Sabrank Suparno *
http://sastra-indonesia.com/
1. Kepulauan Indonesia Membentuk Sketsa Perahu
Satu lagi yang disingkap tekhnologi mengenai ketakterdugaan nusantara, yakni desain alamiah bentuk pulau di bumi jika dilihat dari foto satelit NASA. Seperti diinformasikan Emha Ainun Nadjib pada pengajian Padhang mBulan 4 Juni 2012, bahwa kepulauan Indonesia dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, hingga Nusa Tenggara berjajar menyerupai perahu.
Sumatera dalam desain kapal berposisi bagian depan, Jawa sebagai kerangka dasar bawah-depan, Bali, Lombok, Nusa Tenggara berposisi sebagai alas bawah bagian belakang, sedang Irian Jaya persis bamper belakang. Ada pun kepulauan Sulawesi dan Kalimanta dan sederet kepulauan di sekitarnya sebagai struktur bodi perahu secara keseluruhan. Yang jadi pertanyaan adalah: apa rahasia di balik sketsa bumi jika ilmu pengetahuan alam dan ilmu humaniora bertemu ruas?
Ditelaah lebih rinci, teranyata sketsa pulau berhubungan erat dengan produk kebudayaan penghuni pulau setempat. Irian Jaya misalnya, dengan lekuk pulau menyerupai kepala burung, ternyata pulau tersebut dihuni burung khas cendrawasih yang elok. Kepulauan Italia menyerupai bola ternyata melahirkan kegemaran penduduknya hingga menjadi pesepak bola handal yang disegani negara lain. Atau Jawa Timur justru menyerupai posisi orang sedang takhiyat dalam sholat, di mana telapak kaki kanan menjorok ke utara menjadi Madura, sedang lekuk telapak kaki kiri membentuk semenanjung pesisir Sritanjung, Banyuwangi.
Kisah perahu dalam kaitannya dengan peradapan manusia sudah dipahami kaum agamis, terutama pemegang injil dan qur’an yang dikenal dengan pelayaran nabi Nuh. Kondisi peradaban umat Nuh yang mengalami degradasi moral cukup akut dan pelik, mengakibatkan banjir bandang yang berkekuatan mengikis peradaban. Kebijakan Nuh demi meneruskan peradaban dengan menyelamatkan beberapa pasang suku dan jenis hewan mengendarai perahu. Namun supaya tidak karam selama berlabuh, Nuh menyita semua alat vital awak perahu supaya tidak terjadi pengembangbiakan yang menambah beban. Kisah Nuh tersebut dapat ditafsirkan bahwa untuk menyelamatkan peradapan yang krusial, diperlukan pengekangan ambisi yang berorientasi individu atau golongan.
Injil dalam surat Kejadian, pasal 6-9 mengisahkan seputar pergolakan kaum Nuh pasca pelayaran hingga peralihan peradaban sesudah banjir. M. Fathoni Mahsun (penulis Jombang pernah hadir saat workshop kepenulisan di Menturo) dalam buku Baju Bertuah Nabi Yusuf (IBC, Yogya, 2012) merinci penyejarahan Qur’an perihal ciri umat baru setelah banjir zaman Nuh. Bahwa sisah peradaban yang diangkut perahu Nuh merupakan manusia bibit unggul, survive melewati masa krisis, berperawakan kekar, gagah, tangguh dibanding zaman sebelumnya. Qur’an surat: Huud 30-40, Al Mukmin 27-28, Al Qomar 13, Asy Syu’ara 119-134, As Ssaffat 76, Al A’raf 69, Al Fajr 7, Al Ahqaaf 21 adalah serentetan kisah peralihan peradaban di atas.
Kenyataan kepulauan Indonesia yang menyerupai perahu mendukung indikator keberadaan Atlantis yang diriset arkeolog Arsyo Santos. Dalam riset panjangnya Santos menganalisa keberadaan Atlantis sebagai peradaban termegah yang pernah ada di bumi ternyata dulu di sekitaran Krakatau. Sebagai arkeolog, Santos menyuguhkan banyak data filologis dari berbagai artefak suku-suku lawas di berbagai negara. Diantaranya artefak dan situs menyebutkan bahwa kawasan atlantis bercirikan padang luas yang disuburi rumput alang-alang (padi dan palawija). Beberapa situs yang tersebar juga menguatkan bahwa ciri peradapan atlantis adalah imbangnya fasilitas agraris yang berupa sungai, tanah vulkanik, pasir timah dan emas dari letusan gunung berapi. Di sisi lain, wilayah nusantara didominasi laut yang melimpahkan biota bahari. Dari ke dua realitas kepulauan nusantara dalam kaitannya dengan perahu ditamsilkan bahwa nusantara adalah negara bahari yang didukung ekonomi pertanian pedalaman (daratan). Lantas apa fungsinya dalam kaitannya dengan pecaturan negara negara di belahan bumi lainnya?
2. Krisis Minyak Dunia
Peradaban modern yang disebut manusia zaman sekarang adalah sebutan yang didasarkan pada penemuan tekhnologi baru. Meskipun istilah modern yang sekarang otomatis menjadi klasik di masa datang. Modern yang ditandai penemuan tekhnologi sesungguhnya upaya manusia untuk memaksimalkan sumber daya alam. Di mana sejauh ini manusia hanya mampu memanfaatkan 2% kandungan alam untuk kesejahteraan hidup. Yang artinya, 98% bahan lainya masih beku dan belum berfungsi secara maksimal. Namun tanpa disadari manusia, bahwa penemuan tekhnologi itu sendiri berarti menyerap cadangan sumber daya yang terkandung di bumi. Dengan analogi pragtis bahwa satu lampu yang menyala dan gemerlap di muka bumi sama artinya menghabiskan suku cadang energi. Yang menjadi inti permasalahan kemudian ialah jika gemerlap lampu merata di muka bumi beserta deru-deru mesin yang oprasional setiap hari. Semakin maksimal penggunaan temuan tekhnologi setara pula penyerapan energi dihabiskan, apalagi untuk kemubadziran.
Beberapa tahun terakhir ahli energi memperkirakan bahwa cadangan minyak bumi hanya bertahan hingga 12 tahun mendatang. Artinya selama pertambahan pemakaian energi melunjak, semakin pula mendekati krisis. Sementara suku cadangan pengganti minyak ‘belum ditemukan’. Dari sinilah gejala krisis minyak bermula, berlakunya hukum mekanisme pasar: jika permintaan bertambah saat jumlah produksi menurun, maka harga akan naik.
Terhitung sejak April 2012, nilai saham minyak dunia naik. Di Indonesia, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono menyiasati hendak mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang artinya menaikkan nilai jual BBM . Hingga pertengahan Mei 2012 Susilo Bambang Yudhoyono menyiasati ulang kenaikan minyak dengan mengurangi pemakaian BBM yang dipandang mubadzir. Presiden menghimbau agar menghemat lampu di istana negara. Di Malaysia, pemerintahan setempat secara resmi menghitung biaya produksi yang berkenaan dengan pemakaian minyak secara rinci. Sebagai langkah antisipasi kenakalan pasar, pemerintah Malaysia menetapkan harga mesin disel dengan standart besar kecilnya Power Kuda (PK).
Krisis energi dipastikan berpengaruh signifikan terhadap Uni Eropa yang hanya mengandalkan ekport produk tekhnologi ke negara berkembang. Negara Benua Biru yang megah secara financial berangsur keropos, di mana gedung gedung mewah dan biaya produksi dibangun dari dana hutang. Sedangkan proses produksi yang berkaitan dengan bahan energi, Eropa tidak memiliki sumber kilang, kecuali Asia dan Timur Tengah. Tanpa pasokan dari negara penghasil minyak dan bahkan penghasil pangan, Eropa akan menjadi penghuni rumah mewah tapi tidak bisa makan.
Untuk mencari solusi krisis minyak peroide 12 tahun mendatang, Uni Eropa mengadakan pertemuan G-20 yang berlangsung di Los Cabos, Meksiko pada 18-19 Juni 2012. G-20 mengagendakan pembahasan tentang perkembangan ekonomi global sehubungan dengan penentuan berlangsungnya zona euro melalui pemilu Yunani 17 Juni 2012. Signal strategi mengatasi krisis Eropa dilontarkan presiden Prancis Francois Hollande dengan mekanisme rekapitalisasi pengucuran dana darurat IMF sebesar 900 miliar euro. Namun mekanisme penyuntikan bank-bank sakit semacam itu ditentang tegas pihak Jerman dan harus mencari mekanisme rekapitalisasi lain. Belum diketahui jelas apa rumusan yang akan digalang secara rahasia -bawah tanah- oleh pihak Berlin dalam membangkitkan krisis dan volatilitas harga komoditas, terutama sektor energi.
Setelah mengamati dua hal, pertama; kegagalan Spanyol yang mendapat donor bantuan dari lembaga stabilitas finansial Eropa (EFSF), terbukti reaksi pasar semakin negatif. Ke dua: realitas Eropa yang miskin sumber minyak akan sulit menawarkan ‘green economy’ dalam bentuk pemutara euro. Emha Ainun Nadjib dalam pertemuan Padhang mBulan pada 4 Juni 2012 menghubungkan tema nusantara berbentuk perahu dengan penyelesaian krisis minyak Eropa. Bahwa terlepas dari pertemuan G-20, negara-negara PIGS (Portugal, Inggris, (G)Jerman, Spanyol) akan mengadakan pertemuan tertutup yang merancang peledakan bom di London. Sebagai aksi licik kebuntuan Eropa untuk mengatasi krisis minyak. Lantas negara Barat, sesuai dengan percaturan politik sebelumnya di Timur Tengah, akan menuduh Iran bertanggung jawab atas ledakan bom di London tersebut dengan dalih pengembangan nuklir Iran. Selanjutnya, setara yang dibicarakan Said Agil Sirodj (ketua PBNU) saat berpidato dalam Haul Akbar di pondok pesantren Denanyar, Jombang, pada 21 Mei 2012, bahwa lepas dari prediksi dunia akhirnya Amerika menghancurkan Irak. Anehnya seluruh negara tetangga (Timur Tengah) hanya menyaksikan tanpa daya. Resolusi damai antara Amerika dan Irak kemudian berbuntut panjang penguasaan kilang minyak Irak oleh Amerika dengan alasan pengganti biaya perang.
Puing pergolakan antara Eropa dan Timur Tengah secara geologis dan politis tidak berpengaru pada Asia khususunya Indonesia. Akibat krisis minyak dan pangan yang melanda Eropa dan Timur Tengah pasca pergolakan justru bertumpu dari suplai Asia, Indonesia dan Brazil sebagai wilayah tropis. Di sinilah andil Indonesia penting untuk menyelamatkan krisis dunia. Yang jadi pertanyaan adalah apakah Indonesia cukup kokoh sebagai perahu yang mengangkut keselamatan dunia? Apakah yang menjadi nahkoda dan seluruh awak kapal / perahu Indonesia terus menjulurkan kelamin sambil berlabuh yang akhirnya menenggelamkan perahu itu sendiri?
*) Penulis: Sabrank Suparno. Peserta Temu Sastra Jawa Timur 2011.
Rabu, 15 Agustus 2012
Perahu Nu-h-santara Pasca Meluapnya Krisis Dunia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A. Azis Masyhuri
A. Jabbar Hubbi
A. Muttaqin
A. Rego S. Ilalang
A. Syauqi Sumbawi
A.H. J Khuzaini
A.S Laksana
A’Syam Chandra Manthiek
Aang Fatihul Islam
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Aditya Ardi Nugroho
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan MN
Agus Mulyadi
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Riadi
Agus Sulton
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Saifullah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Idris
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akmal Nasery Basral
Ali Rif’an
Amien Kamil
Andhi Setyo Wibowo
Andry Deblenk
Anggi Putri
Anindita S. Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anton Wahyudi
Arie MP Tamba
Arisyntya Hidayah
Artikel
Ary Nugraheni
Asarpin
Ayu Nuzul
Balada
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Binhad Nurrohmat
Budaya
Bung Tomo
Bustanul Arifin
Catatan
Catullus
Cerbung
Cerkak
Cerpen
Chamim Kohari
Choirul
Cucuk Espe
Dami N. Toda
Daru Pamungkas
Denny JA
Denny Mizhar
Devi M. Lestari
Dhenok Kristianti
Dian DJ
Dian Sukarno
Didin Tulus
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djoko Saryono
Dody Yan Masfa
Donny Darmawan
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Permadi
Emha Ainun Nadjib
Endah Wahyuningsih
Esai
Esti Nuryani Kasam
Eva Dwi Kurniawan
Evan Gunanzar
Fahrudin Nasrulloh
Fairuzul Mumtaz
Fajar Alayubi
Fanani Rahman
Farah Noersativa
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathoni Mahsun
Fathurrahman Karyadi
Fathurrochman Karyadi
Fathurrozak
Felix K. Nesi
Forum Sastra Jombang
Galuh Tulus Utama
Gandis Uka
Geguritan
Gol A Gong
Gombloh (1948 – 1988)
Grathia Pitaloka
Gus Noy
Gusti Eka
Hadi Napster
Hadi Sutarno
Halim HD
Hamka
Hamzah Tualeka Zn
Hardy Hermawan
Hasnan Bachtiar
Hawe Setiawan
Hilmi Abedillah
Hudan Hidayat
Husnul Khotimah
Ignas Kleden
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imas Senopati
Indria Pamuhapsari
Irwan J Kurniawan
Isbedy Stiawan Z.S.
J Anto
Jamal Ma’mur Asmani
John H. McGlynn
Jombangan
Junaedi
Kalis Mardiasih
Kardono Setyorakhmadi
Kasnadi
Kemah Budaya Panturan (KBP)
KetemuBuku Jombang
Ki Ompong Sudarsono
Kiki Mikail
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Kritik Sastra
Kurniawan Junaedhie
Latief Noor Rochmans
Liestyo Ambarwati Khohar
M Rizqi Azmi
M. Aan Mansyur
M. Abror Rosyidin
M. Badrus Alwi
M. Lutfi
M. Shoim Anwar
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Mardiansyah Triraharjo
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Marjohan
Massayu
Melani Budianta
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar
Mh Zaelani Tammaka
Miftachur Rozak
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Antakusuma
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Yasir
Mukadi
Mukani
Munawir Aziz
Musfeptial Musa
Nawa Tunggal
Nawangsari
Niduparas Erlang
Nikita Mirzani
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nur Chasanah
Nurel Javissyarqi
Ocehan
Oei Hiem Hwie
Oka Rusmini
Opini
Padhang Mbulan
Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pramoedya Ananta Toer
Presiden Gus Dur
Prosa
Puisi
Purwanto
Putu Wijaya
R Giryadi
Raedu Basha
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rama Prambudhi Dikimara
Ramadhan Al-yafi
Rasanrasan Boengaketji
Raudlotul Immaroh
Reiny Dwinanda
Resensi
Reyhan Arif Pambudi
Ribut Wijoto
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rony Agustinus
Rudi Haryatno
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S. Arimba
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sajak
Salamet Wahedi
Samsudin Adlawi
Sasti Gotama
Saut Situmorang
SelaSAstra Boenga Ketjil
Selendang Sulaiman
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Silka Yuanti Draditaswari
Siti Sa'adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Soesilo Toer
Sofyan RH. Zaid
Sosiawan Leak
Sugito Ha Es
Suharsono
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syamsudin Walad
T Agus Khaidir
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Eska
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tri Wahyu Utami
Ulfatul Muhsinah (Oshin)
Umar Fauzi Ballah
Universitas Jember
Virdika Rizky Utama
Vyan Tashwirul Afkar
W.S. Rendra
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Jengki Sunarta
Wong Wing King
Yanuar Yachya
Yudhistira Massardi
Yusuf Suharto
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar