Jumat, 23 Oktober 2020

LENGA TALA: BETIS DAN KUTUKAN (97)

Sunu Wasono * 

Sampai di luar, langkah Bima dihentikan Puntadewa. "Bima, mau ke mana kamu?"

"Kenapa pakai tanya segala, Pambarep? Apa selama pembicaraan di dalam kau tidur," ujar Bima.

"Ditanya bukannya menjawab malah balik bertanya. Apa begitu caramu menghormati kakakmu yang lebih tua?"

"Tidak usah dibelokkan ke persoalan lain. Katakan langsung apa maumu," tegas Bima.

 "Jawab dulu pertanyaanku tadi, kamu mau ke mana?" Puntadewa kembali mengulang pertanyaannya.

 "Aku mau melabrak perusuh dari Atas Angin. Sudah jangan tanya-tanya lagi." Bima berusaha melewati hadangan Puntadewa, tetapi Puntadewa menahannya.

"Nanti dulu, jangan grusa-grusu. Soal labrak-melabrak, aku percaya pada kekuatanmu. Tapi kuminta nalarmu dipakai. Jangan okol yang kaupergunakan untuk mengatasi amuk mereka, tapi akal," kata Puntadewa.

"Mohon Kakangmas Bima sabar dan berkenan mendengarkan penjelasan Kakangmas Puntadewa," Pamadi ikut urun suara.

"Waaaaaaa, cepat katakan. Tidak usah berbelit-belit," ujar Bima tak sabar.

"Kalian duduk dulu. Dengarkan kata-kataku." Bima, Pamadi, dan Kembar menuruti perintah Puntadewa.

Setelah pada duduk, Puntadewa kembali membuka suara, "Kalian tahu bahwa Dangyang Durna sudah lama meninggalkan Atas Angin."

"Iya, tahu. Tapi hubungannya apa dengan amuk mereka?" Bima langsung merespon kata-kata Puntadewa.

"Mereka datang ke Hastina atas utusan rajanya. Kalian tahu, rajanya adalah ayahanda dari Dangyang Durna. Pasti ia sangat merindukan putranya."

"Paham. Selanjutnya apa. Cepat katakan." Bima kembali menuntut penjelasan yang cepat.

"Sabar, Bima. Kita juga tahu bahwa Dangyang Durna belum bersedia pulang, bukan?" Bima dan yang lain memilih diam dan menunggu penjelasan berikutnya.

"Aku minta jangan sampai ada pertumpahan darah di Hastina dalam menghadapi kemarahan prajurit dari Atas Angin. Jangan sampai ada yang terluka. Jangan sampai ada yang dipermalukan," tegas Puntadewa.

"Kata-katamu terkesan bijaksana, tapi hampir tak mungkin dapat dilaksanakan. Mereka harus dipukul mundur. Tidak ada jalan lain. Jangan terlalu lama berunding. Izinkan aku segera menuju medan perang," desak Bima.

"Kukira benar kata-kata Kakangmas Bima," ujar Pamadi. "Sebaiknya kita harus segera bertindak."

"Nanti dulu. Dengarkan kata-kataku. Tak ada yang tak mungkin untuk dilakukan. Kekerasan tak akan menyelesaikan persoalan." Puntadewa berusaha menenangkan adik-adiknya.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" kata Bima.

"Dengarkan dulu. Jangan kaupotong kata-kataku. Begini, kita temui mereka baik-baik. Kita jelaskan kepada mereka bahwa Dangyang Durna baik-baik saja."

"Mana mungkin mereka percaya begitu saja," sambar Bima.

"Jangan belum dicoba, sudah kau vonis."

"Tapi Kurawa sudah lebih dulu menahan mereka. Apa kata mereka kepada kita. pastilah kita akan diejek dan dihina," ujar Bima.

"Kaulihat sendiri sekarang. Lihat siapa yang lari terpincang-pincang itu." Sejumlah prajurit Kurawa lari dan berteriak ketakutan.

"Lihat lagi yang di sebelah utara. Kurawa lari tunggang-langgang. Apakah kamu masih yakin bahwa Kurawa bisa mengembalikan mereka. Pasti Kurawa tanpa ba dan bu langsung main hantam. kepada prajurit Atas Angin. Seperti biasa, hasilnya nihil, bukan?"

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Bima.

"Ikuti aku," perintah Puntadewa.

Bima dan adik-adiknya mengikuti Puntadewa. Mereka tidak terlihat terburu-buru. Pandawa dengan langkah pasti menghampiri prajurit dari Atas Angin.

Bersambung...

*) Dr. Sunu Wasono. M. Hum. lahir di Wonogiri 11 Juli 1958. Taman SMAN Wonogiri tahun 1976, S1 di Jurusan Sastra Indonesia Fak. Sastra Universitas Indonesia (UI) tahun 1985, S2 di Program Pascasarjana UI (1999), dan S3 di Program Studi Ilmu Susastra FIBUI (2015). Sejak April 1987, staf pengajar di Fak. Ilmu Pengetahuan Budaya UI, mengampu mata kuliah Sosiologi Sastra, Pengkajian Puisi, dan Penulisan Populer. Tahun 1992 (6 bulan) menjadi dosen tamu di La Trobe University, Melbourne, Australia. Mulai Oktober 2016, menjadi Ketua Program Studi Sastra Indonesia, Fak. Ilmu Pengetahuan Budaya UI.

https://sastra-indonesia.com/2020/10/lenga-tala-betis-dan-kutukan-97/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A. Azis Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Muttaqin A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.S Laksana A’Syam Chandra Manthiek Aang Fatihul Islam Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Aditya Ardi Nugroho Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Sulton Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Idris Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Ali Rif’an Amien Kamil Andhi Setyo Wibowo Andry Deblenk Anggi Putri Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Arie MP Tamba Arisyntya Hidayah Artikel Ary Nugraheni Asarpin Ayu Nuzul Balada Beni Setia Benny Benke Berita Binhad Nurrohmat Budaya Bung Tomo Bustanul Arifin Catatan Catullus Cerbung Cerkak Cerpen Chamim Kohari Choirul Cucuk Espe Dami N. Toda Daru Pamungkas Denny JA Denny Mizhar Devi M. Lestari Dhenok Kristianti Dian DJ Dian Sukarno Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Saryono Dody Yan Masfa Donny Darmawan Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Permadi Emha Ainun Nadjib Endah Wahyuningsih Esai Esti Nuryani Kasam Eva Dwi Kurniawan Evan Gunanzar Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Fanani Rahman Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrahman Karyadi Fathurrochman Karyadi Fathurrozak Felix K. Nesi Forum Sastra Jombang Galuh Tulus Utama Gandis Uka Geguritan Gol A Gong Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gus Noy Gusti Eka Hadi Napster Hadi Sutarno Halim HD Hamka Hamzah Tualeka Zn Hardy Hermawan Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Husnul Khotimah Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imas Senopati Indria Pamuhapsari Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. J Anto Jamal Ma’mur Asmani John H. McGlynn Jombangan Junaedi Kalis Mardiasih Kardono Setyorakhmadi Kasnadi Kemah Budaya Panturan (KBP) KetemuBuku Jombang Ki Ompong Sudarsono Kiki Mikail Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Latief Noor Rochmans Liestyo Ambarwati Khohar M Rizqi Azmi M. Aan Mansyur M. Abror Rosyidin M. Badrus Alwi M. Lutfi M. Shoim Anwar Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Massayu Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Mh Zaelani Tammaka Miftachur Rozak Muhamad Taslim Dalma Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mukadi Mukani Munawir Aziz Musfeptial Musa Nawa Tunggal Nawangsari Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Chasanah Nurel Javissyarqi Ocehan Oei Hiem Hwie Oka Rusmini Opini Padhang Mbulan Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto Parimono V / 40 Plandi Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Prosa Puisi Purwanto Putu Wijaya R Giryadi Raedu Basha Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan Al-yafi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Resensi Reyhan Arif Pambudi Ribut Wijoto Robin Al Kautsar Rodli TL Rony Agustinus Rudi Haryatno Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Arimba S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Samsudin Adlawi Sasti Gotama Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Selendang Sulaiman Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Silka Yuanti Draditaswari Siti Sa'adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sugito Ha Es Suharsono Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad T Agus Khaidir Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tri Wahyu Utami Ulfatul Muhsinah (Oshin) Umar Fauzi Ballah Universitas Jember Virdika Rizky Utama Vyan Tashwirul Afkar W.S. Rendra Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wong Wing King Yanuar Yachya Yudhistira Massardi Yusuf Suharto Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar