Kerdil
:untuk yamie dan nuri
Ak selalu bersembunyi di wangi ketiakmu
Ak yang dulu tertatih belajar berjalan
Hingga sekarang dewasa berkembang
Tak hentinya aku selalu mengekor dibelakangmu
Tubuhmu yang ringkih
Mampu melindungiku dari sengatan guncangan bumi
Nafasmu yang tertatih sungguh megah
Untuk menyelamatkan kecerobohan dan kebodohanku
Tak bisa berucap aku sungguh
Jikala suatu hari
Kau tak ada di sisi lagi
CATATAN ANAK TANGGAH
Senja terlumat malam
Benderangnya terbeli oleh neon neon kota
Menaiki tangga peristiwa
Kutemukan catatan di anak tangga “aku benci bunda”
Catatan itu kutulis di anak tangga sewaktu sma
Seolah sipir bunda berjaga
Di jeruji penjara
Memegang pistol di tangan sebelah kanan
Dan pistol di tangan sebelah kiri
Jika bunda alpha tak berjaga
Seolah hari raya jiwa jiwaku berpesta
Milikku seutuhnya kemenangan dan kemerdekaan
Malam terusir oleh fajar
Gelapnya terganti oleh terang
Letih jiwaku riuh berpesta
Bunda dimana tak pernah lagi berjaga
Ranum pipiku banjir air mata
“sungguh aku rindu bunda”
DI KOTA TUA
Gejolak rasa yang riuh
Menarikku berlari kembali datang menyusuri kota tua mu
Memunguti gelak tawa kita yang tercecer di atas bangku buskota
Menemukan kembali genangan air mata yang tertinggal setelah hujan reda
Seribu cium dan peluk hangat
selalu berakhir di peron stasiun kereta yang renta
suara sirine kereta
terdengar serupa dengan suara terompet isrofil
yang harus memisahkan kita
sayang,
kenangan serupa bayang menyimak setiap gerak
adakah kau masih disana
termangu duduk menungguku di kota tua renta
SEMU
secangkir kopi hitam
masih tersaji diatas meja
didalam dapur kumal milik kita
aroma wangi rempah kopi yang mengepul diatas cangkir
menyeret memaksaku untuk mengenangmu
dengan dahaga rindu
kau selalu meracik serta mnyeduhkan secangkir kopi hitam untukku
pun sekarang hanya semu.
:untuk yamie dan nuri
Ak selalu bersembunyi di wangi ketiakmu
Ak yang dulu tertatih belajar berjalan
Hingga sekarang dewasa berkembang
Tak hentinya aku selalu mengekor dibelakangmu
Tubuhmu yang ringkih
Mampu melindungiku dari sengatan guncangan bumi
Nafasmu yang tertatih sungguh megah
Untuk menyelamatkan kecerobohan dan kebodohanku
Tak bisa berucap aku sungguh
Jikala suatu hari
Kau tak ada di sisi lagi
CATATAN ANAK TANGGAH
Senja terlumat malam
Benderangnya terbeli oleh neon neon kota
Menaiki tangga peristiwa
Kutemukan catatan di anak tangga “aku benci bunda”
Catatan itu kutulis di anak tangga sewaktu sma
Seolah sipir bunda berjaga
Di jeruji penjara
Memegang pistol di tangan sebelah kanan
Dan pistol di tangan sebelah kiri
Jika bunda alpha tak berjaga
Seolah hari raya jiwa jiwaku berpesta
Milikku seutuhnya kemenangan dan kemerdekaan
Malam terusir oleh fajar
Gelapnya terganti oleh terang
Letih jiwaku riuh berpesta
Bunda dimana tak pernah lagi berjaga
Ranum pipiku banjir air mata
“sungguh aku rindu bunda”
DI KOTA TUA
Gejolak rasa yang riuh
Menarikku berlari kembali datang menyusuri kota tua mu
Memunguti gelak tawa kita yang tercecer di atas bangku buskota
Menemukan kembali genangan air mata yang tertinggal setelah hujan reda
Seribu cium dan peluk hangat
selalu berakhir di peron stasiun kereta yang renta
suara sirine kereta
terdengar serupa dengan suara terompet isrofil
yang harus memisahkan kita
sayang,
kenangan serupa bayang menyimak setiap gerak
adakah kau masih disana
termangu duduk menungguku di kota tua renta
SEMU
secangkir kopi hitam
masih tersaji diatas meja
didalam dapur kumal milik kita
aroma wangi rempah kopi yang mengepul diatas cangkir
menyeret memaksaku untuk mengenangmu
dengan dahaga rindu
kau selalu meracik serta mnyeduhkan secangkir kopi hitam untukku
pun sekarang hanya semu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar