Senin, 14 Desember 2020

Puisi-Puisi Agus Sulton

Gedung A
 
Inilah tempatku berteduh, tak ubahnya kandang ayam
yang tidak pernah dirawat pemiliknya.
Bagian-bagian sisinya sudah dibangun seunik mungkin
tetapi, bau anyir tetap menyengat menghantui kedua lubang hidungku.
 
dibagian sudut bangunan rak kereta, banyak dikelilingi reruntuhan sumur-sumur tua,
dan laki-laki bermainkan bola kristal bercumbu basah dengan pasangan-pasangan pantat tetangga.
juga perempuan-perempuan pembakar sabda, baru saja membuat anak pertama mereka.
 
bagian sudut ruang belakang, ada lereng seperti bukit yang kosong,
dengan botol Vodka dan secangkir Pop Ice.
 
Ludah janda adalah udara yang hari-hari harus ku telan dengan paksa,
dalam gua yang banyak keranjang-keranjang besi usang
dan kayu-kayu tua menumpuk di atas terjalan batu beramiskan darah.
“inilah tempat kencan yang umum”
 
Jombang, Desember 2008
 
 
 
Ladang Jejak-Jejak Dusta
 
bingkai bunga ini sebagai bukti kau telah menelanjangiku
membelai lukaku dengan tetesan cabe yang sudah kau tumbuk.
Luka pipi ini bukti kau menghantam dengan tumpukan batu di meja ruang tamu,
 
tak ada hasil untuk melupakan jejak kutukan sabda malam,
belotan kayu tua itu, di hamparan ladang jejak-jejak dusta bersama dengan
foto-foto gadis telanjang di depan rumahmu, mengutuk dengan sebilah arit pada
leher tangga yang sudah kau bangun untuk istri palsumu.
 
Kamu sejenis hewan tanpa ada detik siklus, anak-anakmu telah
kau lantarkan dikolong-kolong got, bercampur darah perawan-perawan pesakitan,
menyengat bau anyir, menonjok kedua lubang hidung, menyibak
ikan-ikan pada fantasi keheningan; keruh dan berlumpur.
 
Jombang, 08 Maret 2008
 
 
 
Darah Perawan Tua
 
Ranting-ranting pohon pala telah melahapmu,
menyatu pada gumpalan beton
yang bernafas dengan burung-burung perkutut.
 
Matamu melantunkan air kebohongan
Tanganmu ada segumpal racun, menyatu
dengan pigora yang telah kau banting.
 
Kakimu ada delapan rantai
Menerkammu, membekas coretan bekas pisau.
Suaramu melantunkan tembang dusta, walau
buku kumel menumpuk di sudut ruang tamu,
dekat keris tegak sejajar di atas bangku; berderet
rampasan bendera, dan sebotol racun yang siap membunuhmu.
 
Di sebelah kanan ada sebuah asbak kayu
dan beberapa potongan lidah bercampur
putung rokok bekas rentetan tragedi selasa kemarin.
Di sudut almari kacamu ada dua potongan kepala, dan
lantaimu kotor bekas kucuran darah dari sabetan paha tetangga.
 
luka telah menghantuimu bercampur nafsu,
isterimu telah kau racun dengan tetesan perjamuan kucing-kucing tak berdosa,
mulutmu bau jengkol, bukti kau mencuri dikebun tetanggamu,
lehermu memerah, menyatu dengan warna tembokmu yang sudah kau oles
dengan darah perawan tua.
 
Jombang, April 2008
 
 
 
Dinding Berpoles Nisan
 
lonceng malam sudah berbunyi,
pertanda kelumunan mantra mulai diledakkan.
Asap-asap yang menyimpan kekuatan itu,
segera tergelincir
diantara dinding-dinding berpoles nisan.
 
Jombang, 12 Januari 2006
 
 
 
Mencium Aspal
 
ia telah menerjangku diantara pagi yang masih berkabut
dan rahang-rahang aspal telah menciumnya.
Mula-mula hanya ramalan yang tak sampai
ditiup angin.
Akhirnya
kami terjerumus dalam kerumunan nafas tersengal
dan sidikit berbusa.
 
Jombang, 24 Agustus 2005
 
 
 
Menghapus Air Mata
 
Jika suatu saat jemari ini tak mampu lagi menghapus air mata
yang jatuh berderai dalam sedu-sedan, maka tak perlu ada lagi
nestapa yang memberi arti apa-apa,
jika pengorbanan dimaknai sebagai beban
dan bual semakin bebal,
tibalah noktah titian
yang melacurkan ketulusan.
 
Siapa lagi yang hendak mengais sampah?
bukankah kita harus mengerti diri sendiri,
untuk mengerti yang lain?
Ego bukan dogma yang selalu didamba,
sekalipun ego terlampaui jauh, menjulang tinggi.
 
Jombang, 2 Juni 2005

Agus Sulton lahir di Jombang, 1986. Status sebagai mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Jombang. Penggiat di Lingkar Study Warung Sastra (LISWAS, komunitas tulis dan apresiasi sastra) Ngoro-Jombang. Kumpulan puisi pribadinya ”Tetesan Tinta Air Mata” (ditulis dari tahun 2002-2005), ”Sketsa Tak Bermantra 1” (ditulis dari tahun 2004-2006), ”Berhias Mata Kaca” (ditulis dari tahun 2006-2008), dan “Kantin Pelatuk Naga” 2010. Karya lainnya berupa cerpen, esai, dan 1 novel pribadi ”Rembulan Bernyanyi”. Saat ini tinggal dan berkarya, di Desa Rejoagung, Kec Ngoro, Kab Jombang JATIM. http://sastra-indonesia.com/2010/09/puisi-puisi-agus-sulton/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A. Azis Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Muttaqin A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.S Laksana A’Syam Chandra Manthiek Aang Fatihul Islam Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Aditya Ardi Nugroho Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Sulton Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Idris Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Ali Rif’an Amien Kamil Andhi Setyo Wibowo Andry Deblenk Anggi Putri Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Arie MP Tamba Arisyntya Hidayah Artikel Ary Nugraheni Asarpin Ayu Nuzul Balada Beni Setia Benny Benke Berita Binhad Nurrohmat Budaya Bung Tomo Bustanul Arifin Catatan Catullus Cerbung Cerkak Cerpen Chamim Kohari Choirul Cucuk Espe Dami N. Toda Daru Pamungkas Denny JA Denny Mizhar Devi M. Lestari Dhenok Kristianti Dian DJ Dian Sukarno Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Saryono Dody Yan Masfa Donny Darmawan Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Permadi Emha Ainun Nadjib Endah Wahyuningsih Esai Esti Nuryani Kasam Eva Dwi Kurniawan Evan Gunanzar Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Fanani Rahman Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrahman Karyadi Fathurrochman Karyadi Fathurrozak Felix K. Nesi Forum Sastra Jombang Galuh Tulus Utama Gandis Uka Geguritan Gol A Gong Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gus Noy Gusti Eka Hadi Napster Hadi Sutarno Halim HD Hamka Hamzah Tualeka Zn Hardy Hermawan Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Husnul Khotimah Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imas Senopati Indria Pamuhapsari Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. J Anto Jamal Ma’mur Asmani John H. McGlynn Jombangan Junaedi Kalis Mardiasih Kardono Setyorakhmadi Kasnadi Kemah Budaya Panturan (KBP) KetemuBuku Jombang Ki Ompong Sudarsono Kiki Mikail Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Latief Noor Rochmans Liestyo Ambarwati Khohar M Rizqi Azmi M. Aan Mansyur M. Abror Rosyidin M. Badrus Alwi M. Lutfi M. Shoim Anwar Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Massayu Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Mh Zaelani Tammaka Miftachur Rozak Muhamad Taslim Dalma Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mukadi Mukani Munawir Aziz Musfeptial Musa Nawa Tunggal Nawangsari Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Chasanah Nurel Javissyarqi Ocehan Oei Hiem Hwie Oka Rusmini Opini Padhang Mbulan Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto Parimono V / 40 Plandi Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Prosa Puisi Purwanto Putu Wijaya R Giryadi Raedu Basha Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan Al-yafi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Resensi Reyhan Arif Pambudi Ribut Wijoto Robin Al Kautsar Rodli TL Rony Agustinus Rudi Haryatno Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Arimba S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Samsudin Adlawi Sasti Gotama Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Selendang Sulaiman Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Silka Yuanti Draditaswari Siti Sa'adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sugito Ha Es Suharsono Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad T Agus Khaidir Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tri Wahyu Utami Ulfatul Muhsinah (Oshin) Umar Fauzi Ballah Universitas Jember Virdika Rizky Utama Vyan Tashwirul Afkar W.S. Rendra Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wong Wing King Yanuar Yachya Yudhistira Massardi Yusuf Suharto Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar