Rabu, 15 Agustus 2012

Perahu Nu-h-santara Pasca Meluapnya Krisis Dunia

Sabrank Suparno *
http://sastra-indonesia.com/

1. Kepulauan Indonesia Membentuk Sketsa Perahu

Satu lagi yang disingkap tekhnologi mengenai ketakterdugaan nusantara, yakni desain alamiah bentuk pulau di bumi jika dilihat dari foto satelit NASA. Seperti diinformasikan Emha Ainun Nadjib pada pengajian Padhang mBulan 4 Juni 2012, bahwa kepulauan Indonesia dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, hingga Nusa Tenggara berjajar menyerupai perahu.
Sumatera dalam desain kapal berposisi bagian depan, Jawa sebagai kerangka dasar bawah-depan, Bali, Lombok, Nusa Tenggara berposisi sebagai alas bawah bagian belakang, sedang Irian Jaya persis bamper belakang. Ada pun kepulauan Sulawesi dan Kalimanta dan sederet kepulauan di sekitarnya sebagai struktur bodi perahu secara keseluruhan. Yang jadi pertanyaan adalah: apa rahasia di balik sketsa bumi jika ilmu pengetahuan alam dan ilmu humaniora bertemu ruas?

Ditelaah lebih rinci, teranyata sketsa pulau berhubungan erat dengan produk kebudayaan penghuni pulau setempat. Irian Jaya misalnya, dengan lekuk pulau menyerupai kepala burung, ternyata pulau tersebut dihuni burung khas cendrawasih yang elok. Kepulauan Italia menyerupai bola ternyata melahirkan kegemaran penduduknya hingga menjadi pesepak bola handal yang disegani negara lain. Atau Jawa Timur justru menyerupai posisi orang sedang takhiyat dalam sholat, di mana telapak kaki kanan menjorok ke utara menjadi Madura, sedang lekuk telapak kaki kiri membentuk semenanjung pesisir Sritanjung, Banyuwangi.

Kisah perahu dalam kaitannya dengan peradapan manusia sudah dipahami kaum agamis, terutama pemegang injil dan qur’an yang dikenal dengan pelayaran nabi Nuh. Kondisi peradaban umat Nuh yang mengalami degradasi moral cukup akut dan pelik, mengakibatkan banjir bandang yang berkekuatan mengikis peradaban. Kebijakan Nuh demi meneruskan peradaban dengan menyelamatkan beberapa pasang suku dan jenis hewan mengendarai perahu. Namun supaya tidak karam selama berlabuh, Nuh menyita semua alat vital awak perahu supaya tidak terjadi pengembangbiakan yang menambah beban. Kisah Nuh tersebut dapat ditafsirkan bahwa untuk menyelamatkan peradapan yang krusial, diperlukan pengekangan ambisi yang berorientasi individu atau golongan.

Injil dalam surat Kejadian, pasal 6-9 mengisahkan seputar pergolakan kaum Nuh pasca pelayaran hingga peralihan peradaban sesudah banjir. M. Fathoni Mahsun (penulis Jombang pernah hadir saat workshop kepenulisan di Menturo) dalam buku Baju Bertuah Nabi Yusuf (IBC, Yogya, 2012) merinci penyejarahan Qur’an perihal ciri umat baru setelah banjir zaman Nuh. Bahwa sisah peradaban yang diangkut perahu Nuh merupakan manusia bibit unggul, survive melewati masa krisis, berperawakan kekar, gagah, tangguh dibanding zaman sebelumnya. Qur’an surat: Huud 30-40, Al Mukmin 27-28, Al Qomar 13, Asy Syu’ara 119-134, As Ssaffat 76, Al A’raf 69, Al Fajr 7, Al Ahqaaf 21 adalah serentetan kisah peralihan peradaban di atas.

Kenyataan kepulauan Indonesia yang menyerupai perahu mendukung indikator keberadaan Atlantis yang diriset arkeolog Arsyo Santos. Dalam riset panjangnya Santos menganalisa keberadaan Atlantis sebagai peradaban termegah yang pernah ada di bumi ternyata dulu di sekitaran Krakatau. Sebagai arkeolog, Santos menyuguhkan banyak data filologis dari berbagai artefak suku-suku lawas di berbagai negara. Diantaranya artefak dan situs menyebutkan bahwa kawasan atlantis bercirikan padang luas yang disuburi rumput alang-alang (padi dan palawija). Beberapa situs yang tersebar juga menguatkan bahwa ciri peradapan atlantis adalah imbangnya fasilitas agraris yang berupa sungai, tanah vulkanik, pasir timah dan emas dari letusan gunung berapi. Di sisi lain, wilayah nusantara didominasi laut yang melimpahkan biota bahari. Dari ke dua realitas kepulauan nusantara dalam kaitannya dengan perahu ditamsilkan bahwa nusantara adalah negara bahari yang didukung ekonomi pertanian pedalaman (daratan). Lantas apa fungsinya dalam kaitannya dengan pecaturan negara negara di belahan bumi lainnya?

2. Krisis Minyak Dunia

Peradaban modern yang disebut manusia zaman sekarang adalah sebutan yang didasarkan pada penemuan tekhnologi baru. Meskipun istilah modern yang sekarang otomatis menjadi klasik di masa datang. Modern yang ditandai penemuan tekhnologi sesungguhnya upaya manusia untuk memaksimalkan sumber daya alam. Di mana sejauh ini manusia hanya mampu memanfaatkan 2% kandungan alam untuk kesejahteraan hidup. Yang artinya, 98% bahan lainya masih beku dan belum berfungsi secara maksimal. Namun tanpa disadari manusia, bahwa penemuan tekhnologi itu sendiri berarti menyerap cadangan sumber daya yang terkandung di bumi. Dengan analogi pragtis bahwa satu lampu yang menyala dan gemerlap di muka bumi sama artinya menghabiskan suku cadang energi. Yang menjadi inti permasalahan kemudian ialah jika gemerlap lampu merata di muka bumi beserta deru-deru mesin yang oprasional setiap hari. Semakin maksimal penggunaan temuan tekhnologi setara pula penyerapan energi dihabiskan, apalagi untuk kemubadziran.

Beberapa tahun terakhir ahli energi memperkirakan bahwa cadangan minyak bumi hanya bertahan hingga 12 tahun mendatang. Artinya selama pertambahan pemakaian energi melunjak, semakin pula mendekati krisis. Sementara suku cadangan pengganti minyak ‘belum ditemukan’. Dari sinilah gejala krisis minyak bermula, berlakunya hukum mekanisme pasar: jika permintaan bertambah saat jumlah produksi menurun, maka harga akan naik.

Terhitung sejak April 2012, nilai saham minyak dunia naik. Di Indonesia, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono menyiasati hendak mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang artinya menaikkan nilai jual BBM . Hingga pertengahan Mei 2012 Susilo Bambang Yudhoyono menyiasati ulang kenaikan minyak dengan mengurangi pemakaian BBM yang dipandang mubadzir. Presiden menghimbau agar menghemat lampu di istana negara. Di Malaysia, pemerintahan setempat secara resmi menghitung biaya produksi yang berkenaan dengan pemakaian minyak secara rinci. Sebagai langkah antisipasi kenakalan pasar, pemerintah Malaysia menetapkan harga mesin disel dengan standart besar kecilnya Power Kuda (PK).

Krisis energi dipastikan berpengaruh signifikan terhadap Uni Eropa yang hanya mengandalkan ekport produk tekhnologi ke negara berkembang. Negara Benua Biru yang megah secara financial berangsur keropos, di mana gedung gedung mewah dan biaya produksi dibangun dari dana hutang. Sedangkan proses produksi yang berkaitan dengan bahan energi, Eropa tidak memiliki sumber kilang, kecuali Asia dan Timur Tengah. Tanpa pasokan dari negara penghasil minyak dan bahkan penghasil pangan, Eropa akan menjadi penghuni rumah mewah tapi tidak bisa makan.

Untuk mencari solusi krisis minyak peroide 12 tahun mendatang, Uni Eropa mengadakan pertemuan G-20 yang berlangsung di Los Cabos, Meksiko pada 18-19 Juni 2012. G-20 mengagendakan pembahasan tentang perkembangan ekonomi global sehubungan dengan penentuan berlangsungnya zona euro melalui pemilu Yunani 17 Juni 2012. Signal strategi mengatasi krisis Eropa dilontarkan presiden Prancis Francois Hollande dengan mekanisme rekapitalisasi pengucuran dana darurat IMF sebesar 900 miliar euro. Namun mekanisme penyuntikan bank-bank sakit semacam itu ditentang tegas pihak Jerman dan harus mencari mekanisme rekapitalisasi lain. Belum diketahui jelas apa rumusan yang akan digalang secara rahasia -bawah tanah- oleh pihak Berlin dalam membangkitkan krisis dan volatilitas harga komoditas, terutama sektor energi.

Setelah mengamati dua hal, pertama; kegagalan Spanyol yang mendapat donor bantuan dari lembaga stabilitas finansial Eropa (EFSF), terbukti reaksi pasar semakin negatif. Ke dua: realitas Eropa yang miskin sumber minyak akan sulit menawarkan ‘green economy’ dalam bentuk pemutara euro. Emha Ainun Nadjib dalam pertemuan Padhang mBulan pada 4 Juni 2012 menghubungkan tema nusantara berbentuk perahu dengan penyelesaian krisis minyak Eropa. Bahwa terlepas dari pertemuan G-20, negara-negara PIGS (Portugal, Inggris, (G)Jerman, Spanyol) akan mengadakan pertemuan tertutup yang merancang peledakan bom di London. Sebagai aksi licik kebuntuan Eropa untuk mengatasi krisis minyak. Lantas negara Barat, sesuai dengan percaturan politik sebelumnya di Timur Tengah, akan menuduh Iran bertanggung jawab atas ledakan bom di London tersebut dengan dalih pengembangan nuklir Iran. Selanjutnya, setara yang dibicarakan Said Agil Sirodj (ketua PBNU) saat berpidato dalam Haul Akbar di pondok pesantren Denanyar, Jombang, pada 21 Mei 2012, bahwa lepas dari prediksi dunia akhirnya Amerika menghancurkan Irak. Anehnya seluruh negara tetangga (Timur Tengah) hanya menyaksikan tanpa daya. Resolusi damai antara Amerika dan Irak kemudian berbuntut panjang penguasaan kilang minyak Irak oleh Amerika dengan alasan pengganti biaya perang.

Puing pergolakan antara Eropa dan Timur Tengah secara geologis dan politis tidak berpengaru pada Asia khususunya Indonesia. Akibat krisis minyak dan pangan yang melanda Eropa dan Timur Tengah pasca pergolakan justru bertumpu dari suplai Asia, Indonesia dan Brazil sebagai wilayah tropis. Di sinilah andil Indonesia penting untuk menyelamatkan krisis dunia. Yang jadi pertanyaan adalah apakah Indonesia cukup kokoh sebagai perahu yang mengangkut keselamatan dunia? Apakah yang menjadi nahkoda dan seluruh awak kapal / perahu Indonesia terus menjulurkan kelamin sambil berlabuh yang akhirnya menenggelamkan perahu itu sendiri?

*) Penulis: Sabrank Suparno. Peserta Temu Sastra Jawa Timur 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A. Azis Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Muttaqin A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.S Laksana A’Syam Chandra Manthiek Aang Fatihul Islam Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Aditya Ardi Nugroho Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Sulton Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Idris Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Ali Rif’an Amien Kamil Andhi Setyo Wibowo Andry Deblenk Anggi Putri Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Arie MP Tamba Arisyntya Hidayah Artikel Ary Nugraheni Asarpin Ayu Nuzul Balada Beni Setia Benny Benke Berita Binhad Nurrohmat Budaya Bung Tomo Bustanul Arifin Catatan Catullus Cerbung Cerkak Cerpen Chamim Kohari Choirul Cucuk Espe Dami N. Toda Daru Pamungkas Denny JA Denny Mizhar Devi M. Lestari Dhenok Kristianti Dian DJ Dian Sukarno Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Saryono Dody Yan Masfa Donny Darmawan Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Permadi Emha Ainun Nadjib Endah Wahyuningsih Esai Esti Nuryani Kasam Eva Dwi Kurniawan Evan Gunanzar Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Fanani Rahman Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrahman Karyadi Fathurrochman Karyadi Fathurrozak Felix K. Nesi Forum Sastra Jombang Galuh Tulus Utama Gandis Uka Geguritan Gol A Gong Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gus Noy Gusti Eka Hadi Napster Hadi Sutarno Halim HD Hamka Hamzah Tualeka Zn Hardy Hermawan Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Husnul Khotimah Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imas Senopati Indria Pamuhapsari Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. J Anto Jamal Ma’mur Asmani John H. McGlynn Jombangan Junaedi Kalis Mardiasih Kardono Setyorakhmadi Kasnadi Kemah Budaya Panturan (KBP) KetemuBuku Jombang Ki Ompong Sudarsono Kiki Mikail Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Latief Noor Rochmans Liestyo Ambarwati Khohar M Rizqi Azmi M. Aan Mansyur M. Abror Rosyidin M. Badrus Alwi M. Lutfi M. Shoim Anwar Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Massayu Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Mh Zaelani Tammaka Miftachur Rozak Muhamad Taslim Dalma Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mukadi Mukani Munawir Aziz Musfeptial Musa Nawa Tunggal Nawangsari Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Chasanah Nurel Javissyarqi Ocehan Oei Hiem Hwie Oka Rusmini Opini Padhang Mbulan Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto Parimono V / 40 Plandi Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Prosa Puisi Purwanto Putu Wijaya R Giryadi Raedu Basha Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan Al-yafi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Resensi Reyhan Arif Pambudi Ribut Wijoto Robin Al Kautsar Rodli TL Rony Agustinus Rudi Haryatno Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Arimba S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Samsudin Adlawi Sasti Gotama Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Selendang Sulaiman Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Silka Yuanti Draditaswari Siti Sa'adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sugito Ha Es Suharsono Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad T Agus Khaidir Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tri Wahyu Utami Ulfatul Muhsinah (Oshin) Umar Fauzi Ballah Universitas Jember Virdika Rizky Utama Vyan Tashwirul Afkar W.S. Rendra Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wong Wing King Yanuar Yachya Yudhistira Massardi Yusuf Suharto Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar