Senin, 19 September 2011

Kelompok Alief dan Simpul Antar Grup Teater di Mojoagung Jombang

Siti Sa’adah*)
Radar Mojokerto, 18 Sep 2011

Menginjak pelataran kantor kecamatan Mojoagung pada hari Minggu, 4 September 2011 untuk menghadiri Halalbihalal Pecinta Seni 2011 yang digelar oleh Kelompok Alief Mojoagung mulai pukul 08.00 pagi sampai dzuhur, menyeret kenangan saya satu tahun yang lalu di acara yang sama. Ada dorongan yang kuat untuk datang kembali pada tahun ini, karena nuansa guyub yang bisa saya rasakan di tengah para penggiat teater, baik kalangan pelajar maupun umum. Kalau tahun 2010 mengusung parade monolog, pada tahun 2011 menitikberatkan pada pementasan naskah yang ditulis, disutradarai dan dipentaskan oleh pelajar.

Acara Halalbihalal Pecinta Seni 2011yang juga dihadiri para alumni teater pelajar ini menyuguhkan lagu campur sari oleh Ayunus Devarag Wijaya dari Teater Wadtera SMPN 1 Mojoagung, pembacaan puisi oleh Mahendra PW. dari SMA Muhammadiyah 1 Jombang, pertunjukan musik dengan tiga pemain gitar akustik oleh Ektrakurikuler Ansamble Guitar SMPN 1 Mojoagung, pertunjukan musik biola oleh anak-anak binaan Bimbingan Belajar Simponi di Jl. Cacat Veteran Perumahan Gubernur Suryo Jombang yang dilatih oleh Ahmad Yani (Yeyen) dan Rusli Raharja, pementasan naskah teater Nazarudin Oh Nazarudin yang ditulis dan disutradarai Ersananda Arlisa Putri siswa kelas IX dari teater Wadtera SMPN 1 Mojoagung, karaoke lagu Insyaallah oleh Purwanto dan Rohmat Romadhoni, pembacaan puisi Selamat Idul Fitri karya A. Musthofa Bisri oleh Siti Sa’adah, penampilan Teater Prisma SMP Unggulan NU Mojoagung dengan naskah Gak Dapat Kerja Malah Dapat Hukuman yang ditulis M. Novrizal Irsan dan disutradarai Abi Utomo siswa kelas IX, penampilan Edi Harsoyo yang didapuk untuk menyanyi dengan Ancur-nya Iwan Fals, pembacaan puisi Dari Helai Rambutmu karya Benazir Nafilah oleh Arisyntya Hidayah mahasiswa STKIP PGRI Jombang, pementasan naskah Mabuk karya Sigit Yitmono Aji yang ditampilkan dengan apik oleh Sigit Yitmono Aji dan Huda dari Kelompok Alief, diakhiri dengan pentas monolog oleh B. Irawan dari Kelompok Alief dengan judul Sri Kembali yang mengisahkan kesakitan seorang suami di hari lebaran karena nasib istrinya yang tidak jelas sebagai TKW di Arab Saudi, dalam sakitnya, suami tersebut menjadi benci dan berkata: dalam setiap hari doaku, aku memohon agar kau diperkosa, disiksa, atau bahkan dibunuh oleh majikanmu, meskipun akhirnya dia tetap berharap dan merindukan istrinya.

Menurut Nasrul Ilahi (pemerhati Seni dan Budaya Jombang)yang hadir untuk mengapresiasi acara ini, teater di Mojoagung memiliki energi positif, pada tahun 1981 beliau ikut mengompori sampai akhirnya muncul Teater Wadtera di SMPN 1 Mojoagung. Beliau memberi dukungan dan masukan bagaimana agar teater tidak ditonton orang-orang kesenian saja, tetapi juga bisa ditonton dan dinikmati oleh masyarakat umum sehingga tidak ada anggapan teater itu elite yang hanya bisa dinikmati oleh orang-orang tertentu.

Ada pula Fahrudin Nasrulloh yang memberi catatan untuk komunitas teater di Mojoagung, di antaranya adalah apakah tiga kelompok independen yang ada saat ini (Kelompok Alief, Tirto Agung dan Komunitas Isuk-Isuk) sudah menulis perjalanan kreatif mereka? Dan menyarankan di setiap kelompok teater seharusnya memiliki satu panglima atau algojo yang menulis perjalanan kelompoknya, penulis tersebut bisa ditunjuk atau didorong anggota lainnya untuk melakukan itu, karena peristiwa-peristiwa kesenian hanya menyisakan omong kosong tanpa catatan. Fahrudin juga menyampaikan pentingnya dokumentasi naskah yang telah ditulis oleh para pelajar dan penggiat teater di Mojoagung, sehingga tidak mudah dilupakan karena mereka menulis tidak dengan basa-basi melainkan dengan keringat.

Sedangkan Jabbar Abdullah, Lurah Komunitas Lembah Pring menyampaikan dalam apresiasinya bahwa acara apapun, sekecil apapun jika tidak ada rasa memiliki maka selesai di situ, karena hanya akan menjadi ritual sekedarnya. Jabbar juga menandaskan perlunya ada keinginan yang kuat untuk menghidupi komunitas karena tidak mudah hidup berkomunitas, Jabbar mengutip perkataan Abdul Malik (Networker Budaya asal Mojokerto) bahwa dalam berkesenian harus ada yang dikorbankan, kalimat tersebut menjadi mengharukan bagi yang hadir karena saat acara berlangsung Zaenal Faudin dan Basuki Rahmat mengalami kecelakaan ketika mengambil konsumsi. Setelah mengikuti rangkaian acara Halal Bi Halal tersebut bisa jadi semua yang hadir pulang membawa semangat baru, bergembol-gembol permenungan, kegelisahan dan PR yang perlu dikerjakan.

Dalam Historiografi Kelompok Alief Mojoagung yang termaktub dalam buku Facebrick: Antologi Puisi Kelompok Alief Mojoagung (2010) dijelaskan: “Kelompok Alief Mojoagung merupakan salah satu wadah kesenian bagi remaja pecinta seni yang ada di Kecamatan Mojoagung dan sekitarnya. Ide pembentukan Kelompok Alief pertama kali muncul pada bulan Agustus tahun 1999 dan diikrarkan berdiri pada 9 September 1999. Kelompok ini berdiri karena dorongan batin yang teramat dari beberapa alumnus teater pelajar Mojoagung. Mereka yang sebelumnya berkecimpung dalam dunia panggung teater pelajar, tergerak untuk kembali belajar bersama dalam bidang teater. Sehingga lahir komunitas kecil kesenian bernama Kelompok Alief Mojoagung.”

Pada perkembangannya, Kelompok Alief yang diasuh oleh Edi Harsoyo dan MS. Nugroho dengan ketua Yusuf Mubarak (1999-2000), Zaenal Faudin (2000-2002), Toni Dwi Prasetyo (2002-2003), Yuli Budianto (2003-2006), Purwanto (2006-2011), Sigit Yitmono Aji (2011-sekarang) tidak hanya bergelut di bidang Seni Teater, tetapi juga Seni Musik, Seni Rupa, Sastra dan kesenian Tradisi. Yang menarik adalah tidak hanya ngopeni komunitas sendiri, melainkan juga membuka diri dengan mendampingi teater-teater pelajar yang ada di Mojoagung secara intens. Dari kata Kelompok inilah hal ini tercermin yang selanjutnya bisa membangun interaksi dan jejaring antar teater pelajar di Mojoagung dan memang sudah menjadi misi utamanya yaitu ikut serta memeriahkan seni dan budaya dengan tujuan tetap guyub, rukun dan berorientasi pada pendidikan pengembangan karakter diri sampai oleh Fahrudin Nasrulloh (Penggiat Komunitas Lembah Pring) jaringan komunitas ini bergerak dengan semangat meskipun ada darah di kakinya. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, adakah saat ini fenomena demikian di kecamatan lain di Kabupaten Jombang? Satu komunitas kesenian mandiri yang sanggup dan mampu bergerak mendampingi kelompok-kelompok kesenian yang ada di sekolah? Sehingga bisa menjadi muara atas kegelisahan kelompok tersebut? Saya sendiri menganggap Kelompok Alief berperan sebagai tukang angon yang primpen dan telaten merangkul kelompok-kelompok teater pelajar di Mojoagung.

Tentu tidak mudah berkomunitas seperti itu, komunitas yang mulanya menjadi perkumpulan individu dengan segala semangat berkesenian, problem, ide serta ego masing-masing berkembang pada pergerakan untuk merangkul kelompok-kelompok kecil di sekolah dengan tujuan sederhana agar para remaja di Kecamatan Mojoagung tersatukan lewat kesenian. Akhirnya bisa kita sadari di sinilah proses regenerasi kesenian di Mojoagung berlangsung, para pelajar yang lulus dan tidak lagi menjadi anggota teater di sekolah, bisa terus berkesenian di Kelompok Alief.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A. Azis Masyhuri A. Jabbar Hubbi A. Muttaqin A. Rego S. Ilalang A. Syauqi Sumbawi A.H. J Khuzaini A.S Laksana A’Syam Chandra Manthiek Aang Fatihul Islam Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Aditya Ardi Nugroho Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan MN Agus Mulyadi Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Riadi Agus Sulton Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Saifullah Ahmad Yulden Erwin Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Idris Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Ali Rif’an Amien Kamil Andhi Setyo Wibowo Andry Deblenk Anggi Putri Anindita S. Thayf Anjrah Lelono Broto Anton Wahyudi Arie MP Tamba Arisyntya Hidayah Artikel Ary Nugraheni Asarpin Ayu Nuzul Balada Beni Setia Benny Benke Berita Binhad Nurrohmat Budaya Bung Tomo Bustanul Arifin Catatan Catullus Cerbung Cerkak Cerpen Chamim Kohari Choirul Cucuk Espe Dami N. Toda Daru Pamungkas Denny JA Denny Mizhar Devi M. Lestari Dhenok Kristianti Dian DJ Dian Sukarno Didin Tulus Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djoko Saryono Dody Yan Masfa Donny Darmawan Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Permadi Emha Ainun Nadjib Endah Wahyuningsih Esai Esti Nuryani Kasam Eva Dwi Kurniawan Evan Gunanzar Fahrudin Nasrulloh Fairuzul Mumtaz Fajar Alayubi Fanani Rahman Farah Noersativa Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathoni Mahsun Fathurrahman Karyadi Fathurrochman Karyadi Fathurrozak Felix K. Nesi Forum Sastra Jombang Galuh Tulus Utama Gandis Uka Geguritan Gol A Gong Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gus Noy Gusti Eka Hadi Napster Hadi Sutarno Halim HD Hamka Hamzah Tualeka Zn Hardy Hermawan Hasnan Bachtiar Hawe Setiawan Hilmi Abedillah Hudan Hidayat Husnul Khotimah Ignas Kleden Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imas Senopati Indria Pamuhapsari Irwan J Kurniawan Isbedy Stiawan Z.S. J Anto Jamal Ma’mur Asmani John H. McGlynn Jombangan Junaedi Kalis Mardiasih Kardono Setyorakhmadi Kasnadi Kemah Budaya Panturan (KBP) KetemuBuku Jombang Ki Ompong Sudarsono Kiki Mikail Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Kritik Sastra Kurniawan Junaedhie Latief Noor Rochmans Liestyo Ambarwati Khohar M Rizqi Azmi M. Aan Mansyur M. Abror Rosyidin M. Badrus Alwi M. Lutfi M. Shoim Anwar Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Mardiansyah Triraharjo Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Massayu Melani Budianta Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Mh Zaelani Tammaka Miftachur Rozak Muhamad Taslim Dalma Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Antakusuma Muhammad Muhibbuddin Muhammad Yasir Mukadi Mukani Munawir Aziz Musfeptial Musa Nawa Tunggal Nawangsari Niduparas Erlang Nikita Mirzani Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Chasanah Nurel Javissyarqi Ocehan Oei Hiem Hwie Oka Rusmini Opini Padhang Mbulan Paguyuban Ludruk Karya Budaya Mojokerto Parimono V / 40 Plandi Jombang Pramoedya Ananta Toer Presiden Gus Dur Prosa Puisi Purwanto Putu Wijaya R Giryadi Raedu Basha Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rama Prambudhi Dikimara Ramadhan Al-yafi Rasanrasan Boengaketji Raudlotul Immaroh Reiny Dwinanda Resensi Reyhan Arif Pambudi Ribut Wijoto Robin Al Kautsar Rodli TL Rony Agustinus Rudi Haryatno Rumah Budaya Pantura (RBP) S. Arimba S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sajak Salamet Wahedi Samsudin Adlawi Sasti Gotama Saut Situmorang SelaSAstra Boenga Ketjil Selendang Sulaiman Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Silka Yuanti Draditaswari Siti Sa'adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Soesilo Toer Sofyan RH. Zaid Sosiawan Leak Sugito Ha Es Suharsono Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syamsudin Walad T Agus Khaidir Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Eska Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tri Wahyu Utami Ulfatul Muhsinah (Oshin) Umar Fauzi Ballah Universitas Jember Virdika Rizky Utama Vyan Tashwirul Afkar W.S. Rendra Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Jengki Sunarta Wong Wing King Yanuar Yachya Yudhistira Massardi Yusuf Suharto Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar