dari keseharian dan diksi yang digunakan tidak melulu sulit dimengerti. Puisi-puisi Yudhis kemudian juga disebut sebagai puisi mbeling, 'genre' puisi yang juga lekat dengan Remy Sylado. Puisi Yudhis juga terkesan absurd, sesuatu seperti yang kita kenal luas saat ini lewat sajak-sajak milik Joko Pinurbo. 

Empat setengah dekade kemudian, ayah dari musisi Iga Massardi ini mengumpulkan karyanya dari empat koleksi puisi mini yang terbentang dari tahun 1974-1978. Kumpulan pertama, Hari-hariku, lalu Piala (1975-1976), Biarin (1974-1976), dan Omong Kosong (1977-1978). Antologi Sikat Gigi menjadi buku puisi keempat Yudhis yang disertai ilustrasi. 

"Sejak 2015 melalui 99 sajak, saya ajak ilustrator, seniman Tatang Bouqi untuk menafsir bebas tiap puisi. Ilustrasi itu juga mendapat hadiah terbaik dari Yayasan Puisi Indonesia tahun itu. Selanjutnya Perjalanan 63 Cinta, saya ingin setiap puisinya berisi gambar, karena perjalanan ini lebih berisi biografis, kover dari lukisan saya, isinya 63 sajak, dan karikatur yang dibuat sendiri. Ketiga, Luka Cinta Jakarta (2017), kolaborasi dengan seniman lukis di Bulungan untuk membuat ilustrasi puisi tentang Jakarta. Nah, saya ingin yang keempat ini, dari buku klasik, supaya bisa bicara dengan generasi baru, saya tantang teman-teman anak saya, dari komunitas Friday Art Design Session. Ketika ajukan ke penerbit, hanya terpilih lima ilustrasi yang boleh melengkapi 63 sajak yang ada di buku ini," ungkap Yudhistira di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Kamis, (2/5). 

Dalam peluncuran antologi dari sekumpulan sajak lamanya ini, Yudhis juga mempersilakan para musisi untuk menafsirkannya ke dalam wujud lagu. Di antaranya, Vira Talisa yang memilih sajak Surat. Menurutnya, sajak ini memiliki semangat harapan. 

"Saya terpaku pada satu puisi, sederhana, sangat indah, dan penuh harapan," terang Vira sebelum melantunkan Surat yang diiringi gitar akustik. 

Iga, juga kebagian untuk menafsir salah satu sajak ayahnya, berjudul Biarin. Ia tampil bersama Sir Dandy dan Vincent Rompies, yang dilantunkan seperti gaya Sir Dandy biasanya dalam bernyanyi, bertutur. 

Endah N' Resha pun menutup sesi interpretasi puisi menjadi lagu. Duo ini memilih sajak dari tahun 1975 berjudul Tak Mau. "Ini juga berarti menjadi gambaran suatu hari nanti, 45 tahun lagi kami tetep harus bikin karya, ini cita-cita semua seniman sih, dan om Yudhis menjadi salah satu contohnya," kata Endah. 

(M-2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A. Azis Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Muttaqin A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.S Laksana A’Syam Chandra Manthiek Aang Fatihul Islam Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Aditya Ardi Nugroho Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Sulton Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Idris Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Ali Rif’an Amien Kamil Andhi Setyo Wibowo Andry Deblenk Anggi Putri Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Arie MP Tamba Arisyntya Hidayah Artikel Ary Nugraheni Asarpin Ayu Nuzul Balada Beni Setia Benny Benke Berita Binhad Nurrohmat Budaya Bung Tomo Bustanul Arifin Catatan Catullus Cerbung Cerkak Cerpen Chamim Kohari Choirul Cucuk Espe Dami N. Toda Daru Pamungkas Denny JA Denny Mizhar Devi M. Lestari Dhenok Kristianti Dian DJ Dian Sukarno Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Saryono Dody Yan Masfa Donny Darmawan Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Permadi Emha Ainun Nadjib Endah Wahyuningsih Esai Esti Nuryani Kasam Eva Dwi Kurniawan Evan Gunanzar Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Fanani Rahman Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrahman Karyadi Fathurrochman Karyadi Fathurrozak Felix K. Nesi Forum Sastra Jombang Galuh Tulus Utama Gandis Uka Geguritan Gol A Gong Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gus Noy Gusti Eka Hadi Napster Hadi Sutarno Halim HD Hamka Hamzah Tualeka Zn Hardy Hermawan Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Husnul Khotimah Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imas Senopati Indria Pamuhapsari Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. J Anto Jamal Ma’mur Asmani John H. McGlynn Jombangan Junaedi Kalis Mardiasih Kardono Setyorakhmadi Kasnadi Kemah Budaya Panturan (KBP) KetemuBuku Jombang Ki Ompong Sudarsono Kiki Mikail Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Latief Noor Rochmans Liestyo Ambarwati Khohar M Rizqi Azmi M. Aan Mansyur M. Abror Rosyidin M. Badrus Alwi M. Lutfi M. Shoim Anwar Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Massayu Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Mh Zaelani Tammaka Miftachur Rozak Muhamad Taslim Dalma Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mukadi Mukani Munawir Aziz Musfeptial Musa Nawa Tunggal Nawangsari Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Chasanah Nurel Javissyarqi Ocehan Oei Hiem Hwie Oka Rusmini Opini Padhang Mbulan Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto Parimono V / 40 Plandi Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Prosa Puisi Purwanto Putu Wijaya R Giryadi Raedu Basha Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan Al-yafi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Resensi Reyhan Arif Pambudi Ribut Wijoto Robin Al Kautsar Rodli TL Rony Agustinus Rudi Haryatno Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Arimba S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Samsudin Adlawi Sasti Gotama Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Selendang Sulaiman Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Silka Yuanti Draditaswari Siti Sa'adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sugito Ha Es Suharsono Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad T Agus Khaidir Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tri Wahyu Utami Ulfatul Muhsinah (Oshin) Umar Fauzi Ballah Universitas Jember Virdika Rizky Utama Vyan Tashwirul Afkar W.S. Rendra Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wong Wing King Yanuar Yachya Yudhistira Massardi Yusuf Suharto Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar