Sabtu, 23 Januari 2021

MEMBACA DUA DUNIANYA NH DINI

Dwi Klik Santosa *
 
Semula saya mengira semua tulisan NH Dini menuliskan dunianya perempuan. Tapi ternyata tidak, dunia dan pemikirannya laki-laki pun dituliskannya juga melalui karya-karya cerpennya dalam kumpulan cerpen "Dua Dunia" ini.
 
Membaca 10 cerpen dalam buku ini, apalagi ada pengantar darinya bahwa ia menulis sejak masih SMA, seperti sudah bisa menebak saya, bahwa NH Dini memiliki karakter yang kuat sebagai seorang pemikir.
 
Ada keluasan berpikir, wawasan teoritis bahkan pemberontakan yang universal dan luhur kandungannya, terlebih ihwal penggambarannya tentang bagaimana sebaiknya menjadi manusia. Teristimewa perempuan. Karena bagaimanapun kultur ia lahir dan dibesarkan, budaya patriarki atawa hegemoni kaum pria dalam keseharian sedemikian dominan dan menjadi momok bagi kaum hawa untuk maju dan berkembang sebagaimana wajarnya.
 
Cerpen "Kelahiran", "Pendurhaka" dan "Perempuan Warung" tertulis selesai ditulis di tahun 1953. Itu artinya usia si pengarang baru 17 tahun. Karena NH Dini lahir 29 Februari 1936.
 
Dalam usia 17 tahun menuliskan kandungan cerita yang setajam itu. Menurut saya seperti menandakan kualitas seorang NH Dini. Dalam ketiga cerpen itu jelas sekali arah dan arus berpikirnya.
 
Tentang perlawanan dan pemberontakan terhadap belenggu kemiskinan -- miskin pengetahuan terutama yang menyebabkan seseorang mudah berlaku menindas dan semena-mena-- dan kemerosotan moral karena memang secara umum kaum laki-laki digambarkan punya segala-galanya tapi anehnya banyak saja kaum perempuan yang diam karenanya dan bahkan rela menyangatkannya sebagai obyek bagi merajalelanya maskulinitas dalam menunjukkan dominasinya dalam ruang-ruang nyata kehidupan.
 
Melalui sosok Yati dalan cerpen "Pendurhaka" saya membacanya karakter itu adalah elan kejiwaan dari NH Dini sendiri, yang memilih keluar dari kejumudan dominasi keluarganya yang selalu salah dalam menerapkan dogma. Dikawinkan dengan laki-laki kaya, berpangkat dan tentu bukan berdasar cinta. Bukankah itu nasib yang diterima kakak-kakaknya yang bernasib dengan status rela menjadi isteri ketiga, dan bahkan menjadi obyek penderita saja karena suaminya itu mudah melakukan kekerasan meski disebabkan persoalan yang sepele?
 
Begitupun dengan karakter Kinah dalam cerpen "Perempuan Warung", Aku dalam "Istri Prajurit", Prita dalam "Jatayu", Aku dalam "Penemuan" dan juga Iswanti dalam "Dua Dunia" adalah perempuan-perempuan dengan sepenuh perlawanan.
 
Terlebih pada cerpen "Dua Dunia" sosok Iswanti adalah kemandirian dari cara berpikir tentang perlunya bersikap bagaimana menjadi manusia seutuhnya. Sekalipun dunia hidup di sekitarnya sedemikian penuh dengan kandungan yang naif dan munafik.
 
Menjadi janda dengan harus menghidupi satu anaknya dan juga merawat ayahnya yang sudah tua, tidak harus merengek kepada belas kasihan mantan suami yang memilih menikah lagi karena menghendaki poligami. Dan juga sebagai perempuan dewasa, Iswanti berhak menjadi dirinya sendiri dan tidak harus bercermin kepada almarhumah ibunya yang punya dunia kebebasan senang berjudi, hidup dalam cengkreman hedonisme tetapi uang yang didapatnya adalah hasil dari memanipulasi.
 
Tidak semua berkandung tragistik dan ironi, meskipun dalam cerpen "Warung Bu Sally" dan "Liar" berkandung satire, tapi  setidaknya dalam cerpen "Keberuntungan", kemalangan seorang Jamjuri berakhir dengan mendapatkan tawaran menikah oleh Kasnah perawan kaya juragan beras, pujaan hatinya itu.
 
(DKS)

*) Dwi Klik Santosa, lahir 9 Januari 1974, sebagai anak kedua bapak Siswo Suwarno dan ibu Satiri. Pernah menjalani pendidikan akademis di Jakarta dan Jogja (pada jurusan Komunikasi, UPN Veteran Jogyakarta), dan selama malang-melintang menjadi mahasiswa terpinalti sebagai aktivis. Pernah menjadi wartawan, dan mendirikan sanggar bermain bagi anak-anak dan remaja di kampung lahirnya. Pegiat seni-budaya, berkelana dan singgah dari tempat ke tempat di Sukoharjo, Solo, Jogja dan Jakarta. Bekerja sebagai copywriter di Zentha Hitawasana, Jakarta. http://sastra-indonesia.com/2021/01/membaca-dua-dunianya-nh-dini/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A. Azis Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Muttaqin A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.S Laksana A’Syam Chandra Manthiek Aang Fatihul Islam Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Aditya Ardi Nugroho Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Sulton Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Idris Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Ali Rif’an Amien Kamil Andhi Setyo Wibowo Andry Deblenk Anggi Putri Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Arie MP Tamba Arisyntya Hidayah Artikel Ary Nugraheni Asarpin Ayu Nuzul Balada Beni Setia Benny Benke Berita Binhad Nurrohmat Budaya Bung Tomo Bustanul Arifin Catatan Catullus Cerbung Cerkak Cerpen Chamim Kohari Choirul Cucuk Espe Dami N. Toda Daru Pamungkas Denny JA Denny Mizhar Devi M. Lestari Dhenok Kristianti Dian DJ Dian Sukarno Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Saryono Dody Yan Masfa Donny Darmawan Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Permadi Emha Ainun Nadjib Endah Wahyuningsih Esai Esti Nuryani Kasam Eva Dwi Kurniawan Evan Gunanzar Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Fanani Rahman Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrahman Karyadi Fathurrochman Karyadi Fathurrozak Felix K. Nesi Forum Sastra Jombang Galuh Tulus Utama Gandis Uka Geguritan Gol A Gong Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gus Noy Gusti Eka Hadi Napster Hadi Sutarno Halim HD Hamka Hamzah Tualeka Zn Hardy Hermawan Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Husnul Khotimah Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imas Senopati Indria Pamuhapsari Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. J Anto Jamal Ma’mur Asmani John H. McGlynn Jombangan Junaedi Kalis Mardiasih Kardono Setyorakhmadi Kasnadi Kemah Budaya Panturan (KBP) KetemuBuku Jombang Ki Ompong Sudarsono Kiki Mikail Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Latief Noor Rochmans Liestyo Ambarwati Khohar M Rizqi Azmi M. Aan Mansyur M. Abror Rosyidin M. Badrus Alwi M. Lutfi M. Shoim Anwar Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Massayu Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Mh Zaelani Tammaka Miftachur Rozak Muhamad Taslim Dalma Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mukadi Mukani Munawir Aziz Musfeptial Musa Nawa Tunggal Nawangsari Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Chasanah Nurel Javissyarqi Ocehan Oei Hiem Hwie Oka Rusmini Opini Padhang Mbulan Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto Parimono V / 40 Plandi Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Prosa Puisi Purwanto Putu Wijaya R Giryadi Raedu Basha Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan Al-yafi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Resensi Reyhan Arif Pambudi Ribut Wijoto Robin Al Kautsar Rodli TL Rony Agustinus Rudi Haryatno Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Arimba S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Samsudin Adlawi Sasti Gotama Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Selendang Sulaiman Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Silka Yuanti Draditaswari Siti Sa'adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sugito Ha Es Suharsono Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad T Agus Khaidir Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tri Wahyu Utami Ulfatul Muhsinah (Oshin) Umar Fauzi Ballah Universitas Jember Virdika Rizky Utama Vyan Tashwirul Afkar W.S. Rendra Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wong Wing King Yanuar Yachya Yudhistira Massardi Yusuf Suharto Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar