Sabrank Suparno
http://media-sastra-nusantara.blogspot.com/
Hari ini aku ingin lelah
Dan memijit mijit punggungku. Terasa memang ada gumpalan, benjolan cinta terkurung salju
Di lorong rimbun melesat gelap, giat mengayuh sejarah, meski serpihan bongkah berkelebat.
Di pusat sulfur ternyata ribuan cacing hidup makmur. Ouw..di titik beku es saja penguin hidup di kutub kok.. Tapi dia… lelaki setengah renta itu keluar kampung, menyeret bangkai sapi. Sang pemuda malah berteriak! Aku selalu membuat dinding fitnah di setiap face book dan internet saya..!’’.
“Kamu ingat cewek berkacamata itu?’’. Dia mengaku keluar dari persembunyiannya. Langkahnya hanya menghunus amarah. ”Mas.! kenapasih setiap orang merasa bangga, kalau aku lagi kena marah? Mereka puas ya dengan kesalahanku..!”. Seru tanya wanita itu. Merytcomplex..yahh.. merytcomplex. Memamah-pamah, mengumbar benci di sekalian saja.
Itu lho..gundukan sampah! Dan lalat berkerubung berterbangan. Weng..!weng..!.Apakah secanggih lalat kecepatan take of pesawat tempur Amerika. Laba-laba lebih cerdik menagkap bau narkoba ketimbang mesin detector.
Hitung jenis cara hidup di bumi. Ada hewan melatah, selebihnya terbang di angkasa. Keduanya sama-sama memakai empat reseptor otak. Namun karena terlalu lama melatah, terlalu sengsara, terlalu didesak ekosistem alam, terlalu terhimpit kepentingan, dan terlalu berjuang dengan kontemplasi jiwanya sendiri, maka mereduplah, pudar, lemah dua bagian reseptor otaknya. Yang ia lakukan tinggalah melihat dan merasa untuk memahami ma’na. Sedangkan yang terbang tidaklah menurun kapasitas merawat kelebihan dirinya. Burung masih mengerti ilmu spectrum warna, yang tak dapat dilihat lagi bagi kawanan melata. Burung mengetahui kalau di balik daun ada seekor ulat. Camar super pra peka di beberapa menit lagi ikan nenggak ke permukaan meski sejenak. Hingga incaran bidiknya, penyergapannya, jarak tempuhnya tepat.
Aku ingin lelah saja…
` Mandi berbalur keputusasaan
Sebatang sabun bleng-bleng
Dengan busa kerancuhan
Tiba tiba a menjadi i, dan o menjadi u. Tiada lagi atap langit, atas bawah, karna di bolak-balik atas bawah sama saja. Bukankah setiap karya harus”bilboril..! Ditarik ke kanan~obsesi dunia. Ditarik ke kiri~bertemu di puncak sufi. Ataukah hilang lebur di nol. Angka dengan nilai tinggi dari sembilan. Apa? Apa yang terasa, jika sudah tak lagi laki-
laki, dan tak lagi wanita. Setelah beberapa detik lalu telanjang di ruang cinta.
Saat kerikil jatuh bergulir ke kubang telaga. Sepasang mata mencurinya dari balik dedaunan. Clungg..,riak gelombang melingkar-lingkar. Dari bulatan kecil menjadi lebar.Berkali-kali dan hilang di tepi.Yang mana?..kecil, kengah, atau besar? Tentu saja yang besar..paling kasar sebagai tampilan wajah.Meskipun yang kecil terus dapat dibagi dan dibelah. Gelombang transfersal hilang menjadi wajah. Satu lingkaran gelombang satu wajah. Dan hanya ada satu lingkaran besar dari ribuan tak terbatas lingkaran kecil.
Waktu terus mengajari kita bertepuk tangan. Melunasi hutang tujuh musim. Kemarau, hujan, gugur, semi, musim gempa, stunami, dan demonstrasi.
Setiap saat selalu ada yang datang mengunjungi sejarah. Meski tak pernah faham, lega juga rasanya. Kehausannya terhadap waktu membuat mereka menggerogoti sebungkul memori. Cucu imut itu berseru tanya. ”Ada apasih Kek dengan alang-alang dan sumur tua ini. Kok Kakek sering mengajakku ketempat ini?”.”Ooo..ditempat ini dahulu Kakek bertemu Nenek”. Meski setengah faham si mungil segera melipat jawaban kakeknya di balik lembar permainan.
Kala mata menatap angkasa, tidaklah tercatat di langit dan kitab suci, yakni rindu kampung halaman. Rindu ingin pulang.
-Aku ingin lelah saja
-Sebab kuat tak lagi menyangga.
Betapa tidak lelah! Kolom-kolom harian surat kabar tak cukup memuatnya. Dimana rumus dibikin buntu. Gerak dibikin kaku. Ruang dibikin kerucut. Imajenasi, edial, jenial absurt. Padahal di belahan sana, atom berputar semakin cepat, semakin aus pula suatu benda.
Bimsalabim habragadabra.
Apa yang bisa kau hasilkan dari puisi dizaman yang tidak menentu ini? Aabragadabraa.Ribuan kolang-kaleng berubah menjadi emas. ”Ambil semua jika inginmu jarah dunia”. ”Tida..kk!Betapa tolol jka kuambil emas itu. Tidakkah aku gaet yang bisa ubah kolang-kaleng. Bukankah yang bisa segalanya Maha Kaya dari seluruh inginku”.
Ambradoozz..Ambradoozz
Sebuah mesin usai dirancang. Tinggal terap, tinggal pasang. Dari sebuah bilik kecil ditengah hutan Amazone. Sambil berguru pada tingkah harimau, si raja rimba. Stiegholder..yah stiegholder. Bukan sejenis anjing bengis. Hanya otak yang anjing bengis. Desain miniature file komputernya. Tuhan diacak lakonkan games. Desir lirih bibirnya. ”Tuhan sibuk urusi alam semesta, biar aku bantu bentangkan benua dan tujuh samudra. Negara A bermain petak umpet. Negara B obak shoutdoor, dan C ongkong-ongkong bolong.”.
“Indonesai bagaimana tuan?”. Ha ha ha..Indonesia itu bagai wanita gemulai, bermata binal, pantat bahenol, tidur terlentang tak pakai BH. Dan enjoinya..! Beredia disetubuhi siapa saja dan kapan saja ha..ha..ha..Pejabat dan para pelaku sejarah di Indonesia sana memang ingin bangkit. Tapi dari lingkungannya. Dan bukan dari negaranya. Mereka adalah anak-anak yang lahir dijaman susah. Dan ketika besar kemiskinan menghantuinya. Kelaparan yang mereka tanam berpuluh puluh tahun dipanen dengan keranjang keserakahan.
Kumparan kutub. Gerakan hidup, hanyalah microkosmos. Berputar diujung remote. Dalam ruang mikro bersemayam makro. Daaan..saat makro memusat ..jadilah mikro.
-Aku ingin lelah saja
-Larut bersama putaran roda
Ambillah titik! Tarik garis diagonal, ke-atas bawah, dan samping. Seberapa tinggi dari titik, sedalam itu pula jatuh. Apakah benda benda bisa tidur? Bukankah hanya bersiap untuk tertidur. Sebelum di tidurkan untuk selesaikan telah. Titik kuntum energi pusat. Nol itu bukan bulat. Tetapi kosong tak berlingkaran. Imajinasi terka mulai meramba? Makluk kah itu? Bukan jin , syaitan , malaikat , dewa bahkan manusia .Ia bersemayam di lempengan bumi dan daya gravitasi. Ia lahir sedetik kemudian , saat kuantum terpecah bersamaan dengan gagang cambuk di tangan perkasa. Ujungnya meliuk di angkasa.daan! “cetheearr, jedhearrr berkilauan-kilatan cahaya. Menyambar- nyambar pyung…pyung … pyung kertip- kertip, kertip- kertip. Bertaburan di sekitar pusat jegleran. Ke arah itu sang Semorobumi angkat telunjuk. Nuding menunjuk tapi bukan pada siapa- siapa. Hanya pada dirinya. Yahh pada dirinya sendiri. Itulah cakrawala dan jagat raya.Membekunya pyung.. pyung .. menjadi benda.Alam semesta itu luaass, tapi masih jauhh. Bahkan masih sangat jauuhh dari gagang pecut .Apalagi pemegangnya. Titik pusat cetheeran itu berbentuk alsion. Alsion adalah suatu ruang gelap di tengah ganesa yang ruangnya tak selesai di tembus dalam perjalanan berjuta tahun cahaya. Bulatan ruang hitam itu dilapisi suasana kabut. Yang luasnyapun tak selesai di ukur. Arus deras arus dahsyat. Tak satupun kekuatan mengelak. Seluruh energi gravitasi pergerakan cakrawakla terserap padanya. Satu titik ke hanya satu titik . yakni pusat ketidak berdayaan. Keruang ini setiap ruh di sadap.
Berterbangan dan berseliweran. Ruh mikroba. tengu, cacing, gugusan ganesa, super classter, tak ada yg tersisah. Rancangan besar tersusun sempurna.Agar ada alasan untuk berkilah “ meskipun aku bangun alam semesta ini dengan main- main, tetapi aku tak main-main silahkan hidup semaumu, termasuk surga atau neraka.
Berguru dari burung terciptalah pesawat terbang. Melihat angsa jadilah kapal. Kreta api menyerupai kluding. Satu benda satu wajah. Replikasi prototype. Manusia dan peradabannya meniru siapa? Tidak lain dan tidak bukan, tidak salah dan mungkin benar, tidak curiga dan pasti nyata hanyalah semata meniru Alloh Sang Maha Mereferentasi. Hanya saja yang perlu kita ragukan adalah apakah yang kita tiru selama ini benar dan tepat seperti yang kita inginkan? Ataukah masih salah dan bahkan penuh kecacatan.
Dari abad nol hingga kini, telah kita temukan gelaran mode, dekaden, zaman, sejarah, dan peradaban. Namun pentas panggung yang diperankan manusia penuh dengan kenakalan, padat dengan kecacatan. Sehaingga yang kita temukan adalah manusia manusia yang mengalami kegagalan replikasi dari Tuhan ke peradabannya,sehingga yang sanggup kita bangun adalah manusia cacat, masyarakat cacat, Negara cacat, pemerintahan cacat, hati cacat, akal cacat, mental cacat, moral cacat, kebatinan cacat, thoriqoh cacat.
*) Cerpenis, kolomnis, menulis esai, puisi. Aktif di Jama,ah Padhag mBulan, tergabung dalam komunitas penulis Jombang, berkreasi di Lincak Sastera dowong, beralamat di:Dowong, Ds. Plosokerep. Kec. Sumobito. Kab. Jombang. Jawa Timur.Hp:081-359-913-627
Kamis, 15 Juli 2010
AMBRADOOZZZ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A. Azis Masyhuri
A. Jabbar Hubbi
A. Muttaqin
A. Rego S. Ilalang
A. Syauqi Sumbawi
A.H. J Khuzaini
A.S Laksana
A’Syam Chandra Manthiek
Aang Fatihul Islam
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Aditya Ardi Nugroho
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agus Mulyadi
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Sulton
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Saifullah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Idris
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akmal Nasery Basral
Ali Rif’an
Amien Kamil
Andhi Setyo Wibowo
Andry Deblenk
Anggi Putri
Anindita S. Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Wahyudi
Arie MP Tamba
Arisyntya Hidayah
Artikel
Ary Nugraheni
Asarpin
Ayu Nuzul
Balada
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Binhad Nurrohmat
Budaya
Bung Tomo
Bustanul Arifin
Catatan
Catullus
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chamim Kohari
Choirul
Cucuk Espe
Dami N. Toda
Daru Pamungkas
Denny JA
Denny Mizhar
Devi M. Lestari
Dhenok Kristianti
Dian DJ
Dian Sukarno
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djoko Saryono
Dody Yan Masfa
Donny Darmawan
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Permadi
Emha Ainun Nadjib
Endah Wahyuningsih
Esai
Esti Nuryani Kasam
Eva Dwi Kurniawan
Evan Gunanzar
Fahrudin Nasrulloh
Fairuzul Mumtaz
Fajar Alayubi
Fanani Rahman
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathoni Mahsun
Fathurrahman Karyadi
Fathurrochman Karyadi
Fathurrozak
Felix K. Nesi
Forum Sastra Jombang
Galuh Tulus Utama
Gandis Uka
Geguritan
Gol A Gong
Gombloh (1948 – 1988)
Grathia Pitaloka
Gus Noy
Gusti Eka
Hadi Napster
Hadi Sutarno
Halim HD
Hamka
Hamzah Tualeka Zn
Hardy Hermawan
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
Husnul Khotimah
Ignas Kleden
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imas Senopati
Indria Pamuhapsari
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
J Anto
Jamal Ma’mur Asmani
John H. McGlynn
Jombangan
Junaedi
Kalis Mardiasih
Kardono Setyorakhmadi
Kasnadi
Kemah Budaya Panturan (KBP)
KetemuBuku Jombang
Ki Ompong Sudarsono
Kiki Mikail
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Latief Noor Rochmans
Liestyo Ambarwati Khohar
M Rizqi Azmi
M. Aan Mansyur
M. Abror Rosyidin
M. Badrus Alwi
M. Lutfi
M. Shoim Anwar
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Mardiansyah Triraharjo
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Marjohan
Massayu
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar
Mh Zaelani Tammaka
Miftachur Rozak
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Antakusuma
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Yasir
Mukadi
Mukani
Munawir Aziz
Musfeptial Musa
Nawa Tunggal
Nawangsari
Niduparas Erlang
Nikita Mirzani
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nur Chasanah
Nurel Javissyarqi
Ocehan
Oei Hiem Hwie
Oka Rusmini
Opini
Padhang Mbulan
Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Gus Dur
Prosa
Puisi
Purwanto
Putu Wijaya
R Giryadi
Raedu Basha
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rama Prambudhi Dikimara
Ramadhan Al-yafi
Rasanrasan Boengaketji
Raudlotul Immaroh
Reiny Dwinanda
Resensi
Reyhan Arif Pambudi
Ribut Wijoto
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rony Agustinus
Rudi Haryatno
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S. Arimba
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Samsudin Adlawi
Sasti Gotama
Saut Situmorang
SelaSAstra Boenga Ketjil
Selendang Sulaiman
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Silka Yuanti Draditaswari
Siti Sa'adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Soesilo Toer
Sofyan RH. Zaid
Sosiawan Leak
Sugito Ha Es
Suharsono
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
T Agus Khaidir
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Eska
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tri Wahyu Utami
Ulfatul Muhsinah (Oshin)
Umar Fauzi Ballah
Universitas Jember
Virdika Rizky Utama
Vyan Tashwirul Afkar
W.S. Rendra
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Jengki Sunarta
Wong Wing King
Yanuar Yachya
Yudhistira Massardi
Yusuf Suharto
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar